Bab 2

"Astaghfirullah, Mah. Aku dan Sabriba tidak pernah melakukan hal terlarang," ucap Zidan yang sempat tersentak mendengar perkataan ibunya.

"Mamah, aku tidak hamil. Aku masih perawan ting-ting! Dijamin 100%," kata Sabrina di waktu bersamaan.

"Lalu, kenapa kamu menikahi wanita seperti ini? Apa tidak ada yang lebih baik darinya lagi?" tanya Bu Maryam merasa tidak rela kalau putranya menikah dengan perempuan berotak kosong.

Zidan menghela napas ketika melihat mimik muka Sabrina yang terlihat bersedih. Dia pun menggenggam tangan sang istri dengan lembut dan membuat perempuan itu tersenyum.

"Karena aku yakin Sabrina adalah wanita yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Dia wanita yang memiliki hati yang baik dan tulus, Mah. Aku juga yakin dia akan menjadi menantu yang sayang sama Mamah," jawab Zidan dengan lembut, tetapi sarat akan keyakinan. "Hanya saja, kita memerlukan kesabaran dalam membimbing Sabrina."

Ada perasaan haru dan bangga yang dirasakan oleh Sabrina ketika Zidan berbicara tentang dirinya. Dia tidak pernah marah kepada orang yang mengatai bo-doh atau tol-ol. Karena perempuan itu menyadari kekurangannya. 

"Mohon bimbingannya, Mamah, agar aku bisa menjadi istri yang hebat dan menantu yang baik," ujar Sabrina yang tersenyum manis.

Walau di dalam hati Bu Maryam tidak suka kepada Sabrina, dia tidak lagi berkata apa-apa. Dia tahu Zidan itu seperti apa. Putranya tidak akan bertindak serampangan atau berbuat sesuatu dengan main-main, apalagi menyangkut kehidupannya.

***

"Neng, ayo sholat!" ajak Zidan.

"Oke!" Sabrina sangat antusias.

"Kita wudhu dulu, ya! Nanti aku ajarkan, Neng perhatikan dengan baik dan ingat bagian mana saja yang harus dibasuh," jelas Zidan dan sang istri mengangguk.

Dengan perlahan Zidan mempraktekkan wudhu dan Sabrina melihat dengan penuh konsentrasi. Wanita itu kemudian melakukan apa yang diintruksikan oleh suaminya. Dia juga diajarkan membaca doanya.

Zidan menjadi imam dan Sabrina mengikuti gerakannya. Sang suami mengajari ilmu agama secara perlahan-lahan dan menyesuaikan kemampuan istrinya.

"Sekarang kita belajar bacaan salat," kata Zidan setelah mereka salat.

Kedekatan Zidan dan Sabrina baru sekitar tiga bulan. Hal itu juga karena tidak disengaja. Sang wanita langsung jatuh cinta pada pandangan pertama ketika di rumah sakit. Dia selalu agresif mendekati pujaan hatinya.

Zidan yang takut tidak bisa menahan diri, mencoba menjauh. Karena di sadar diri siapa dirinya dan siapa Sabrina. Namun, keteguhan dan perjuangan wanita itu membuat hatinya luluh. Laki-laki itu pun menawarkan pernikahan karena tidak ingin jatuh ke dalam lubang dosa.

Dengan perasaan senang, Sabrina menerima pinangan Zidan. Dia sudah bucin akut kepada laki-laki baik hati yang sudah menolong dari kematian. Tidak perduli dengan penolakan keluarganya, bahkan sampai dicoret dari daftar ahli waris keluarga Wijaya. Dunianya sudah dipenuhi oleh Zidan.

Bu Maryam yang hendak menyuruh anak dan menantunya makan, dibuat terdiam ketika mendengar Zidan sedang mengajarkan surat Al-fatihah kepada Sabrina. Walau terbata-bata perempuan itu terus mengulang apa yang diajarkan oleh sang suami.

"Alhamdulillah, akhirnya sudah bisa membaca surat Al-fatihah," kata Zidan senang setelah dua jam mengajari ayat per ayat.

"Mana hadiahnya? Kan, aku berhasil bisa!" Kebiasaan Sabrina sering mendapatkan hadiah dari kedua orang tuanya atau kedua saudaranya jika berhasil meraih atau bisa melakukan sesuatu.

Zidan terdiam dan berpikir sebentar. Lalu, dia berkata, "Ini hadiah yang bisa aku berikan kepadamu." Lalu, dia mencium kening Sabrina cukup lama.

Jantung Sabrina berdebar kencang ketika merasakan kelembutan dan kehangatan bibir Zidan di keningnya. Ini kedua kalinya dia mendapatkan ciuman dari sang suami.

"Lagi!" pinta Sabrina ketika Zidan menjauhkan kepalanya.

"Nanti lagi. Sekarang kita makan, lalu sholat Ashar," balas Zidan karena sekitar 15 menit lagi memasuki waktu salat.

Zidan dan Sabrina jalan bergandengan tangan menuju dapur. Tidak ada siapa-siapa di sana. Namun, makanan sudah tersaji di meja. 

"Mamah ke mana?" gumam Zidan mencari sosok ibunya.

Rupanya Bu Maryam sedang memberi pakan ayam di belakang. Suaranya terdengar sayup-sayup.

"Mah, ayo, kita makan!" ajak Zidan yang mencari keberadaannya.

"Mamah sudah makan tadi. Lama nungguin kamu," balas Bu Maryam.

Akhirnya Zidan dan Sabrina makan berdua. Perempuan itu belajar mengambilkan makanan untuk sang suami, tidak lupa dengan air minum.

Menu makanan sederhana itu terasa nikmat di lidah Sabrina. Dahulu, makanan yang dibuat koki di rumah sangat banyak dan beragam. Namun, dia langsung dibuat jatuh cinta sama masakan ibu mertuanya.

Selama makan Sabrina banyak bertanya tentang makanan yang sedang mereka makan. Bagaimana cara membuatnya dan bahan apa saja yang digunakan. 

Dengan sabar Zidan memberi tahu dan menjelaskan. Walau banyak yang masih tidak dipahami atau tidak diketahui oleh Sabrina. Karena wanita itu tidak pernah memasak, jadi tidak tahu jenis bumbu dapur.

***

"Kang, apa aku boleh lepas jilbab-nya?" tanya Sabrina.

"Jika di rumah dan tidak ada orang lain, boleh tidak memakai jilbab. Kalau ada tamu, harus pakai jilbab-nya lagi," jawab Zidan setelah Sabrina mandi di sore hari dan kepalanya basah habis berkeramas.

"Oh, gitu, ya!" Sabrina mengangguk paham.

Zidan mengajak Sabrina untuk memasak di dapur. Dia mengenalkan jenis-jenis bumbu dapur. Seperti biasa laki-laki itu begitu sabar menjelaskan satu persatu. Lalu, melakukan perbandingannya jika sang istri tidak juga paham. Sabrina tidak bisa membedakan mana, jahe, kunyit, laja, dan lengkuas. Mana uyah dan mana gula pasir, juga micin.

"Hah, kamu ini benar-benar bodoh! Apa ibumu tidak pernah mengajarkan sesuatu kepadamu? Kok, hal begini saja tidak tahu," celetuk Bu Maryam ketika Sabrina melihat Sabrina sedang belajar bumbu-bumbu yang berjajar memenuhi meja.

"Mamiku tidak pernah mengari aku memasak, Mah," balas Sabrina dengan tatapan mimik wajah sendu.

Zidan pun menjelaskan kepada ibunya kalau keluarga Sabrina menggunakan jasa koki dan pelayan dalam mengurus bebutuhan makanan dan kebersihan serta kerapihan rumah.

"Jadi, dia beneran menak?" Bu Maryam semakin tidak suka karena di matanya Sabrina itu wanita bodoh dan manja.

"Iya, Mah. Masakan Mamah sungguh enak," kata Sabrina memuji sambil mengacungkan jempol.

"Bukan enak, Neng, tapi menak," kata Zidan. "Menak itu bangsawan."

"Walau menak, jika sudah menjadi istri, tetap harus bisa melakukan banyak hal. Misal mengurus suami dan rumah. Apalagi jika sudah punya anak harus pintar-pintar dalam melakukan segala sesuatu. Masa nanti akan mengandalkan suami dan mertua," lanjut wanita paruh baya itu lagi.

"Baik, Mah. Mohon bimbingannya, Mah, agar aku bisa melakukan semua tugas sebagai seorang istri," balas Sabrina.

Inilah salah satu yang membuat hati Zidan luluh. Sabrina orangnya mau belajar dan pantang menyerah. Baginya tidak ada yang mustahil tidak bisa dilakukan, selagi mau terus belajar dan berusaha.

Malam itu Zidan mengajari Sabrina masak telur dadar. Mulai dari cara menyalakan kompor gas sampai makanan itu matang.

"Kamu berhenti bekerja. Lalu, mau kamu kasih makan apa istrimu itu?" tanya Bu Maryam sambil melirik sekilas kepada Sabrina.

"Aku tidak akan muluk-muluk, Mah. Aku makan nasi juga, kok!" celetuk Sabrina dan itu membuat Bu Maryam mengangakan mulutnya.

"Aku akan buka usaha di kampung saja, Mah," jawab Zidan menahan tawa karena mendengar ucapan istrinya.

Bu Maryam memijat kepalanya yang mendadak sakit. Dia berharap penyakit darah rendahnya tidak kambuh karena menghadapi sang menantu model begini.

"Usaha apa? Di sini sulit mendapatkan pekerjaan dan kalau pun ada gajinya sedikit. Kenapa kamu tidak kembali bekerja di kota saja?" tanya Bu Maryam.

Sabrina melirik ke arah Zidan. Dia tidak mau jika ditinggal oleh laki-laki itu.

Terpopuler

Comments

Ita Xiaomi

Ita Xiaomi

Terharu. Insyaa ALLAH berkah dan bahagia kehidupan rumah tangga kalian. Semangat Sabrina agar nyambung ama emak mertua😁.

2025-08-08

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

lanjutkan

2025-08-01

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

hahaha

2025-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!