BAB 3 PERNIKAHAN

Malam pernikahan datang lebih cepat dari yang Zia bayangkan. Langit gelap bertabur bintang, seolah tak tahu bahwa malam ini bukan tentang cinta yang tulus, melainkan tentang perjanjian yang dibungkus kemewahan.

Ia duduk di depan cermin besar, mengenakan gaun putih gading dengan detail renda halus dan lengan transparan yang menggantung elegan di bahunya. Seorang penata rias membubuhkan sentuhan akhir pada pipinya, sementara seorang lainnya merapikan veil tipis yang menjuntai hingga pinggang.

“Sudah selesai,” bisik salah satu staf, lalu mundur perlahan, membiarkan Zia menatap dirinya sendiri.

Zia hampir tak mengenali sosok yang ada di cermin. Wajah itu miliknya, tapi tidak seperti biasanya. Terlalu sempurna, terlalu diam. Seperti boneka porselen. Hatinya tetap dingin. Gugup, bingung... tapi juga seperti kosong.

Pernikahan ini hanya dihadiri keluarga inti. Begitu permintaan pihak pria. Tak ada pesta besar, tak ada keramaian, tak ada musik yang memekakkan telinga. Hanya aula pribadi mewah di salah satu hotel tertutup milik keluarga pihak pria. Dijaga ketat. Dibatasi. Bahkan wartawan pun tak tahu peristiwa ini akan berlangsung.

Ketika ia keluar dari ruang rias, Alex sudah menunggunya di depan pintu.

“Siap?” tanyanya, tak berani menatap mata Zia lama-lama.

Zia tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan. Itu cukup. Langkahnya terasa berat saat berjalan menyusuri koridor menuju aula utama. Detik demi detik begitu nyata di telinganya, seolah waktu memperlambat diri.

Pintu besar terbuka.

Aula itu sangat indah. Lampu gantung kristal menggantung rendah, memantulkan cahaya lembut ke dinding-dinding marmer putih. Hiasan bunga putih dan ungu disusun simetris, memberi kesan sakral dan mewah sekaligus.

Hanya dua baris kursi yang terisi. Di kiri: keluarga Zia—Alex, Agatha, dan satu paman tua yang tak ia kenal. Di kanan: tiga pria dan seorang wanita berbalut hitam. Mereka tidak tersenyum. Tidak memperlihatkan emosi. Tapi kehadiran mereka menggetarkan.

Lalu di depan altar berdiri pria itu.

Viren Kaeshiro.

Berdiri tegak dalam setelan tuksedo hitam sempurna. Kacamata kotak tipis masih bertengger di wajahnya. Dingin. Tenang. Tatapannya mengikuti langkah Zia tanpa ekspresi. Tapi matanya seperti menembus kulit—membaca, menganalisis, menghitung detak jantungnya.

Zia menahan napas. Benar. Ini pria yang datang ke Kafenya tempo hari. Kenapa bisa kebetulan begini? Batinnya.

Pelan-pelan ia melangkah maju, menyusuri lorong, dengan Alex di sampingnya. Setiap langkah terasa seperti sebuah keputusan baru. Ia ingin kabur. Ingin berhenti. Tapi semuanya sudah terlalu dalam untuk dibatalkan.

Di altar, Viren mengulurkan tangan.

Zia ragu sesaat. Tapi ia tetap mengulurkan tangan, meletakkannya di genggaman pria itu. Dingin. Tegas. Tapi tidak kasar.

Orang didepan mereka mulai membacakan kalimat-kalimat sakral. Namun Zia nyaris tidak mendengarnya. Pikirannya kabur, jantungnya seperti berdetak di luar tubuh.

“Apakah Anda, Viren Kaeshiro, menerima Zia Donatella sebagai istri Anda...”

“Saya terima.”

Tanpa ragu. Tanpa jeda. Seolah ini semua hanyalah transaksi bisnis yang ia jalani setiap hari. Zia menoleh pelan ke arahnya. Tatapan pria itu tidak berubah.

Orang itu beralih padanya. “Apakah Anda, Zia Donatella, menerima Viren Kaeshiro sebagai suami Anda...”

Diam. Semua mata tertuju padanya.

Satu detik. Dua. Lima.

Zia memejamkan mata. Ia merasa tenggorokannya tercekat. Lalu pelan-pelan, ia menjawab.

“...Saya terima.”

Dan saat kalimat itu meluncur dari bibirnya, Zia tahu satu hal: Ia baru saja membuka pintu ke dunia yang tidak akan pernah bisa ia tinggalkan.

Semua selesai.

Notaris mengesahkan dokumen. Tidak ada ciuman. Tidak ada pelukan. Hanya pengesahan hukum yang mengikat dua orang tak saling mengenal dalam satu nama keluarga.

Zia mengangkat sedikit bagian bawah gaunnya dan berjalan pelan di belakang Viren. Usai prosesi pemasangan cincin, mereka tidak bergandengan, tidak saling menoleh. Mereka berjalan sendiri-sendiri—seolah pernikahan itu tak pernah terjadi.

Di dekat pintu keluar, seorang pria berambut pirang berdiri tegak, nyaris tanpa ekspresi. "Saya yang akan mengantar Anda," ucapnya dingin.

Zia mengangguk pelan. Tatapannya sekilas melayang ke arah Viren yang kini berbicara dengan Alex dan Agatha. Entah apa yang mereka bicarakan. Raut wajah Viren seperti dinding—tidak bisa dibaca, tidak bisa ditembus.

Pria pirang itu—Manuel—membukakan pintu mobil. Ia membantu Zia masuk dengan hati-hati, memastikan gaun panjangnya tidak tersangkut. Tak ada basa-basi, tak ada ucapan selamat atau sambutan ramah. Hanya keheningan yang kaku di antara mereka.

Mobil melaju. Mereka duduk berjauhan di kursi belakang, terpisah oleh ruang dan ketegangan. Beberapa menit berlalu sebelum Zia akhirnya bertanya, suaranya nyaris seperti bisikan.

"Kemana kita akan pergi?"

"Ke Calligo," jawab Manuel singkat.

Zia mengerutkan kening. "Calligo?" ulangnya pelan. "Apa itu?"

Manuel menatap Zia lewat cermin tengah. Matanya tajam, dingin, dan penuh kewaspadaan.

"Tempat tinggal Tuan Viren," jawabnya.

Mobil melaju menembus malam. Lampu-lampu kota perlahan berganti dengan bayangan pohon dan jalanan yang makin sepi. Zia bersandar, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi semuanya terlalu cepat. Terlalu asing.

Gaun putih yang membalut tubuhnya terasa lebih seperti penjara daripada lambang bahagia. Ia melirik ke jendela, memandangi dunia luar yang berubah semakin gelap. Tak satu pun kata keluar dari mulut Manuel, dan Zia pun kehabisan pertanyaan yang ingin ia ajukan.

“Calligo....” gumamnya sendiri. Kata itu masih asing. Tapi cara Manuel mengucapkannya tadi… seolah tempat itu bukan sekadar rumah. Seolah ia akan dibawa ke sesuatu yang lebih dari sekadar tempat tinggal.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, mobil akhirnya mulai melewati gerbang besi tinggi yang dijaga dua pria berseragam hitam. Mereka menunduk saat mobil lewat, tanpa berkata apa-apa. Zia memperhatikan setiap detail, merasa seperti memasuki benteng yang tersembunyi dari peta dunia.

Begitu memasuki area dalam, suasana berubah. Jalan yang mereka lewati diapit pohon-pohon tinggi dan terawat. Di kejauhan, tampak siluet bangunan besar dengan lampu-lampu temaram menghiasi sisi luar dindingnya.

Itulah Calligo.

Sebuah bangunan tua bergaya arsitektur Eropa klasik, berdiri kokoh seperti benteng keluarga bangsawan. Jendela-jendela tinggi, dinding batu berwarna gelap, dan atap lancip bersusun menciptakan kesan elegan sekaligus menyeramkan. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain cahaya yang menyala dari beberapa sisi.

Mobil berhenti tepat di depan pintu utama. Manuel turun lebih dulu, kemudian membukakan pintu untuk Zia. Udara malam langsung menyergap kulitnya. Dingin. Senyap.

Tangga marmer membentang dari halaman ke pintu depan, diapit dua patung singa batu yang mengintai bisu dalam gelap.

Zia melangkah ke dalam rumah megah yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi tempat tinggalnya. Setiap sudut ruangan tampak sempurna, terlalu sempurna. Tidak ada suara, hanya keheningan yang menggantung di udara. Langkahnya terhenti di tengah ruang tamu yang luas, menghadap ke tangga besar yang terbuat dari marmer putih yang berkilau, namun terasa dingin, seakan-akan tidak ada kehidupan yang pernah menghuni rumah itu.

Ia memeriksa gaun pengantin yang masih terpasang di tubuhnya. Riasan wajahnya mulai luntur, tapi senyumnya yang dipaksakan sejak tadi tetap bertahan. Zia tahu bahwa senyum itu hanya untuk menutupi kegelisahan di dalam hatinya, tetapi siapa yang bisa melihatnya?

“Selamat datang, Nona,” suara pengawal yang muncul dari balik pintu membuat Zia terkejut. Seorang pria tinggi mengenakan jas hitam berdiri di sana, wajahnya tidak menampakkan ekspresi sama sekali—Jake—. Dengan nada suara yang datar, ia mempersilakan Zia untuk melanjutkan langkahnya. Zia mengangguk tanpa berkata apa-apa, mencoba menahan perasaan cemas yang kian menggerogoti dirinya.

Ia melangkah lebih jauh, mengikuti pengawal itu ke arah tangga, yang mengarah ke lantai atas. Rumah ini begitu besar, hampir seperti labirin. Setiap ruangan terlalu sunyi, terlalu tertata, seolah-olah tuan rumahnya lebih memilih hening daripada kehangatan.

“Ini kamar Anda, Nona,” pengawal itu berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu gelap. Dengan gerakan cepat, ia membuka pintu dan Zia melangkah masuk ke kamar yang disiapkan untuknya—kamar tidur pengantin mereka. Mata Zia menyapu seluruh ruangan. Tempat tidur besar yang dihiasi dengan tirai tipis yang menjuntai lembut. Lampu kristal yang menggantung dari langit-langit. Semua tampak sempurna. Tapi ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang membuatnya merasa tercekik.

Zia memaksakan dirinya untuk tersenyum, meski perasaan di dalam hatinya seperti tumpukan batu. Ia menyentuh gaunnya dan merasa sedikit canggung dengan seluruh situasi ini. Namun, sebelum ia bisa mengumpulkan pikiran, suara langkah kaki terdengar dari luar pintu.

Pintu kamar terbuka dengan tenang, dan di sana dia berdiri—Viren Kaeshiro, suaminya.

Zia menatap pria itu dengan kebingungan yang tak terucapkan. Viren masih mengenakan jas hitam yang rapi, ekspresinya datar, tak ada perasaan yang bisa terbaca dari wajahnya. Mata gelapnya menatap Zia sekilas, tanpa menunjukkan sedikit pun kehangatan. Seperti biasa, wajahnya tampak tidak terganggu oleh apa pun. Suara langkah kakinya yang mantap semakin mendekat, dan Zia merasa seluruh tubuhnya kaku, seolah-olah waktu terhenti sesaat.

Viren melepaskan jasnya dan menggantungnya di belakang kursi, lalu duduk di sisi tempat tidur. Suasana semakin hening. Zia hanya berdiri di sana, mencoba untuk terlihat tenang, tetapi hatinya berdebar kencang. Entah kenapa, kehadiran Viren justru membuatnya merasa semakin jauh dari kenyamanan.

“Apakah kau tidak ingin berganti pakaian?” tanya Viren tanpa menoleh. Suaranya datar—lebih terdengar seperti perintah daripada pertanyaan.

Zia mengangguk pelan. “Iya…” ucapnya lirih, masih berusaha menyesuaikan diri dengan suasana yang dingin dan asing ini.

Ia berjalan pelan menuju lemari besar di sudut ruangan. Saat membuka pintunya, ia hanya menemukan deretan kemeja berwarna netral dan beberapa kaus yang tertata rapi. Tak ada satu pun miliknya di sana.

“Aku tidak membawa pakaian sendiri,” ujarnya sambil menoleh.

“Gunakan saja yang ada di depan matamu,” balas Viren datar.

Zia mengangguk. Ia mengambil sweater abu tua yang terlihat paling nyaman, lalu membawanya ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, ia keluar dalam balutan sweater kebesaran yang menjuntai hingga lutut. Lengan panjangnya terpaksa digulung agar tak menutupi tangannya.

Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi, lalu memberanikan diri bertanya, suaranya pelan namun terdengar jelas di tengah keheningan.

“Kau yang waktu itu membeli red velvet, bukan?”

“Ya.”

Zia menunduk sejenak, menarik napas. “Kita… tidak seharusnya bersama.”

Viren tidak langsung menjawab. Ia tetap memandang ke depan, seolah pertanyaan itu tak cukup penting untuk membuatnya menoleh.

“Jangan khawatir,” katanya akhirnya, suaranya tetap tenang. “Kita akan menjalani pernikahan ini dengan cara yang… praktis.”

Zia mengernyit. “Praktis?”

Viren tersenyum kecil, tapi itu bukan senyum yang hangat—melainkan senyum dingin yang kosong makna. “Ini hanya formalitas. Kau dan aku… tidak perlu berbagi banyak. Tidak perlu terlibat terlalu dalam.”

Zia merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya. Ia menunduk lalu mengangguk perlahan, tangannya mengepal di sisi tubuh, tersembunyi di balik lipatan kain. Ia tak ingin siapa pun melihat betapa keras usahanya menahan diri. Ia mengangkat wajah lagi, tatapannya tak goyah—tapi ada sesuatu di sana yang sempat berkedip: kecewa yang terlalu dalam untuk diucapkan.

“Baiklah. Itu terdengar lebih baik,” ucapnya akhirnya, dengan nada yang datar namun mantap.

“Aku terima perjanjian ini.”

Hening.

"Oke." Jawabnya singkat lalu pergi.

.

.

.

.

Terimakasih atas kunjungan serta dukungan kalian semua🤗Jangan lupa like nya😘 karena itu bikin author semangat 🤗

Episodes
1 BAB 1 DUNIA YANG KONTRAS
2 BAB 2 SEORANG PENGGANTI
3 BAB 3 PERNIKAHAN
4 BAB 4 ORANG ASING DALAM SATU ATAP
5 BAB 5 RUTINITAS LAMA
6 BAB 6 INOVASI BARU
7 BAB 7 FESTIVAL KEMBANG API
8 BAB 8 DESTINASI PERTAMA: HUTAN
9 BAB 9 WAJAH BARU
10 BAB 10 SPEKTRA
11 BAB 11 SURGA DALAM CALLIGO
12 BAB 12 XANDER
13 BAB 13 OUT OF PLAN
14 BAB 14 HOBI BARU
15 BAB 15 THE BOS
16 BAB 16 BUKIT HIJAU
17 BAB 17 LUBANG DI DALAM POHON
18 BAB 18 HUJAN YANG MENYATUKAN
19 BAB 19 LUKA YANG TERBALUT
20 BAB 20 PULANG
21 BAB 21 SUASANA BARU
22 BAB 22 MENTEGA DAN COKELAT
23 BAB 23 RASA MU
24 BAB 24 DUA PANTI
25 BAB 25 KEDATANGAN VIREN
26 BAB 26 NAMA DARI MASALALU
27 BAB 27 PENGINTAI
28 BAB 28 TAMU TETAP
29 BAB 29 PELANGI DAN MALAM
30 BAB 30 TEMA YANG BERBEDA
31 BAB 31 ALIN DAN ZIA
32 BAB 32 UCAPAN YANG MENGGANGGU
33 VISUAL
34 BAB 33 MALAM PERBURUAN
35 BAB 34 SI MERAH YANG LAPAR
36 BAB 35 TIBA-TIBA PULANG
37 BAB 36 FOTO MASA LALU
38 BAB 37 MALAM YANG PANJANG
39 BAB 38 NEXUX (sistem yang terbangun)
40 BAB 39 SEBUAH HUBUNGAN
41 BAB 40 ALIN
42 BAB 41 SETEGUK YANG MEMBAKAR
43 BAB 42 LOST CONTROL
44 BAB 43 KOALA YANG MEREPOTKAN
45 BAB 44 HANGOVER BERAT
46 BAB 45 TERTANGKAP
47 BAB 46 INGATAN YANG HILANG
48 BAB 47 PAGI YANG MENCEKAT
49 BAB 48 PERMAINAN YANG SAMA
50 BAB 49 SEBUAH PENJARA
51 BAB 50 HOT NEWS KAIROTEK
52 BAB 51 DESTINASI KEDUA: LAPANGAN
53 BAB 52 JANJI YANG MENGHANTUI
54 BAB 53 TIPUAN YANG MENYEBALKAN
55 BAB 54 HAMPARAN TAK BERTEPI
56 BAB 55 TAWA KECIL PENGUBAH
57 BAB 56 KENANGAN YANG KEMBALI SINGGAH
58 BAB 57 ANTARA UANG, EMAS, DAN KETAKUTAN
59 BAB 58 AKTOR DARI CINDERLINE
60 BAB 59 JEJAK YANG MENGHILANG
61 BAB 60 MAKAN MALAM SINGKAT
62 BAB 61 LUAPAN PERASAAN
63 BAB 62 BALASAN YANG MEMBUAT GELISAH
64 BAB 63 PERMINTAAN YANG MENUNTUT
65 BAB 64 ANTARA MASA LALU DAN MASA KINI
66 BAB 65 HASIL TES DNA
67 BAB 66 BEBAN DARI SETETES DARAH
68 BAB 67 PAGI SEBELUM GALA
69 BAB 68 SELERA YANG MENINGKAT
70 BAB 69 THE DAY : THE MAGIC OF DISNEY
71 BAB 70 DEMO SPEKTRA
72 BAB 71 WARNA YANG MENGEKANG
73 BAB 72 TUJUAN SEBENARNYA
74 BAB 73 TAMU TAK DI UNDANG
75 BAB 74 KEJUTAN DITENGAH GALA
76 BAB 75 MERAH : API ATAU DARAH?
77 BAB 76 HARGA UNTUK SEBUAH KELEMAHAN
78 BAB 77 THE FINAL: THE MAGIC OF DISNEY
79 BAB 78 PERJANJIAN KECIL
80 BAB 79 SEBUAH KAMUFLASE
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 DUNIA YANG KONTRAS
2
BAB 2 SEORANG PENGGANTI
3
BAB 3 PERNIKAHAN
4
BAB 4 ORANG ASING DALAM SATU ATAP
5
BAB 5 RUTINITAS LAMA
6
BAB 6 INOVASI BARU
7
BAB 7 FESTIVAL KEMBANG API
8
BAB 8 DESTINASI PERTAMA: HUTAN
9
BAB 9 WAJAH BARU
10
BAB 10 SPEKTRA
11
BAB 11 SURGA DALAM CALLIGO
12
BAB 12 XANDER
13
BAB 13 OUT OF PLAN
14
BAB 14 HOBI BARU
15
BAB 15 THE BOS
16
BAB 16 BUKIT HIJAU
17
BAB 17 LUBANG DI DALAM POHON
18
BAB 18 HUJAN YANG MENYATUKAN
19
BAB 19 LUKA YANG TERBALUT
20
BAB 20 PULANG
21
BAB 21 SUASANA BARU
22
BAB 22 MENTEGA DAN COKELAT
23
BAB 23 RASA MU
24
BAB 24 DUA PANTI
25
BAB 25 KEDATANGAN VIREN
26
BAB 26 NAMA DARI MASALALU
27
BAB 27 PENGINTAI
28
BAB 28 TAMU TETAP
29
BAB 29 PELANGI DAN MALAM
30
BAB 30 TEMA YANG BERBEDA
31
BAB 31 ALIN DAN ZIA
32
BAB 32 UCAPAN YANG MENGGANGGU
33
VISUAL
34
BAB 33 MALAM PERBURUAN
35
BAB 34 SI MERAH YANG LAPAR
36
BAB 35 TIBA-TIBA PULANG
37
BAB 36 FOTO MASA LALU
38
BAB 37 MALAM YANG PANJANG
39
BAB 38 NEXUX (sistem yang terbangun)
40
BAB 39 SEBUAH HUBUNGAN
41
BAB 40 ALIN
42
BAB 41 SETEGUK YANG MEMBAKAR
43
BAB 42 LOST CONTROL
44
BAB 43 KOALA YANG MEREPOTKAN
45
BAB 44 HANGOVER BERAT
46
BAB 45 TERTANGKAP
47
BAB 46 INGATAN YANG HILANG
48
BAB 47 PAGI YANG MENCEKAT
49
BAB 48 PERMAINAN YANG SAMA
50
BAB 49 SEBUAH PENJARA
51
BAB 50 HOT NEWS KAIROTEK
52
BAB 51 DESTINASI KEDUA: LAPANGAN
53
BAB 52 JANJI YANG MENGHANTUI
54
BAB 53 TIPUAN YANG MENYEBALKAN
55
BAB 54 HAMPARAN TAK BERTEPI
56
BAB 55 TAWA KECIL PENGUBAH
57
BAB 56 KENANGAN YANG KEMBALI SINGGAH
58
BAB 57 ANTARA UANG, EMAS, DAN KETAKUTAN
59
BAB 58 AKTOR DARI CINDERLINE
60
BAB 59 JEJAK YANG MENGHILANG
61
BAB 60 MAKAN MALAM SINGKAT
62
BAB 61 LUAPAN PERASAAN
63
BAB 62 BALASAN YANG MEMBUAT GELISAH
64
BAB 63 PERMINTAAN YANG MENUNTUT
65
BAB 64 ANTARA MASA LALU DAN MASA KINI
66
BAB 65 HASIL TES DNA
67
BAB 66 BEBAN DARI SETETES DARAH
68
BAB 67 PAGI SEBELUM GALA
69
BAB 68 SELERA YANG MENINGKAT
70
BAB 69 THE DAY : THE MAGIC OF DISNEY
71
BAB 70 DEMO SPEKTRA
72
BAB 71 WARNA YANG MENGEKANG
73
BAB 72 TUJUAN SEBENARNYA
74
BAB 73 TAMU TAK DI UNDANG
75
BAB 74 KEJUTAN DITENGAH GALA
76
BAB 75 MERAH : API ATAU DARAH?
77
BAB 76 HARGA UNTUK SEBUAH KELEMAHAN
78
BAB 77 THE FINAL: THE MAGIC OF DISNEY
79
BAB 78 PERJANJIAN KECIL
80
BAB 79 SEBUAH KAMUFLASE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!