Hidup Baru Di Jakarta

Mentari

"Pak, Bu, Tari pergi dulu ya!" Kupeluk Bapak dan Ibu bergantian. Air mata sedih tak kuasa kutahan. Akhirnya aku harus meninggalkan kedua orang tuaku yang amat kusayangi.

"Pergilah, Nak. Doa Bapak dan Ibu akan selalu menyertai kebahagiaanmu," kata Ibu sambil berderai air mata.

Kulirik kamar Purnama yang terus tertutup rapat. Tak ada kata maaf darinya karena mengkhianati dan menggagalkan pernikahanku.

Kupeluk sekali lagi kedua orang tuaku sebelum meninggalkan kampung kelahiranku. Dari jendela mobil, kuucapkan selamat tinggal pada semuanya. Pada udara sejuk yang selalu kuhirup, pada pemandangan gunung yang selalu memanjakan mataku dan pada kisah kelam hidupku. Aku akan memulai hidup baruku. Semoga hidupku di Jakarta akan lebih bahagia lagi. Semoga....

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan selama 8 jam naik kereta, akhirnya aku dan Senja sampai di Stasiun Senen. Kami melanjutkan perjalanan dengan taksi online menuju rumah kontrakan Senja.

Sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku di Jakarta, terakhir kali aku ke Jakarta ketika menghadiri undangan pernikahan saudara Ibu beberapa tahun silam. Ternyata Jakarta banyak mengalami perubahan. Transportasi sudah terintegrasi namun kemacetan masih saja ada, entah salahnya dimana.

Taksi online yang kami tumpangi berhenti di tempat yang Senja pesan, di depan minimarket sejuta umat, IndoMei. "Ayo turun! Kita jalan kaki sampai ke dalam karena mobil tidak bisa masuk."

Aku turun dari taksi online lalu mengikuti Senja yang berjalan lebih dulu sambil membawa koper besar milikku. Kami melewati gang-gang sempit yang hanya bisa dilewati dua motor sebelum akhirnya sampai di rumah kontrakannya yang sederhana namun terlihat nyaman. Bau selokan dan udara yang agak pengap karena rumah yang berdempetan sungguh berbeda dengan udara segar di kampung halamanku.

"Ayo masuk!" Senja membuka kunci pintu lalu mengajakku masuk.

Rumah kontrakkan Senja tidak kecil seperti yang kubayangkan. Rupanya ia menyewa satu rumah dengan dua kamar tidur bukan rumah kontrakan tanpa sekat.

"Yang di depan itu kamarku. Kamu mau tetap sekamar denganku atau tidur di kamar satu lagi? Terserah kamu sih. Jujur, aku takut jika kita satu kamar, kamu akan menerkamku di malam hari," kata Senja sambil tertawa mengejek.

"Aku di kamar berbeda saja," jawabku tanpa pikir panjang.

"Oke. Rapikan barangmu saja dahulu. Aku mau beli makan, pasti kamu lapar bukan? Anggap saja rumahmu sendiri. Kamu bebas mau melakukan apa saja kecuali membawa masuk laki-laki lain dan berkeliaran tanpa memakai bra." Senja kembali meledekku.

"Mau aku lempar sandal atau koper?" balasku dengan wajah datar.

Senja tertawa makin tergelak, ia lalu pergi meninggalkanku untuk membeli makan. Aku tak langsung masuk ke kamar. Aku melihat-lihat isi rumah kontrakan Senja. Rupanya meski tinggal seorang diri, Senja termasuk laki-laki yang rapi dan menjaga kebersihan. Barang-barang tertata dengan rapi dan lantai yang kuinjak tidak berdebu meski sudah ia tinggal beberapa hari, pertanda pemilik rumah orang yang rajin menyapu dan mengepel lantai. Baguslah, kuberikan satu poin plus untuknya.

.

.

.

Aku terbangun saat adzan subuh berkumandang. Sudah menjadi kebiasaanku untuk bangun subuh. Aku lalu berjalan keluar kamar hendak mengambil air wudhu.

Kulirik pintu kamar Senja yang tertutup rapat. Apa dia tidak bangun untuk sholat subuh? Ah, kenapa aku harus peduli? Urusan ibadah, itu urusan dia dengan Sang Pencipta. Ibadahku saja belum bagus, untuk apa mengurusinya?

Rupanya pintu kamar Senja tetap tertutup sampai jam 9 pagi. Aku yang penasaran akhirnya mengetuk pintu kamarnya. Beberapa kali kuketuk, tetap tak ada jawaban. Karena penasaran, kubuka sedikit pintu kamarnya namun lelaki aneh itu rupanya tak ada di kamar. Kemana dia pergi? Apa dia tak pulang semalam?

Suara motor yang berhenti di depan rumah seolah menjawab pertanyaanku. Senja memarkirkan motor Beat Karbu miliknya di teras lalu masuk ke dalam rumah. "Hi, istriku!" sapa Senja sambil tersenyum lebar.

"Kamu semalam tidak pulang ya?" tanyaku yang tak bisa menahan rasa penasaran.

"Kenapa? Kangen ya? Baru sebentar aku tinggal, sudah kangen saja!" Senja mengulum senyum dan berjalan melewatiku. Ia membuka pintu lemari es lalu memasukkan isi plastik yang ia bawa.

"Kalau kamu tidak pulang, kasih tau dong," protesku.

"Iya. Aku lupa kalau sekarang sudah punya istri. Nanti aku akan kabari kamu." Senja memasukkan aneka sayuran ke dalam kulkas.

"Kamu habis dari pasar?" tanyaku.

"Kata siapa? Aku dari salon tuh." Senja kini pergi ke dapur. Ia membersihkan ayam dan ikan yang dibelinya dengan cekatan.

"Apa susahnya sih menjawab pertanyaanku dengan benar?" cibirku. "Apa yang bisa aku bantu?" tanyaku. Aku tak enak tinggal di rumah ini tanpa melakukan apapun. Walau menyebalkan, kuakui Senja lumayan baik. Ia menyiapkan makanan untukku tanpa harus aku minta.

"Kamu bisa masak ikan bakar?" tanya Senja sambil menatapku.

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak."

"Kalau ikan goreng?" tanya Senja lagi.

"Kayaknya bisa."

"Kok kayaknya. Tidak meyakinkan sekali. Ayam goreng bisa?"

"Pakai bumbu instan? Aku bisa."

Senja tak lagi menatapku. Ia kembali mencuci ayam dan ikan. "Kalau begitu duduk saja. Sudah kuduga kalau kamu tak bisa masak."

Tebakan Senja memang benar. Kekurangan terbesarku adalah aku tak bisa masak. Bapak lebih suka melihatku rajin belajar dibanding membantu Ibu memasak di dapur. Purnama lebih jago masak dibandingkan denganku. Masakannya mirip dengan Ibu.

Ah... mengingat Purnama membuat hatiku kembali sakit. Cukup. Aku tak mau merasa sedih lagi. Sudah cukup aku dikhianati adik dan calon suamiku. Sekarang aku mau menjalani hidupku yang entah mau dibawa kemana ini.

Aku kembali menatap bahu lebar Senja yang sibuk membersihkan ikan. "Memangnya kamu bisa masak?"

"Tentu saja bisa. Tinggal di Jakarta seorang diri itu harus mandiri. Kalau apa-apa selalu beli, kita tuh bukannya cari uang tapi malah buang-buang uang," jawab Senja.

Aku terus memperhatikan Senja yang nampak lihai memasak di dapur. Aku baru tahu kalau dia punya kelebihan lain selain meledek dan menjahiliku. Rupanya banyak yang tak kuketahui tentang lelaki yang kini sudah menjadi suamiku. Apa pekerjaannya? Jam berapa dia berangkat kerja? Dan masih banyak hal lain yang tak kuketahui.

"Jangan melamun! Lebih baik bantu aku membersihkan rumah. Aku harus segera pergi setelah selesai memasak," kata Senja.

"Kamu... mau pergi kerja?" tanyaku.

"Hmm... bisa dibilang begitu. Kenapa? Kamu tak mau aku tinggal pergi? Kamu ingin menikmati masa bulan madu kita dengan nuansa romantis? Atau kamu mau kita pergi bulan madu?" ledek Senja.

"Lupakan saja. Tak usah kau jawab pertanyaanku. Menyesal aku bertanya padamu!" Kutinggalkan lelaki menyebalkan yang sedang tertawa terbahak-bahak itu pergi. Dasar menyebalkan, masih pagi saja sudah menyebalkan, huh!

.

.

.

Berdiam diri di kontrakan Senja rupanya membuatku jenuh. Aku yang biasanya sibuk melayani pembeli di toko, kini hanya sibuk mengganti channel TV setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Ternyata acara TV sekarang sangat membosankan, kalau bukan sinetron azab ya acara talk show dimana pembawa acaranya lebih banyak berbicara dibanding bintang tamunya.

Apa aku jalan-jalan saja ya untuk mengusir rasa bosan?

Ya, lebih baik aku jalan-jalan daripada aku lumutan di depan TV. Setelah mengunci pintu rumah, aku berjalan melewati gang kecil untuk sampai ke jalan raya yang lebih besar.

Ibu-ibu yang sedang mengobrol tiba-tiba langsung membisu saat aku melintas di depan mereka. Mereka menatapku seolah aku ini adalah penyusup yang sedang memasuki Korea Utara. Tatapan penuh selidik mereka tujukan padaku. Setelah aku melewati mereka dengan senyum yang kupaksakan agar terkesan ramah, mereka langsung membicarakanku. Ah, biarlah. Toh aku tak kenal. Mau digosipin pun aku tak peduli.

Sesampainya di jalan raya, aku bingung mau kemana. Pilihanku ke minimarket di pertigaan jalan. Saat hendak menyebrang, langkahku sontak terhenti. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat.

Bukankah itu... Senja?

Apa yang sedang ia lakukan di sana?

****

Terpopuler

Comments

yeni NurFitriah

yeni NurFitriah

Senja...kamu bikin penasaran deh,kerjaan kamu apa sih,masa iya jadi kang parkir🤭

2025-05-05

3

Muh. Yahya Adiputra

Muh. Yahya Adiputra

paling demen bangett kamu buat mentari kezellll.. apa jangan jangan sebenarnya kamu beneran suka pada mentari yach, makanya dari dulu kamua cari gara gara sama dia. padahal cuma karena agar tari bisa melirik dirimu🤔

2025-05-15

0

momnaz

momnaz

pasti yg ditonton si Tari..pagi-pagi ambyarrrr host nya yg ngomong sendiri..wkwkwk,mizz emang keren cerita novel nya deket kehidupan sehari ²...

2025-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 Perselingkuhan Paling Menyakitkan
2 Suami Dadakan
3 Pernikahan Ini Bukan Mimpi
4 Hidup Baru Di Jakarta
5 Uang Nafkah
6 Dasar Suami Edan!
7 Tamu Super Tampan
8 Kuntitari dan Genderuja
9 Posko Banjir
10 Komposisi Gen Senja
11 Tak Bisa Diberi Jantung
12 Lukisan Anak Ireng
13 Permintaan Fajar
14 Ganti!
15 Barbie dan Ken
16 Kamu Kemana, Ja?
17 Kedatangan Mertua
18 B.E.L.E.K
19 Setelan Pabrik
20 Hutang Budi
21 Aku Mencintaimu, Mentari
22 Menyembuhkan Luka di Hatimu
23 Anak Kucing Masuk Mall
24 Sakit
25 Obat Paten
26 Aku Sudah Sehat
27 Aku Mampu, Mentari.
28 Gantungan Kunci
29 Mulai Mengenal Senja
30 Kedatangan Purnama
31 Pertengkaran Adik Kakak
32 Nasihat Lelaki Super Aneh
33 Senja Si Serba Bisa
34 Tak Tahu Banyak Tentang Senja
35 Kemenangan Terbesar
36 Tak Adil
37 Lingkungan Toxic
38 Sikap Aneh Mentari
39 Tak Bisa Menghindar
40 Pelecehan Seksual
41 Anak Kucing Pemberani
42 Senja Yang Kukenal
43 Aku Mencintaimu, Mentari
44 Ada Syaratnya
45 Pijat dan Poligami
46 Memikirkan Hal Lain atau Memikirkan Orang Lain?
47 Kantor Terbaik
48 Mr Marbot
49 Es Krim
50 Lupa Berdoa
51 Aku Cemburu, Puas?
52 Burung Hantu
53 Liburan Singkat
54 Menjadi Istri Yang Baik
55 Akting Lebay
56 Rumah Mertua
57 Pulang
58 Gadis Cantik Itu Mentari
59 Kabur adalah Jalan Keluar Untuk Si Pengecut
60 Orang Gila
61 Chayang
62 Block
63 Sudah Gila Kamu, Mas!
64 Balik Posisi Kita
65 Rencana Pak Budi
66 Jawaban Purnama
67 Minta Waktu
68 Menemani Senja Bekerja
69 Ibu Surti
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Perselingkuhan Paling Menyakitkan
2
Suami Dadakan
3
Pernikahan Ini Bukan Mimpi
4
Hidup Baru Di Jakarta
5
Uang Nafkah
6
Dasar Suami Edan!
7
Tamu Super Tampan
8
Kuntitari dan Genderuja
9
Posko Banjir
10
Komposisi Gen Senja
11
Tak Bisa Diberi Jantung
12
Lukisan Anak Ireng
13
Permintaan Fajar
14
Ganti!
15
Barbie dan Ken
16
Kamu Kemana, Ja?
17
Kedatangan Mertua
18
B.E.L.E.K
19
Setelan Pabrik
20
Hutang Budi
21
Aku Mencintaimu, Mentari
22
Menyembuhkan Luka di Hatimu
23
Anak Kucing Masuk Mall
24
Sakit
25
Obat Paten
26
Aku Sudah Sehat
27
Aku Mampu, Mentari.
28
Gantungan Kunci
29
Mulai Mengenal Senja
30
Kedatangan Purnama
31
Pertengkaran Adik Kakak
32
Nasihat Lelaki Super Aneh
33
Senja Si Serba Bisa
34
Tak Tahu Banyak Tentang Senja
35
Kemenangan Terbesar
36
Tak Adil
37
Lingkungan Toxic
38
Sikap Aneh Mentari
39
Tak Bisa Menghindar
40
Pelecehan Seksual
41
Anak Kucing Pemberani
42
Senja Yang Kukenal
43
Aku Mencintaimu, Mentari
44
Ada Syaratnya
45
Pijat dan Poligami
46
Memikirkan Hal Lain atau Memikirkan Orang Lain?
47
Kantor Terbaik
48
Mr Marbot
49
Es Krim
50
Lupa Berdoa
51
Aku Cemburu, Puas?
52
Burung Hantu
53
Liburan Singkat
54
Menjadi Istri Yang Baik
55
Akting Lebay
56
Rumah Mertua
57
Pulang
58
Gadis Cantik Itu Mentari
59
Kabur adalah Jalan Keluar Untuk Si Pengecut
60
Orang Gila
61
Chayang
62
Block
63
Sudah Gila Kamu, Mas!
64
Balik Posisi Kita
65
Rencana Pak Budi
66
Jawaban Purnama
67
Minta Waktu
68
Menemani Senja Bekerja
69
Ibu Surti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!