bab 5 Si Jalu

Jaka Keling sudah keluar dari lembah, saat ini Jaka Keling kembali ketempat awal mula dia berkonflik dengan Rama Sanjaya, selain untuk memastikan beberapa hal, dia berharap menemukan sesuatu yang mengarah pada keberadaan temannya yang terbunuh.

"sepertinya Rama Sanjaya dan anteknya membereskan jasad temanku, aku harap mereka memperlakukannya dengan layak" Salah satu kecemasannya adalah jasad temannya tidak diperlakukan dengan tidak semestinya.

Selain berharap untuk bisa balas dendam, Jaka Keling juga harus mencari informasi tentang jasad temannya. Walau sudah tewas dan tidak bisa berbuat apa-apa, setidaknya Jaka Keling harus menyemayamkan jasadnya.

Setelah tidak mendapatkan petunjuk Jaka Keling bersiap untuk pergi, dia harus segera pulang ke padepokan, berjalan sendirian membuat Jaka Keling merasa kesepian, setidaknya butuh waktu berjalan seharian untuk sampai ke kampung terdekat.

Tidak beberapa lama berjalan sendiri Jaka Keling berpapasan dengan tiga orang asing yang juga sedang dalan perjalanan, Jaka Keling yang berjalan cepat mampu mendekat ke arah tiga orang didepannya.

Sebelum semakin dekat Jaka Keling memperhatikan untuk memastikan, melihat itu hanya rakyat biasa, terlihat dari baju dan penampilan mereka, Jaka Keling mendekat.

"bolehkah aku bergabung dengan kalian" Jaka Keling mencoba menyapa mereka, berjalan sendirian membuatnya bosan, selain itu golok yang dibawanya sudah hilang, tanpa senjata jika ada serangan binatang buas atau bandit tidak ada senjata untuk melawan.

"tentu saja, perkenalkan aku Cepot, ini adikku dawala dan Gareng, kami dari desa Tumaritis dan sedang menuju ke Maespati" Cepot salah satu dari tiga orang yang ditemui Jak Keling menjawab.

Jaka Keling "aku Jaka Keling, murid dari padepokan Adisekar dan akan kembali ke padepokan"

Jaka Kelinv tidak tahu Tumaritis, lagi pula itu hanya desa, sedangkan Maespati adalah ibukota kerajaan, walau tidak pernah kesana dia sering mendengar, juga banyak murid padepokan berasal dari sana.

"kebetulan kita searah, kita bisa berjalan bersama, kenapa kau pergi sendirilan mengingat hutan adalah tempat yang berbahaya" Cepot bertanya, pada akhirnya mereka berjalan bersama dan mengobrol untuk meramaikan suasana perjalanan.

"aku dan temanku pergi ke hutan sayang kami diserang kelompok serigala, beruntung aku masih selamat, sayang temanku menjadi korban" Ada kebohongan dalam obrolannya tetapi Jaka Keling lebih memilih untuk berbohong, ini untuk keselamatan dirinya juga.

Jaka Keling bisa saja berkata jujur mengingat Cepot dan lainnya adalah orang luar, tetapi dia memilih untuk berbohong, lagi pula dia butuh alasan dan jawaban tentang keterlambatan dan penyebab temannya tewas. Dia mulai membiasakan untuk membuat alasan.

"aku cukup prihatin dengan apa yang menimpamu, kalau aku jadi kau, aku akan membalas dan memburu kelompok serigala yang membunuh temanku" Cepot seakan memberi masukan kepada Jaka Keling.

" Selian itu di persimpangan jalan didepan kita akan berpisah, kau tidak membawa golok atau senjata, aku menawarkan golok ini padamu, tenang saja kau hanya cukup membayar 55 perak untuk itu, untuk pergi ke Maespati kami kekurangan uang." Tawar menawar barang diperjalanan sudah biasa terjadi.

Jaka Keling tertarik dengan golok yang ditawarkan, selain karena membutuhkan senjata atau golok untuk keperluan dasar dan bertahan, yang yang ada di kantongnya pas untuk membayarnya.

"Baiklah, aku akan membayar untuk itu" pada akhirnya Jaka Keling menerima tawaran. Selain kebutuhan, walau menghabiskan semua simpanannya itu masih dibawah harga pasar, untuk golok biasa harga di pasar berada diharga 100 perak. Lagipula Jaka Keling membawa bahan obat-obatan untuk dijual, ini cukup untuk keperluan dan juga mengirim kekeluarganya.

"kau bisa memilikinya, golok ini aku berinama si Jalu kau harus menjaga dan merawatnya, aku harap ini bisa berguna untukmu" Cepot dan Jaka Keling selesai bertransaksi, golok adalah senjata yang umum dimiliki, bukan hanya pendekar bahkan penduduk biasa juga memilikinya. Penamaan senjata bahkan untuk senjata atau perkakas yang digunakan sehari-hari umum dilakukan.

Jaka Keling berpisah dengan rombongan Cepot, sebagai pendekar pemula dia belum bisa merasakan dan membedakan senjata. Dia merasa golok yang dimilikinya hanya golok biasa, walau begitu dengan harga yang dibayarkan Jaka Keling merasa untung.

"kakak apakah Jaka Keling bisa mengendalikan si Jalu, jika salah orang itu bisa membawa petaka" setelah berpisah dengan Jaka Keling Dawala mempertanyakan keputusan kakaknya.

Cepot " salah dan benar itu bagian dari takdir, lagipula kalian juga bisa merasakannya, Jaka Keling memiliki takdir yang tidak biasa, pertemuan dia dengan kita, juga ada aura macan putih itu, setidaknya Si Jalu butuh berpetualang dan bersenang-senang."

Cepot, Dawala dan Gareng adalah orang yang sudah hidup ratusan rihu tahun, walau terlihat kebetulan tidak sembarang orang bisa bertemu dengan mereka.

Jeka Keling setelah berpisah dengan rombongan Cepot mempercepat langkahnya, selain ingin segera datang, berjalan sendiri membuatnya tidak nyaman.

"uang yang didapat cukup untuk mengirim, juga untuk keperluanku beberapa hari," setelah sampai, tujuan pertama Jaka Keling adalah pasar dan menjual tanaman obat kepada pengepul, tanaman obat yang dia bawa adalah tanaman biasa tetapi memiliki nilai yang baik, walau menemukan banyak tanaman langka di lembah, Jaka Keling tidak bisa memanennya saat ini, walau bisa mendapatkan banyak uang, itu terlalu berbahaya dan bisa memancing orang yang serakah.

"baiklah besok aku akan mengantar kirimanmu dan menyampaikan keadaanmu yang baik-baik saja" Rawing teman Jaka Keling yang biasa mengantar kiriman Jaka Keling jika dia tidak bisa pulang.

Saat ini Jaka Keling bersama dengan Rawing berada di gubuk ditengah ladang, sebagai murid padepokan dari golongan biasa Jaka Keling terbiasa tidur dimana saja.

Rawing adalah anak yatim piatu dan hidup di desa dekat padepokan, tidak memiliki saudara lain membuatnya hidup dimana saja dan bekerja apa saja, selain bekerja di pasar dia biasa melakukan pekerjaan apa saja termasuk mengirim pesenan atau kiriman ke kampung lain.

Rawing berencana masuk padepokan, sayang dia tidak lolos seleksi dan membuat harapannya pupus, walau begitu dia berteman dengan beberapa murid padepokan, selain mendapatkan tugas dan pekerjaan Rawing belajar gerakan silat dari mereka.

Waktu yang sudah mulai gelap membuat Jaka Keling memutuskan beristirahat digubuk bersama Rawing dan berencana untuk kembali ke padepokan pada pagi hari.

Setelah Rawing tertidur, Jaka Keling masih terjaga sambil memegang dan memperhatikan Si Jalu, golok yang baru dimilikinya.

Ada perasaan berbeda yang dirasakan Jaka Keling ketika memegang Si Jalu, tetapi dia tidak tahu apa itu, tetapi darahnya dan perasaannya terasa terbakar, seperti ingin membalas dendam atas kematian temannya.

"aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku." pada akhirnya Jaka Keling mengabaikan keanehan yang terjadi saat ini dia memilih untuk segera tidur, dia butuh istirahat dan mempersiapkan segala alasan untuk apa yang menimpa dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!