Setelah keluar dari ruangan Burhan, bukannya senang Alvin malah tampak bingung, membuat Doni yang
memperhatikannya dari jauh langsung
bingung.
"Kenapa AL?" tanya Doni begitu Alvin duduk di sampingnya.
"Guntur gak kenapa-kenapa, kan?" lanjut Doni yang dibalas gelengan oleh Alvin.
"guntur baik-baik aja, cuma sekarang ini aku lagi bingung.
Bayangin aja Pak Burhan mau ngasih satu proyek aku yang megang." ucap Alvin membuat Doni yang sedang minum langsung
Byur!
Ia menyemburkan air yang berada di mulutnya membuat Alvin terkekeh.
"Serius kamu?" tanya Doni yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Serius."
"Gila sih... aku bilang juga apa, kamu itu bisa, AL." puji Doni sambil meletakkan tempat minumnya.
"Tapi masalahnya ini kali pertama Don, nanti kalo rugi gimana? Aku gak punya uang untuk nalangin." tanya Alvin membuat Doni langsung menepuk jidatnya.
"Ya ampun AL ... masih aja ya pemikirannya belum di rubah, saya geplak juga kepalamu lama-lama.
Untung rugi itu belakangan, yang penting kamu nyoba dulu. Ibarat lomba aja sih menang atau kalah itu belakang.
Intinya sekarang kamu iyain aja dulu, kemudian belajar terus sama Pak Burhan, bisa kaya raya kamu kalo mau.
AL... AL aduh gak sia-sia punya teman kayak kamu, wajahmu meyakinkan banget." ujar Doni membuat Alvin menoleh.
"Apaan sih, baru juga tawaran itu, bisa aja berubah pas mau hari h.
Santai aja dulu, jangan bilang sama siapa- siapa. Takutnya yang lain marah samaku." ucap Alvin yang dibalas anggukan oleh Doni.
"Iya siap, mantap dah temanku ini. Bismillah sukses." lanjut Doni yang diaminiOleh Alvin lalu mereka terkekeh.
"Mas Alvin."
Deg!
Panggilan itu membuat Alvin langsung mematung, suara yang tidak asing baginya.
Alvin menoleh ke belakang dan benar saja itu adalah Dina.
"Dina." gumam Alvin tidak percaya.
"Ya ini aku Mas, aku kesini bukan mau baikan sama kamu.
Tapi aku kesini hanya mau ngasih uang untuk beli susu Guntur. Pasti kamu gak sanggup kan beli susunya." ucap Dina seenaknya.
Jleb!
"Nih." Lanjut Dina, sambil menyodorkan beberapa uang merah ke depan Alvin.
Tapi AL tidak bergeming sama sekali, ia hanya memperhatikan gaya Dina dan cara bicara istrinya itu tidak kunjung berubah.
"Alah Mas... ambil ajalah gak usah malu, aku tau kamu butuh. Aku juga tau kamu pasti minder kan samaku, karena belum berapa bulan setelah berpisah.
Aku udah datang dengan gaya yang Berbeda dan pastinya, nasibnya juga berubah tidak seperti dulu lagi," ujar Dina, membuat Doni langsung mengernyitkan dahinya.
'Ngeri juga ini mulut cewek, sekate-kate sama suami sendiri, kena azab tau rasa itu mulut!" ucap Doni dalam hati lalu ia melihat Alvin.
Alvin yang dibilang begitu Doni yang emosi dibuatnya.
"Dari mana kamu tau aku kerja disini?" tanya Alvin tetap santai membuat Dina terkekeh.
"Mas... mas, kalo kita banyak uang apa sih yang gak di tau, iya gak?
Kuncinya mah gak hanya makan aja yang penting, tapi yang juga," ledek Dina membuat Alvin mangut-mangut.
"Sudah selesai?" tanya Alvin datar, membuat Dina bingung dengan sikap Alvin
yang terkesan dingin.
"Ini ambil Mas, jangan sampe Guntur gizi buruk. Aku tau kamu memberinya susu yang tidak layak." kesal Dina karena Alvin
mengabaikannya.
"Bawa kembali uangmu, aku masih bisa
menafkahi anakku sendiri," ujar Alvin dingin,
Lalu ia merapikan tasnya yang sedikit berantakan karena habis makan.
"Tentu Mas, kamu bisa menafkahinya sama kayak aku gak sih? Kamu bisa menafkahinya, tapi makanan yang dimakan gak dan yang bergizi." bantah Dina mulai sewot.
Mendengar itu Alvin langsung mengambil kotak susu bayinya, lalu menunjukkan kotak itu pada Dina. Ya itu susu yang dibelikan oleh Burhan dan Maya.
"Kamu lihat ini, coba kamu searching di google berapa harga susu ini.
Uang yang kamu kasih itu gak bakal
cukup untuk beli sekaleng aja, paham kamu!" tegas Alvin membuat Dina kaget begitu juga dengan Doni.
"Mas kamu-
"Apa? Mau ngomong apa lagi kamu? Mau hina apa lagi?" cecar Alvin membuat Dina menganga.
Ia bahkan tidak pernah melihat Alvin marah sekalipun sepanjangan pernikahan mereka. Dan sekarang untuk pertama kalinya ia mendengar suara Alvin meninggi.
'Bagus AL.' ucap Doni dalam hati.
"Dan kamu Mas? Bagaimana bisa kamu membeli susu itu, secara kamu hanya kuli bangunan. Semua orang juga tau gaji kuli berapa sih.
Gak mungkin juga kamu bisa membeli susu itu buat Guntur, apa kamu ngemis setelah nguli?" kesal Dina mulai emosi, karena ia merasa di kalahkan.
Deg!
"Tidak perlu kamu tau, yang penting aku memberi nafkah halal untuk anakku bukan nafkah haram.
Dan satu lagi, pergilah yang jauh. Bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu malu mempunyai suami sepertiku dan kalo bisa Guntur pun tidak perlu mengenalmu.
Aku cukup mengatakan pada Guntur, Ibunya sudah mati kalo ia bertanya kelak, bukan begitu Dina?" ujar Alvin
mengembalikan semua kata-kata Dina padanya, membuat Alvin mengepalkan tangannya menahan kesal.
"Pergilah ... nanti Guntur datang, kamu malu kan punya keluarga seperti kami?
Pergi dan jangan pernah tunjukkan wajahmu di hadapanku lagi!" tegas Alvin Membuat Dina benar melongo mendengar itu.
Alvin yang lembut, penyabar dan sopan. Sekarang berubah 380 derajat, membuat Dina mematung tidak percaya.
"Kenapa masih disini? Udah selesai bukan? Kuli bangunan ini mau kerja dulu, nanti kamu kena debu lagi. Pergilah ... sebelum kamu alergi." lanjut Alvin lalu ia meninggalkan Dina yang masih menganga.
"Good job Alvin." puji Doni saat Alvin di hadapannya.
"Pipiku terasa panas tiba-tiba, kayaknya efek tamparan kamu dulu." jawab Alvin membuat Doni tertawa.
"Sok jual mahal kamu Mas, padahal kamu butuh. Kamu pikir aku percaya sama ucapan kamu, gak sama sekali!" ujar Dina lalu
meletakkan uang tersebut di dekat tas Alvin.
"Belikan itu untuk keperluan Guntur!" ketus Dina, lalu ia berbalik melangkah hendak pergi.
Alvin yang melihat itu tidak tinggal diam, ia mengambil uang itu, lalu memanggil anak kecil yang sedang lewat.
"Tolong kasih uang ini pada Tante itu,
Cepet ya, nanti om kalian upahnya." ucap Alvin yang dibalas anggukan oleh anak laki-laki
berumur 7 tahun itu.
Dina masih menahan kesal sambil berusaha mengatur nafasnya, ia sedang menunggu lampu merah ingin menyeberang.
sana.
Mobil pacarannya menunggu di seberang
'Huh... Jangan terpengaruh Dina, itu cuma dramanya aja,' ucap Dina dalam hati.
"Tante." panggil anak kecil itu sambil menarik-narik tangannya, membuat Dina menoleh.
"Iya."
"Ini buat Tante." ucap Anak tersebut.
Dina yang melihat uang itu langsung mengernyitkan dahinya, lalu ia berbalik ke belakang.
Ia melihat Alvin tengah melihatnya dengan tangan yang dilipat di depan dada, seolah-olah menunjukkan kehebatannya sekarang.
"Apa orang ini sudah gila?" gumam Dina.
"Ini Tante makasih."
Tiba-tiba anak laki-laki itu memberikan uang tersebut ke tangannya. Lalu kembali berlari ke arah Alvin, membuat Dina tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sudah, Om." ucap anak kecil tersebut, membuat Alvin menunduk sambil tersenyum.
"Terima kasih ya, ini buat kamu sana beli ice cream." ucap Alvin yang di balas anggukan oleh anak itu.
"Makasih Om."
Setelah anak kecil itu pergi, Alvin kembali berdiri tegak sambil melipat kedua
tangannya. Ia melihat Dina masih menatapnya tajam.
"Dia pasti sudah gila!" umpat Dina dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments