Masih ada lima hari untuk memulai tapa Brata Gembolo Geni, ia mencoba mempelajari kitab yang di berikan oleh sang guru.
" Pedang Sejagad" gumam Jaka membaca sampul kitab itu. Ia mulai berlatih jurus jurus pedang itu dengan sebuah bilah bambu, ia tak berani menggunakan pedang pemberian gurunya takut menghancurkan lingkungan sekitar karena kekuatan pedang itu sangat besar dengan daya hancur yang mengerikan. Jaka pernah mencoba sekali yang membuatnya di hukum sang guru karena kebun singkong di dekat ia berlatih habis ter papas oleh sinar pedang
Kamis sore Jaka mulai bersiap melakukan puasa untuk menguasai ajian Gembolo Geni..
Dia di haruskan mandi jam sebelas malam dengan di taburi bunga melati putih .
Ia pun di ajarkan cara mandi dan niat yang sedikit berbeda dengan mandi wajib yang biasa ia pakai
Niat ingsun adus, adus banyu kodratullah ngedusi sedulur papat, kelima badan nenem nyowo pitu Sukmo, sah badan kersaninng Allah.
Setelah mandi ia di suruh memakan tujuh kepel nasi putih dan air segelas. Lalu di suruh membaca mantra Gembolo Geni .
Sun matek ajiku si gembolo geni , Sato Moro Sato mati, janmo Moro janmo mati.....................dst. ( maaf di potong , takut ada yang mengamalkan dan nanti terjadi kesalahan)
Jaka membaca berulang hingga seribu tiga ratus tiga puluh tiga kali. Setiap malam ,
setiap malam kepel nasi akan di kurangi hingga malam mutih terakhir hanya sekepal saja, besok nya ia di haruskan melakukan tapa Brata Pati Geni dalam ruangan yang tak terkena sinar sama sekali, sambil terus mengulang membaca mantra Gembolo Geni tanpa henti.
Malam pertama Pati Geni, Jaka di kelilingi oleh ribuan ular, dari yang sekecil jarum hingga yang sebesar pohon kelapa. Jaka mengacuhkan saja, ia tetap membaca ajian Gembolo Geni dengan khusyu, hingga ular ular itu merayap pergi dan tak ada sama sekali.
Di hari kedua, tujuh wanita cantik dengan berpakaian bikini yang memamerkan lekuk tubuh dan aset mereka merayu Jaka untuk bercinta. Namun Rangga terus saja berkonsentrasi , ia melawan godaan itu dengan mengingat rasa sakit yang di tinggalkan oleh Nindi mantan istrinya, dan ia juga mengingat sebuah pepatah semakin cantik seorang wanita, maka semakin berbahaya , perlahan tujuh wanita cantik itu pergi .
Di hari ketiga , datang seorang yang sama persis dengan dirinya.
" bangun pengecut!" bentak pemuda itu ,
" siapa kamu!?" tanya Jaka heran melihat sosok yang ada di hadapannya , mengapa seperti kembarannya .
"ha ha ha, aku adalah dendam dan amarahmu, aku jauh lebih kuat darimu, sudahi tapa mu, kau tak akan mampu mengalahkan diriku " kembaran Jaka yang tercipta dari amarah dan dendam dari dalam dirinya berkata dengan sombong .
jaka mencoba memukul, namun setiap pukulan itu mengenai lawannya justru ia yang menderita , di mana ia memukul kembarannya maka di situ pula ia merasakan sakit, ia berdiam sejenak , lalu berdiri dan mendekati kembarannya
" maafkan aku yang membuatmu tercipta dari amarah dan dendam ku, kamu tak perlu ku lawan, namun perlu ku pahami" ucap Jaka sambil memeluk kembarannya. Kembaran Jaka terdiam saat di peluk, lalu perlahan menyatu dalam tubuh Jaka .
" Bangunlah ngger, kamu sudah lulus" setelah kembaran Jaka masuk ke dalam tubuh Jaka , seorang kakek berjubah putih dengan jenggot panjang menyapanya ,matanya teduh saat memandang, wajahnya mengeluarkan cahaya ke keagungan , dan senyum ramah selalu menghias bibirnya.
" Terima kasih eyang" ucap Jaka ,sang kakek mengangguk dan memberikan sebuah cambuk pada Jaka.
" bangunlah, pergunakan ilmu dan cambuk Gembolo Geni ini untuk kebaikan dan menolong sesama "ucap sang kakek sebelum akhirnya memudar dan hilang dari hadapan jaka.
" baik ,terima kasih Eyang "ucap jaka tulus dan senang, ia ternyata berhasil mendapatkan cambuk Gembolo Geni, Jaka menyudahi tapa bratanya ,dan keluar dari goa buatan sang guru.
" kamu berhasil!?" Mang Boris yang melihat Jaka keluar dari goa tapa bratanya bertanya dengan penasaran.
" guru terima kasih sudah membimbingku, aku sudah berhasil guru" Jaka memberikan penghormatan pada mang Boris yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya.
" bangunlah, aku senang kau berhasil, sekarang ikut dengan ku" ucap sang guru , Jaka mengikuti sang guru , di kamar sang guru mengeluarkan kotak kecil dari kayu jati, ia mengeluarkan pusaka mutiara dan Tali Pocong .
" ulurkan tangan mu " perintah sang guru, Jaka mengulurkan tangannya , Tali pocong itu tiba tiba bergerak ke arah Jaka dan melesat dan mengikat di pinggang Jaka sedangkan mutiara sebesar telur puyuh itu masuk ke dalam dadanya
" aaaargh"
Jaka menjerit saat mutiara itu masuk ke dalam tubuhnya , badannya seperti di panggang oleh bara api .
Jaka mencoba bertahan ia percaya sang guru tak akan menyakitinya , ini hanya cobaan yang harus ia lalui.
Perlahan rasa panas itu memudar dan berganti dengan rasa hangat yang membuat nyaman tubuhnya ,
" Hoek" Jaka tiba tiba mencium bau busuk seperti bau bangkai tikus ,
" guru kamarnya kok bau, guru ga mandi mandi yah" ucap Jaka, melihat sang guru yang juga menutupi hidungnya.
Buk
" mandi sana ,baunya kan dari badan kamu murid geblek!" mang Boris menendang Jaka karena mengatainya tidak mandi
jaka, melihat tangan dan kakinya yang ternyata di penuhi kotoran seperti lendir hijau .
" Hoek"
Jaka hampir muntah saat mencium lendir hijau itu, ia langsung berlari menuju sungai kecil yang berada di belakang rumah . tak lupa ia membawa sabun dan juga sikat baju .
Byuuur
Jaka menceburkan dirinya di sungai itu ,
satu jam membersihkan diri ,baru tubuh Jaka bersih dari lendir hijau itu, itu pun harus di sikat dengan sikat baju yang ia bawa berulang kali,
" waduh, pulang pake apa ini!" keluh Jaka saat ingat ia tak bawa baju ganti dan handuk, sedangkan bajunya yang tadi ia pakai ia hanyutkan karena tak jua hilang bau dan lendir yang menempel .
Jaka tak menyadari bila kini kulitnya yang tadinya agak hitam menjadi kuning Langsat bersih , wajahnya memancarkan aura yang mampu memikat siapa saja lawan jenisnya yang menatap dirinya.
"Ada pohon pisang, biar aku pulang di memakai daun pohon pisang saja lah." kata Jaka dalam hati saat melihat pohon pisang di pinggiran sungai.
Dengan cepat ia mengambil beberapa pelepah dan memakainya ,di pinggang,
" nah , aman kan ga bakalan terbang," Ucap Jaka sambil tersenyum sendiri,
" ih dingin " ucap Jaka saat angin berhembus dan meniup burung mpritnya yang hanya di tutupi daun pisang. Ia dengan cepat berlari menuju rumah sang guru.
" eh, ada orang primitif dari mana ini?" mang Boris yang melihat Jaka hanya memakai daun pisang
" ah , guru bisanya meledek aja" gerutu Jaka sambil masuk ke dalam kamarnya .
" eh kok ada lagi ?" gumam Jaka melihat tali kain putih kembali ada di pinggangnya ,saat mandi tadi tali kain putih itu tak ada.
" ha ha ha, daun pisangnya ada uletnya ga, nanti bentol bentol dan gatal lagi " mang Boris yang melihat Jaka keluar dari kamar tertawa mengingat Jaka memakai daun pisang.
Jaka tersenyum masam
" aman guru ," jawab Jaka.
" sekarang bersihkan kamarku, bau mu ketinggalan di sana" ucap mang boris sambil meninggalkan Jaka yang terbengong .
" baru juga mandi " gerutu Jaka ,
💡
" ting"
Jaka mendapat ide, ia pernah membeli bibit minyak wangi melati , nanti dia akan menaburkan di kamar gurunya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments