Samuel duduk dengan santai menyaksikan kepanikan Rangga, termasuk mereka semua, saling memandang tampak bingung dengan situasi tersebut.
Rangga semakin salah tingkah ketika menyadari mereka semua menatapnya, menggaruk sana sini meski tidak gatal sekali pun.
"Kasian pelayannya menunggu lama, berniat bayar apa tidak? Apa jangan-jangan ingin mereka bayar makanan masing-masing?" sindir Samuel sambil tersenyum penuh ledekan.
Rangga menggeram tanpa suara, gertakkan gigi yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, marah bukan kepalang, tapi ia harus menjaga imagenya di depan para bawahan, terutama di depan Yuna.
Nama baik dan harga diri harus ia jaga, tapi pertanyaannya, bagaimana ia bisa menjaga harga dirinya sementara tagihan tersebut tak mampu ia bayar?
"Dari tadi kau diam saja, apa benar-benar ingin mempermalukan mereka semua? Jika kau ingin cari masalah, lebih baik jangan mengikut sertakan mereka yang tidak tahu apa-apa." Samuel lagi-lagi mencibir.
"Sam, sudah. Kamu jangan semakin memperkeruh suasananya, kamu pikirkan saja bagaimana kamu bisa membayar apa yang kamu pesan, semua ini tidaklah murah," ucap Yuna sedikit khawatir.
"Kamu terlalu meremehkan aku, Yuna. Jika aku katakan bahwa aku mampu, apa masih ada alasan lagi bagiku untuk tidak bertanggung jawab? Sudah, jangan dipikirkan, kamu tinggal duduk manis saja di sini, saksikanlah si bos pembohongmu itu," jawab Samuel.
"Pak Bos, ada apa ini? Kenapa Anda diam saja? Waktu istirahat kita sudah mau habis, kita tidak bisa tinggal lebih lama lagi, kan?" sahut salah satu dari mereka.
Rangga semakin kebingungan, lalu berkata pada mereka. "Sekali lagi aku benar-benar tidak menyangka jumlah tagihannya akan sebanyak ini, juga dengan terpaksa mengatakan ini pada kalian. Karena jumlahnya terlalu besar dan kalian memesan tanpa melihat harganya, jadi saya putuskan kalian juga harus membayarnya, masing-masing dari kalian keluarkan uang 20 Juta, dan sisanya aku yang akan bayar, bagaimana?"
"Lho, kok jadi begitu, Pak Bos? Bukankah Anda sendiri yang berjanji untuk mentraktir kami semua? Kok sekarang jadi beda? Kami malah diminta keluar uang 20 Juta, uang segitu bagi kami tidaklah sedikit, jika tahu begini, kami tidak akan mau datang, hanya membuat rugi belaka." Mereka pun tak terima.
"Tapi masalahnya kalian malah memesan minum yang tidak sewajarnya, pertama ini masih jam kerja, tidak seharunya kalian meminum minuman beralkohol, kedua, kalian memesan tanpa mengkonfirmasi ke saya tentang wine tersebut, jadi saya tidak akan sepenuhnya membayar tagihan ini, semua yang meminum wine tersebut, harus patungan." Rangga mencoba untuk berdalih.
"Anda ini kok lucu, ya. Biar saya perjelas lagi pada Anda. Pertama, wine yang kami pesan ini kami bagi-bagi, masing-masing hanya mendapat setengah gelas kecil karena memang botolnya kecil, jadi hal ini tidak akan membuat kami mabuk dalam waktu kerja. Kedua, bukankah Anda sendiri yang bilang bahwa kami hari ini dibebaskan, bebas untuk memilih apa saja yang kami inginkan, tapi apa? Kenapa jadi seakan-seakan Anda memojokkan kami?" Mereka pun semakin heboh tak terima.
"Ck, makanya, jika tak mampu, lebih baik jangan terlalu menyombong, bingung sendiri, kan?" cibir Samuel tak ada hentinya meledek Rangga, siapa suruh Rangga berani tidak sopan padanya, dikira dia tak bisa membalas? Mempermalukan Rangga di hadapan umum adalah pelajaran yang kurang setimpal sebenarnya dari apa yang dilakukan Rangga terhadapnya, diam-diam menaruh hati pada istrinya dan berminat untuk merebut, tidak ada alasan baginya untuk mengampuni Rangga.
"Jadi bagaimana ini, Pak. Bagi kami mengeluarkan uang 20 Juta hanya untuk makan itu sama saja membuat diri sendiri bangkrut. Bapak sudah berjanji, tidak mungkin mau ingkar begitu saja, kan? Jangan membuat kami kehilangan respect pada Anda." Yang lain ikut protes.
Rangga mengusap wajahnya kasar begitu frustasi, uang yang ia kumpulkan saat menjadi seorang manager, apakah benar-benar harus habis begitu saja?
"Jadi bagaimana, Pak?" tanya sang pelayan.
"Bisa diam sebentar gak sih? Aku akan bayar, tidak usah khawatir," bentak Rangga kesal sembari mengeluarkan ponselnya menghubungi sang asisten.
"Ambilkan kartu goldku di rumah sekarang, harus tiba dalam lima menit." Lalu ia kembali menyimpan ponselnya setelah mengucapkan apa yang dia inginkan.
Mereka tampak gembira setelah Rangga akhirnya mau membayar semua tagihan tanpa meminta patungan dari mereka, tapi malah sebaliknya untuk Rangga, ia benar-benar seperti sedang diperas dan tidak mampu mempertahankan hartanya.
Samuel tersenyum puas melihat wajah tak berdaya Rangga, apa yang dia inginkan pun benar-benar terjadi, harta yang selalu disombongkan oleh Rangga, kini tak akan bisa lagi ia pergunakan untuk menyombongkan diri di hadapannya.
Beberapa menit kemudian asisten Rangga tiba di restoran tersebut dan menyerahkan kartu berwarna gold ke hadapan Rangga. "Ini, Tuan."
"Sebagai pemegang kartu gold, tentunya aku tidak bisa mengecewakan kalian." Dengan kepala yang mendongak angkuh dan nada bicara yang masih sombong membuat Samuel geli dengan aktingnya, jelas-jelas sudah bangkrut, tapi masih berharap akan disanjung dan dipuji.
Memang, kartu gold memang layak untuk mendapat sanjungan dan pujian dari orang-orang, tak banyak yang bisa memiliki kartu tersebut, sebuah kartu juga adalah sebuah lambang seberapa besar uang yang mereka miliki dan seberapa besar pengaruh mereka di kota tersebut. Tentu saja Rangga merasa bangga dengan memiliki kartu itu, di dalam kota Rangga adalah salah satu di antara seratus orang pengguna kartu gold tersebut.
Mereka semua tercengang melihat kartu gold itu, tak ada yang menyangka ternyata Rangga salah satu penggunanya.
Pelayan menerima kartu dari tangan Rangga dan menggeseknya sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kertas bill. Dan pembayaran pun berhasil, tapi kenyataan yang harus diterima Rangga juga tak main-main, ia harus kehilangan semua tabungannya yang ia kumpulkan selama beberapa tahun terakhir.
Setelah pembayaran Rangga berhasil, si pelayan datang mendekati Samuel dan tersenyum sopan, tapi hal itu malah membuat wajah Yuna memucat, bagaimana tidak, dibandingkan ia takut Rangga tak bisa membayar, ia lebih takut akan suaminya, takut Samuel tak mampu dan mempermalukan dirinya sendiri.
Yuna merampas kertas tersebut dan melihatnya, di sana tertera jumlah yang harus dibayar oleh Samuel. Sebesar 15 Juta, tentu saja hal itu membuat Yuna lagi-lagi melotot tak menyangka. Uang sebanyak itu, bahkan jika ia membantu Samuel membayar pun, tak akan mampu terlunasi.
Samuel pelan-pelan meraih kertas itu dari Yuna. "Sudah, tidak apa-apa." Sembari tersenyum hangat.
"Mmm ... Mbak, bisakah memberikan sedikit diskon padanya? Atau apakah bisa mencicil tagihannya ini? Kami berjanji tidak akan kabur, kami akan melunasinya sesuai tempo yang ditetapkan, boleh ya?" mohon Yuna, demi Samuel, ia rela mempermalukan dirinya memohon dengan kata-kata yang tak masuk akal.
Semua teman-temannya seketika terkekeh mendengar ucapan Yuna dan menatap Samuel sedikit ilfeel.
"Maaf, Nona. Sekarang restoran ini tidak memiliki diskon untuk pelanggan. Dan juga metode pembayaran dengan mencicil, tentu saja tidak bisa kamu setujui, ini tidak termasuk dalam daftar syarat pembayaran, Tuan ini harus membayar lunas," jawab sang pelayan.
"Yuna, sudahlah, kenapa kau malah mempermalukan diri begitu, seharusnya kau menikah itu hidup dengan baik dan berkecukupan, bukan malah menyedihkan seperti ini," ledek rekan kerjanya.
Yuna hanya bisa mengepalkan tangan menutup telinga rapat-rapat, menganggap cibiran mereka hanya sekedar angin lalu yang tak perlu digubris.
Saat mereka sibuk menertawakan Yuna, seketika Samuel mengeluarkan sebuah kartu yang langka. Ya, tentu saja black card, hanya ada 20 yang tersedia di negara tersebut. Dan Samuel pengguna salah satunya saat ia masih tinggal di keluarga besar Adiguna, kini ia kembali menggunakannya karena jumlah uang yang ia miliki memadai untuk disimpan di kartu tanpa limit tersebut.
Jangan tanyakan bagaimana reaksi mereka semua saat melihat sebuah black card di depan mata langsung, sangat jarang bisa menemukan orang yang memiliki black card, apakah mereka sedang salah menganggap Samuel? Dan telah memprovokasi orang yang salah? Matilah mereka jika itu benar bahwa Samuel adalah orang yang memiliki kekuasaan yang cukup mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rajo kaciak
wooooow
2022-06-05
0
Dkh_04
maaf kakak mau komentar aja, setauku black card sama Gold Card itu masih tinggian Gold Card. apa aku aja yang terbalik ya?😕
2022-04-27
0
Selvan
lanjut
2022-03-10
0