TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

BAB 1. DUKA

Aruna terpekur menatap lama tubuh si kecil, tubuhnya terlelap di atas ranjang kamar Aruna. Sang kakak telah dikebumikan 4 jam yang lalu, sorot mata polos dan lugu sang keponakan menyaksikan prosesi pemakaman yang berlangsung.

...KLIK!...

Derit pintu kamar terbuka perlahan, wanita paruh baya yang nampak kuyu terlihat dengan jelas di saat pintu terbuka dengan lebar. Kedua matanya sembab, langkah kaki gontai memasuki kamar putri bungsunya.

"Mentari udah tidur, Na?"

Sontak saja kepala Aruna mengangguk, dan menghela napas berat di saat ibunya duduk di bibir ranjang. Masih ingat dengan jelas diinginkan Aruna, bagaimana ibunya ini menggila. Bahkan tidak terhitung kali kehilangan kesadaran, ibu mana yang sanggup kehilangan anak mereka. Tidak terkecuali dengan Susi, wajahnya terlihat begitu kelam diselimuti duka.

"Malangnya cucuku, apa yang harus aku lakukan. Ibunya udah nggak ada lagi, gimana nasib cucu cantikku ini," ujar Susi seakan meratapi nasib cucunya.

"Nggak boleh ngomong gitu, Ma! Nggak baik, Mentari biar aku yang jaga. Aku ini 'kan tantenya," sahut Aruna terdengar parau.

Jujur saja hati Aruna hancur mendengar penuturan sang ibu, ia hanya berdua bersaudara. Kinanti merupakan putri sulung yang paling dibanggakan di keluarga selain cantik, cekatan, baik, bahkan juga memiliki pekerjaan yang bagus. Kehidupan sang kakak nyaris sempurna, tampaknya kesempurnaan selalu tidak bertahan lama.

"Mama nggak kebayang bagaimana kehidupan Mentari setelah ini, Na. Apalagi kamu tau sendiri keluarga besar Kakak iparmu itu, nggak begitu suka sama mbakmu. Mama takut, Mentari nggak disayang," ujar Susi getir.

Pernikahan yang terjalin antara Kinanti dan Jakson diawali tanpa restu, keluarga Jakson tidak menginginkan Kinanti. Yang berasal dari keluarga tidak setara dengan keluarga mereka tapi, Jakson bersikukuh menginginkan Kinanti sebagai istri. Rela kawin lari dengan Kinanti, sampai keduanya memiliki Mentari.

Aruna termenung, ia beberapa kali bertemu dengan keluarga kakak iparnya itu. Memang benar sang kakak sering dianggap remeh, tidak dianggap. Diintimidasi oleh para iparnya, apalagi karena tuntutan pekerjaan sebagai seorang pilot. Membuat Jakson—kakak iparnya itu sering berada di luar, dibandingkan ada di rumah.

Aruna terperanjat saat tangannya digenggam oleh sang ibu, Aruna membawa atensinya ke arah sang ibu.

"Tolong jaga keponakanmu, ya, Na. Kamu yang berkuliah di Jakarta, akan lebih mudah buat jagain Mentari." Susi menatap intens ke arah sang putri.

Senyum segaris terbit di bibir Aruna. "Mama tenang aja, Aruna bakalan jagain Mentari. Nggak bakalan ada yang bisa nyakitin Mentari," jawab Aruna berjanji.

Ketukan di daun pintu yang terbuka mengalihkan pandangan mata ibu—anak itu ke arah pintu masuk, tubuh jangkung dengan wajah yang tampak pucat itu berdiri di ambang pintu yang terbuka.

"Ma," panggil suara bariton itu nyaris tercekik.

Susi sontak saja melepaskan genggaman tangannya pada si bungsu dan langsung bangkit dari posisi duduknya, ia melangkah mendekati sang menantu.

"Di mana Mentari?" tanya Jakson pelan.

Susi yang telah berdiri di depan Jakson menunjuk ke arah ranjang milik Aruna, pencahayaan temaram yang berasal dari lampu tidur membuat pandangan Jakson sedikit kurang jelas. Apalagi matanya terasa pedih, sebagai seorang lelaki ia dituntut untuk kuat. Tapi, sebagai seorang suami yang begitu mencintai istrinya, Jakson sulit untuk menahan air mata bercucuran.

"Masuklah, Nak." Susi mempersilahkan Jakson memasukinya kamar milik Aruna.

Gadis berparas ayu itu bangkit dari ranjang, memilih melewati kakak iparnya begitu saja. Membiarkan kakak iparnya ada di kamarnya, untuk menemui sang keponakan.

...***...

^^^3 Bulan Kemudian^^^

Beberapa kali napas berat diembuskan, tepukan pelan di pundak membuat Aruna mendongak. Senyum ramah yang diulas Hana—sahabatnya, ia mengambil posisi duduk di samping Aruna. Wajah Aruna terlihat begitu kusut, sejak kehilangan kakaknya. Aruna cenderung terlihat tertekan, entah beban apa yang sekarang berada di pundak Aruna.

"Lecek amat itu wajah, Neng. Dah kayak dikejar pinjol aja," kelakar Hana ceria.

"Hah, kalo aja dikejar pinjol mungkin akan lebih baik, Han. Ketimbang dikejar tanggung jawab yang ..., ah, sudahlah." Aruna menyisir rambut hitam legamnya ke belakang.

Hana mengerutkan dahinya, menatap lambat ke arah Aruna.

"Masalah apalagi ini, apakah soal Raka, Run?" tebak Hana yang langsung mendapatkan gelengan dari Aruna. "Terus masalah apa dong?"

Aruna mengedarkan pandangan matanya menatap taman kampus, ada banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi menjadikan taman belakang gedung kampus sebagai tempat beristirahat. Mereka terlihat begitu bahagia tanpa beban, sementara Aruna. Gadis satu ini dilanda galau yang tak berujung.

"Haruskah aku menikah, Han?" tanya Aruna nyaris berbisik.

"Hah? Apa?" Hana menarik bahu Aruna untuk menghadap ke arahnya, ekspresi Hana jelas sekali tidak memahami maksud pertanyaan Aruna barusan.

"Nikah," gumam Aruna di kala netranya bersirobok dengan milik Hana, "merelakan semuanya, buat nyelamatin dua orang sekaligus."

"Hei! Aku nggak paham loh, Aruna. Apa yang kamu maksud ini, tolong jelasin ke aku pelan-pelan aja. Kamu ini kenapa sih, tiga bulan ini selalu aja menyendiri. Dan nggak mau banyak omong sampai nggak fokus. Tiba-tiba ngomongin nikah, dan nyelamatin orang. Apaan sih maksudnya," desak Hana frustrasi.

Aruna memang tidak menceritakan apapun pada Hana, sahabat karibnya ini hanya tahu tentang kabar duka kakaknya Aruna. Selain dari ini, Hana sama sekali tidak mendengar cerita apapun dari Aruna.

"Eh, Run! Kamu kok jadi mewek. Aduh, duh ..., oke deh. Jangan cerita kalo nggak mau, aku nggak maksa." Hana panik merogoh tas selempangnya, mencari tisu.

Air mata Aruna terus turun deras, hatinya gundah gulana. Bak makan buah simalakama, Aruna harus dihadapi dengan pilihan masa depan bersama lelaki yang dicintainya. Atau harus siap menikah dengan Jakson—mantan kakak iparnya, untuk menyelamatkan Mentari dan ibunya.

Wanita paruh baya itu menangis keras di telepon, mengatakan jika ia melihat Mentari—keponakannya tidak diurus oleh keluarga Jakson. Sementara lelaki itu tengah bertugas, ibu dan ayahnya meminta Aruna menikah dengan Jakson.

"Ak—aku, cinta Raka, Hana. Sangat cinta sama dia, tap—tapi aku nggak bisa bikin keluargaku kecewa. Apalagi bikin keponakan aku tersakiti gitu aja. Aku harus kayak gimana, Hana?" Aruna tergagap, bibirnya bergetar hebat, dan suaranya terdengar parau.

Hana kelimpungan mengusap lembut pipi Aruna, air mata Aruna deras mengalir. Beberapa pasang mata melirik ke arah keduanya, meskipun tidak tahu apa yang tengah dibahas.

Tangan kanan Hana mengusap pipi Aruna, sementara tangan kirinya menepuk-nepuk punggung belakang Aruna. Hana yang cengeng malah ikut menangis, melihat Aruna sang sahabat menangis.

...***...

Muka Jakson merah padam, ia bahkan tidak bisa konsentrasi bekerja. Apalagi mendapatkan pesan panjang via WhatsApp dari mantan ibu mertuanya, setelah dihubungi. Wanita paruh baya itu menangis sesenggukan, meminta Mentari mereka saja yang urus.

"Nikahi Casandra," tutur wanita paruh baya itu dengan wajah datar.

"Ma!" seru Jakson nyaris berteriak. "Aku ini masih dalam keadaan berduka, Mama."

"Ini udah tiga bulan sejak wanita itu mati, Jakson. Mau berapa bulan lagi kamu bakalan berduka terus, itu nggak akan bikin dia hidup lagi. Wanita itu udah mati, kamu udah harus ngelanjutin kehidupanmu. Bukan terpaku sama yang sudah nggak ada," sahut Miranda, menatap serius ke arah sang putra.

Jakson mengerang kesal, sudah cukup rasanya putranya ini keras kepala. Menikahi wanita dari kalangan menengah itu, meskipun ia menjadi seorang dokter. Tetap saja keluarga mereka tidak setara, Miranda menginginkan menantu yang keluarganya setara.

"Nggak ada yang bisa maksain aku, dan aku nggak akan pernah nikah lagi. Kubur aja niat Mama itu," pungkas Jakson marah.

Jakson langsung menyelonong melangkah mendekati kamarnya, meskipun ibunya berteriak-teriak memangil namanya. Jakson sama sekali tidak peduli, ia terus mengayunkan kedua tungkai kakinya.

^^^Bersambung....^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!