...Ailsa Batari...
...────୨ৎ────જ⁀➴...
Beberapa hari lalu pas grand opening, tempat ini ramai banget, sumpah. Semua orang di kota kayaknya mampir. Gue benaran terharu, akhirnya bisa juga buka setelah berbulan-bulan renov tempat ini sama menyusun menu.
Gue lulusan Ahli Gizi. Jadi memang dari awal niatnya Batari Beans ini bukan sekadar kafe biasa. Gue bakal jualan minuman sehat, protein shake, sama pilihan menu diet lainnya. Bahkan gue sudah planning buat nambahin lebih banyak menu dalam beberapa bulan ke depan.
Lokkie lagi di belakang bersihin dapur. Kita sahabatan dari kecil, dan sekarang dia lagi kuliah online buat mendapatkan gelar magister pendidikan. Dia butuh kerja part-time, jadi ya pas banget lah.
Tiba-tiba pintu terbuka, dan mata gue langsung membelalak lihat dia. Tinggi, ramping, dan gila sih, ini cowok cakepnya gak kira-kira. Rambutnya agak ikal, panjangnya pas nutupin jidat, matanya cokelat gelap, dan mukanya... asli, kayak idol K-pop gitu.
Gue pernah lihat Nauru sebelumnya dan tahu dia siapa, tapi kita nggak berteman. Sudah lama juga sejak terakhir ketemu. Tapi serius, gue gak nyangka dia bisa secakep ini sekarang.
"Eh, Nauru, ya?" sapa gue. Dia sempat senyum dikit, terus malah langsung cemberut. Tatapannya jelas banget, kayak, gue gak suka lo dari dulu dan sekarang pun sama saja.
"Gue mau beli dua... itu, minuman labu yang bikin Mama sama nenek bawel minta dibeliin," katanya datar.
Wow.
Masih saja jutek, ya. Tapi ya sudahlah.
"Oke. Dua pumpkin chai latte dengan kayu manis," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue memperhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh."
"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya... gila, ketus banget. Serius.
Gue sempat bengong. Lah, kok dia malah baperan gitu?
"Bukan gitu, bro. Lo kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian saja," jelas gue santai.
"Gue gak mau minuman gratis. Skip saja."
Ya ampun, ribet banget hidup lo.
"Yaudah, bebas," gue angkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarin, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, gak?"
"Gue bayar dua-duanya."
Oke, keras kepala.
"Seratus sebelas ribu," gue sodorkan tangan.
Dia malah lempar duit ke meja. Kayak jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.
Masalah lo apa sih?
Gue tahan napas biar tetap profesional. Ambil duitnya, masukin ke kasir, terus mulai bikin minuman. Gue tuang air panas ke cup, terus pas nengok ke sana, dia... masih memandangi gue, tajam. Penuh kebencian.
Gue cuek, lanjut selesaikan pesanannya di suasana yang super canggung.
Waktu di kampus dulu, gue lumayan dekat sama Yoan. Dia punya kakak, namanya Kai. Kai dulunya sering nongkrong bareng Nauru.
Kakak gue, Caspian, pernah bilang kalau geng mereka itu tukang bikin onar, jadi gue disuruh jaga jarak. Katanya, mereka pernah tertangkap gara-gara mencuri atau kriminal.
Ada dua orang lagi di geng itu, Mohan sama Eros. Mereka sempat mengerjakan renovasi kafe ini juga, dan jujur, kerjaan mereka rapi banget. Gak banyak omong, tapi profesional.
Gue gak ngerti kenapa Nauru kayak punya masalah pribadi sama gue. Atau mungkin dia lagi stres karena ada berita soal petinju terkenal yang menyebut namanya?
Gue sih nggak ngikutin dunia olahraga.
Bodo amat.
Tapi kayaknya semua orang lagi ngomongin soal itu.
"Udah kelar. Gue cabut ya," kata Lokkie keluar dari dapur. Dia langsung membeku pas lihat Nauru nongkrong di situ.
"Makasih. Sampai besok ya," kata gue sambil kasih kode ke dia, buat gak bikin suasana ini lebih canggung.
Tapi namanya juga Lokkie.
Dia malah bikin suasana makin aneh.
Dia jalan ke meja kasir, terus nyeletuk, "Lo Nauru, ya?"
Nauru noleh sebentar. "Iya."
"Wih, cowok pendiam nih," Lokkie ketawa kecil. "Gym lo kan dekat sini, ya? Harusnya lo collab sama Ailsa. Bikin promo, beli satu gratis satu gitu, biar para petinju seksi itu pada ramai-ramai beli di sini."
Gue langsung mendesah.
Sial. Lokkie benaran gak bisa baca situasi.
Nauru maju sedikit. "Gak perlu. Semua orang juga sudah tahu dia siapa. Dia kan Batari."
Gue narik alis. "Oh, jadi lo tahu gue siapa?"
"Gue gak pernah bilang gak tahu."
Dia ambil dua gelas, terus langsung memutar badan mau cabut.
"Ya udah lah, santai saja. Gue juga gak niat bikin promo barengan sama gym lo, kok," kata gue dalam hati, kesal.
Pas dia buka pintu, dia sempat nengok, terus bilang, "Percaya deh, gak ada yang peduli."
Terus dia ngeloyor pergi.
Gue bengong memperhatikan pintu, terus noleh ke Lokkie.
"Dasar brengsek," desis gue.
Oh.
My.
God.
Tapi sumpah... cakepnya dia gak ada otak!
Muka, rambut, badan... gila sih.
Gue baru sadar, karena tadi sibuk nahan emosi.
Apa sih masalah dia sama gue?
Gue sudah ramah, sudah kasih promo, malah seakan-akan gue yang habis mengusir dia dari planet ini.
"Iya, gue juga pernah lihat dia beberapa kali. memang jutek sih, tapi yang tadi tuh... parah. Gue penasaran kenapa dia seolah-olah benci banget sama lo, Ailsa," kata Lokkie, serius.
Oke, berarti bukan halusinasi gue doang. Bahkan Lokkie juga merasakan hal yang sama.
"Gue juga gak ngerti. Gue bahkan gak kenal dia."
"Ya iyalah. Keluarga lo, kan, bangsawan di Royale Blossom. Kadang orang sirik saja sama yang kaya raya. Untung lo sahabat terbaik gue yang suka manjain gue, jadi gue bodo amat," katanya sambil tertawa, bersandar ke kursi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Tini Timmy
ini author nya kpopers kah?
2025-05-01
0
nuna
Masi g ngrti deh. bukanya Batari keluarga baik ya?
2025-05-12
1
Abu Yub
tinggalkan jejak.iklan .lanjut/Pray/
2025-05-07
0