Episode 2

"Kamu itu kebiasaan pelupa, tau nggak! Kamu bawa motor, jadi gampang terkena polusi! Ingat Hafsah ... Pernafasan itu salah satu karunia ALLAH yang tidak dapat ditukar dengan apapun, termasuk uang!" ucap Raga sambil memasang masker ke wajah sang sahabat.

Hafsah hanya mematung menatap manik mata sahabatnya itu.

Tidah hanya Hafsah yang tepaku, Bastian juga menatap kedua sahabatnya itu. Bibirnya tersenyum, namun hatinya terasa perih.

"Sudah!"

"Ya sudah, aku pamit dulu ya! Bas, aku berangkat dulu ya," ucap Hafsah menepuk bahu Bastian.

Sementara Bastian, dia hanya tersenyum hangat menepuk kembali tangan Hafsah, "Kalau ada apa-apa, telfon kita!" teriaknya.

Hafsah hanya mengangkat satu jempol keatas, sambil sedikit berlari.

Raga kembali duduk. Dia menatap Bastian yang masih menoleh kebelakang, hingga Hafsah tidak terlihat lagi.

"Anak itu benar-benar aktif!" ucap Raga terkekeh.

Bastian lalu menoleh kembali. Bibirnya tertarik keatas, "Dia mencintaimu, Ga!" spontan kalimat itu keluar dari mulut Bastian.

Ragantara sedikit terkejut. Dia tidak pernah terpikir sebelumnya, jika Hafsah begitu memperhatikannya. Yang dia tahu, Bastian lah yang menaruh rasa pada Hafsah.

"Kamu mencintai, Hafsah-"

"Majulah, Ga! Jika kamu maju, maka aku yang akan mundur!" sela Bastian bersungguh sungguh.

"Aku tidak pernah mencintai, Hafsah! Kamu saja yang maju, Bas! Aku akan mendukungmu," dalih Raga, karena dia tidak ingin merusak persahabatannya dengan Bastian.

"Thanks, Ga!" jawab Bastian.

Semenjak itu, hubungan persahabatan mereka tetap berjalan dengan baik. Bastian lebih aktif menunjukan sikap perhatiannya untuk Hafsah. Selain absurd, Bastian terkenal peduli dengan sahabatnya itu. Tidak hanya Hafsah, Bastian juga peduli dengan kehidupan Raga, yang jauh dibanding hidupnya.

Raga hidup dengan mbok Nah sang Nenek. Bu Nanik, ibundanya sudah meninggal sewaktu melahirkan Raga kedunia. Tidak hanya itu, ayah Raga juga pergi, 1 bulan sebelum kelahirannya waktu lalu. Jadi hingga kini, Raga tidak pernah melihat wajah ayahnya.

Karena kecerdasannya, Raga mendapat beasiswa sejak duduk dibangku SMP. Dia sempat ingin berhenti sekolah, namun sang Nenek selalu memberi semangat untuk hidupnya. Ketika seusia teman temannya sedang sibuk bermain, Raga setelah pulang sekolah, dia membantu sang Nenek untuk berjualan keliling dengan sepeda onta kuno milik mendiang kakeknya.

Tetapi, semenjak dia menginjak usia 21 tahun, kesehatan Raga sering terganggu.

Pernah pada suatu kejadian, disaat dia sampai dihalaman fakultasnya, dalam posisi masih berada diatas motor memakai helm. Entah mengapa kepala Raga berdenyut nyeri spontan.

Dari kedua hidungnya, terasa ada yang mengalir, namun bukan ingus. Raga mengusapnya. Demi apa, yang keluar itu DARAH SEGAR.

Raga mengaca pada spion motornya, dan benar darah pekat baru saja keluar dari hidungnya.

"Ga ....." teriak Bastian setelah dia keluar dari mobilnya.

Raga dengan cepat mengelap darah itu dengan jaket yang dia pakai. Setelah itu Raga turun, dan langsung membuka jok motornya.

"Ga, apa yang kamu sembunyikan?" Bastian menyangkal jok motor tersebut, dan langsung menyambar jaket bewarna putih tulang itu. Dan memang kebetulan, Raga memakai hodie putih kesayanganya itu.

Sreeet!!!

Kedua mata Bastian hampir melompat dari tempatnya, saat melihat bekas darah kemana mana. Bastian kemudian menatap Raga penuh selidik. Dan benar, dibawah hidung Raga masih terdapat bekas darah yang sama, namum cukup samar.

"Ga, katakan apa yang kamu sembunyikan dariku? Darah apa, ini? Kamu sakit apa, Ga?" suara Bastian meninggi, karena dia merasa tertipu dengan tubuh sehat sang sahabat.

Raga malah tertawa lepas.

"Kamu ini bicara apa, Bas? Hahaha ... Aku nggak kenapa-kenapa! Lihat, aku sehat! Darah itu? Itu tadi pas dirumah, Simbok memintaku buat nyembelih ayam terlebih dulu. Lha malah darahnya nyebar kena hoodieku!" bohong Raga agar sahabatnya tidak terlalu kepikiran.

"Kamu serius, Ga? Awas saja kalau bohong," jawab Bastian penuh selidik.

"Nggak kok! Ya sudah, ayo kita masuk! Hafsah pasti sudah menggerutu karena menunggu kita."

Bastian hanya mengangguk. Dia lalu berjalan beriringan, dengan mata yang sesekali melirik gerak gerik sahabatnya itu.

*

*

*

Singkat waktu, pada saat itu anak anak Fakultas tengah merayakan hari kelulusan mereka. Jadi salah satu Mahasiswa ada yang merayakan kelulusannya, dengan mengadakan pesta di sebuah Cafe.

Dalam undangan yang tertulis, disana disebutkan jika nantinya pesata akan digelar di Cafe biasa. Namun siapa sangka, itu semua hanya dalih si pembuat. Ada sebagian mereka yang terkejut, ada juga yang happy saat sampai di sebuah Diskotik mewah yang sudah dipesan sebelumnya.

Pada saat itu, Raga tidak dapat hadir. Di karenakan Neneknya sedang sakit. Bastian dan juga Hafsah juga ingin melakukan hal yang sama, namun langsung di cegah oleh Raga. Dia sudah tidak hadir, jadi untuk menghargai undangan itu, Raga meminta dua sahabatnya untuk hadir.

"Bas ... Kita nggak salah, kan? Ini Diskotik, lhoh!" ucap Hafsah menatap bingung kearah tempat itu, sementara didalam ponselnya tertulis sebuah Cafe.

"Tapi di Maps, memang ini tempatnya."

Dan kebetulan, ada anak anak kampus yang juga masuk kedalam Diskotik tersebut.

"Tu kan, ini benar tempatnya. Ya udah, ayo kita masuk!" Bastian segera turun dan diikuti oleh Hafsah.

Seumur hidupnya, baru sekarang Hafsah memasuki tempat laknat seperti saat ini. Dia yang masih sedikit kesal, spontan menarik lengan satu Mahasiswi.

"Mir, bukanya di undangan tertulis Cafe? Ini kok malah di tempat kek gini, sih!" gerutu Hafsah yang merasa risih, melihat teman temannya pada enjoy menikmati alunan musik.

Wanita bernama Mira itu hanya mengangkat kedua bahu acuh. "Sudahlah, nikmati saja! Kamu nggak pernah 'kan datang kesini. Dan lo tahu, Hafsah ... Tempat ini ternyata mengasikan juga," ujar Mira yang kini perlahan menjauh, sambil menggoyangkan kepalanya.

"Agak agak tu, Bocah!" Hafsah lalu menarik lengan sahabatnya, "Kita duduk disana aja, Bas! Kepalaku bisa keliyengan lihat lampu segede itu. Mana puter puter terus dari tadi," lanjutnya mendesah kasar.

Bastian hanya terkekeh. Dia lalu ikut menjatuhkan tubuhnya disebuah sofa dengan Hafsah, yang berada agak jauh dari musik tadi.

"Beruntung banget si Raga. Imannya masih terlindungi. Ngerti gitu, aku nggak mau dateng!" pekik Hafsah kembali. Dia benar-benar muak melihat kepalsuan ini.

"Tapi bener kata si Mira, ini seru ko! Nggak terlalu buruk." Bastian mengangkat tanganya, menikmati ritme DJ yang membuat kepalanya ikut bergoyang.

Hafsah memicing, "Kamu juga agak gila, Bas! Hah ...." desah Hafsah merasa pusing.

Tiba-tiba datang Puspita dari arah depan. Dia membawa dua gelas jus, dan diletakan di depan Bastian serta Hafsah. Wanita itu mengedarkan pandangan, namun tidak menemukan pria pujaan hatinya.

"Cari siapa, Pus?" tegur Bastian menatap sinis.

"Raga, mana? Jangan bilang dia nggak dateng?"

"Emang Raga nggak dateng! Sudah, pergi sana!" usir Bastian mengibaskan tangannya.

'Dasar kalian saja yang bodoh! Heh, setelah ini Raga pasti akan membenci kalian berdua'

Puspita melirik sekilas kebelakang, lalu segera melanjutkan kembali jalannya. Entah apa yang dia rencanakan, sehingga ambisinya untuk membuat tiga sahabat itu dapat terpecah belah.

Bastian dan Hafsah yang sejak tadi sudah haus, karena tidak ada yang memberi minum. Begitu melihat jus didepannya, mereka langsung menenggaknya hingga separuh.

5 menit, 20 menit, mereka masih terlihat baik-baik saja. Mengingat ada panggilan alam, Hafsah meminta izin Bastian untuk mencari kamar mandi.

"Aku anterin?"

"Nggak usah, aku bukan bayi, Bas!" tolak Hafsah melotot.

Bastian hanya tertawa lepas, lalu kembali menikmati cemilan didepannya.

Rupanya, Hafsah telah menghabiskan segelas jus tadi. Mungkin dari itu, dia kebelet buat buang air kecil. Entah perasaan Hafsah atau tidak hanya tidak terbiasa, jus orange tadi benar-benar terasa pahit dalam mulutnya. Dia masih berpikir positif, mengenyahkan semua itu.

Setengah perjalanan, mendadak kepala Hafsah terasa berat serta berkunang-kunang. Karena kebelet, jadi Hafsah sedikit berlari untuk menuntaskan hajatnya. Begitu selesai, Hafsah benar-benar tidak kuat, hingga dia merambat sambil memegang kepalanya.

Awhhh!!

"Ya ALLAH, kepalaku sakit sekali," rintihnya dengan sesekali bergeleng, mencoba mengusir rasa penat itu.

Bastian sejak tadi mengangkat kepalanya, melihat kesekeliling karena sang sahabat belum juga kembali. Dan kebetulan, Mira datang dengan nafas terengah.

"Bas, Bas ... Hafsah, Bas! Hafsah ... Dia, dia pingsan di kamar mandi!" ucap Mira terbata.

Bastian spontan terkejut. Kedua matanya membola dengan tatapan tajam. Bagaimana bisa Hafsah dapat pingsan, sementara tadi terlihat baik-baik saja.

Setelah itu, Bastian langsung mengikuti Mira menuju belakang. Dan benar, disana sudah ada satu Mahasiswi perempuan yang sedang menunggu Hafsah.

Bastian pada saat itu menjadi panik, kalang kabut. Dia lalu mengangkat tubuh Hafsah, sambil sesakali memanggil nama sahabatnya itu.

"Gue mau bawa pulang, saja-"

"Bas, mending jangan deh! Disana ada kamar, kamu tidurkan saja Hafsah disana! Ikuti gue."

Bastian hanya pasrah. Dia mengikuti langkah Mira dan satu Mahasiswai, agar Hafsah segera dapat diberi pertolongan.

Begitu Bastian masuk kedalam kamar. Mira dan temannya, mereka saling tatap setelah itu mengangguk. Mira berjalan masuk juga dengan wajah tak kalah cemas.

"Bas, lo tungguin Hafsah dulu disini! Gue sama Wati, mau keluar cari minyak angin dulu!"

Bastian yang masih panik, dia hanya dapat mengangguk tanpa menoleh. Setelah itu keduanya keluar menarik sebelah ujung bibirnya.

"Kamu kenapa, Sah! Bangun dong, jangan buat aku panik!" Bastian terus saja menepuk nepuk pipi Hafsah, agar sahabatnya itu sadar.

Awhhh!!!

Tiba-tiba kepala Bastian juga berdenyut nyeri. Namun itu hanya beberapa menit saja. Dia perlahan turun dari ranjang tempat Hafsah tak sadarkan diri. Mendadak, tubuh Bastian terasa aneh. Entah mengapa hasratnya seketika bangkit.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Puspita sungguh terlalu deh... pasti di jus yang mereka minum sudah ditaburi obat perangsang...Pus..pus.. jangan gitu dong.

2025-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Epispde 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85~TAMAT
86 Novel baru ~Love At Twilight~
87 Episode 87 (Bonus)
88 Episode 88 (Bonus)
89 Episode 89 (Bonus)
90 Episode 90 (bonus)
91 Episode 91 (Bonus)
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Epispde 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85~TAMAT
86
Novel baru ~Love At Twilight~
87
Episode 87 (Bonus)
88
Episode 88 (Bonus)
89
Episode 89 (Bonus)
90
Episode 90 (bonus)
91
Episode 91 (Bonus)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!