Ravin terus meluapkan emosinya pada semua orang terutama pengasuh Ratu dan juga orang yang diperintahkan untuk menjaga Ratu alias pengawalnya.
Sementara itu asisten Ravin yang bernama Leo datang untuk menenangkan Bos nya itu, Ravin terlalu panik hingga dia melupakan satu hal.
"Bos tolong tenang dulu." ucap Leo, tangan Leo langsung dihempas kasar oleh Ravin yang masih emosi.
"Bagaimana aku bisa tenang Leo! Ratu, anakku hilang dan kamu masih bisa bilang seperti itu hah?!" Ravin membentak Leo, pria itu mengusap dadanya sabar.
"Bos maksud saya kan Bos memasang alat pelacak di jam tangan yang selalu di pakai oleh Nona Ratu, jadi kita bisa mengecek dimana lokasi Nona Ratu lewat jam tangan itu." jelas Leo penuh kesabaran.
Perlahan amarah Ravin sedikit mereda, dia baru sadar dan ingat jika Ratu selalu memakai jam tangan yang diberikan oleh Ravin, hal itu sengaja dilakukan agar Ravin bisa langsung tau dimana Ratu jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
"Kenapa kamu baru bilang sekarang?! apa lokasinya sudah di temukan!" ucap Ravin kesal, Leo menarik nafas pelan.
'Padahal dia sendiri yang lupa gara-gara emosian, tapi kenapa malah aku yang disalahin.' batin Leo menggerutu, Ravin memang dikenal tempramen dan emosian makanya tidak banyak orang yang bisa menghadapi Ravin.
"Lokasi sudah di temukan Bos, kita bisa berangkat sekarang." ujar Leo tanpa keraguan sedikitpun.
"Bagus! ingat terus selidiki masalah ini dan cari tau siapa yang berani mencari masalah denganku!" suara dingin Ravin membuat Leo bergidik sendiri, tentu jika orang itu ketahuan maka sudah Leo pastikan dia tidak akan berakhir baik.
"Siap Bos, segera di laksanakan."
"Ayo kita pergi sekarang!" Ravin kembali menatap tajam semua pegawainya yang lalai menjaga Ratu, baru setelah itu Ravin pergi untuk menemui Ratu.
****
Di sisi lain Nayya sudah membawa Ratu ke klinik terdekat, dan anak menggemaskan itu sedang di periksa oleh dokter.
Beruntung di rumah sakit ada sahabat Nayya dan orang tuanya yang menemani Ayahnya Nayya, kondisi Ayahnya Nayya masih kritis karena luka yang dialaminya itu adalah luka berat.
Sambil menunggu Ratu di periksa oleh dokter, Nayya menelpon sahabatnya kembali yang bernama Vira.
[Vira maafin aku, sekarang aku harus ngerepotin kamu lagi sama orang tua kamu.] Nayya merasa tak enak hati karena Vira selalu membantunya, bahkan sejak orang tuanya mengalami kecelakaan Vira dan orang tuanya lah yang membantu Nayya.
Vira dan Nayya bersahabat sejak SMA, kedua orang tua mereka juga saling mengenal dengan baik, keluarga Vira sendiri memiliki usaha di bidang tekstil, ya meskipun masih merintis tapi usahanya cukup sukses.
[Nayya jangan minta maaf terus kita kan keluarga, lagipula anak itu kasihan banget.] Vira sama sekali tidak keberatan justru dia merasa iba juga pada Ratu, apalagi setelah Nayya menceritakan semuanya tadi.
[Iya Vira, aku khawatir banget sesuatu yang buruk terjadi soalnya kondisi anak itu juga gak baik tadi, aku gatau udah berapa jauh dia jalan kaki sendiri.] Nayya merasa sesak sendiri membayangkan anak sekecil Ratu harus berjalan sendirian di jalanan yang sepi.
[Aku gak habis pikir sama orang yang tega ninggalin anak selucu itu di tengah jalan yang sepi, gimana kalo orang jahat yang nemuin dia coba? aku gak kebayang.] ucap Vira merasa iba.
[Vira tolong sampaikan sama Om dan Tante, makasih dan maaf aku belum bisa ke rumah sakit, Ratu masih di periksa kalo kondisinya memungkinkan aku bakal secepatnya ke rumah sakit.]
[Jangan khawatir Nayya, aku tau kamu juga cape dari kemarin, kamu harus istirahat dan makan juga, nanti aku susul kamu kesana kalo Mama sama Papa udah selesai makan.] ucap Vira, kedua orang tuanya memang sedang makan terlebih dahulu.
[Makasih Vira, makasih banyak semoga Allah membalas kebaikan kamu dan keluarga.]
[Aamiin, makasih kembali Nayya aku ada disini dan kamu jangan pernah ngerasa sendirian oke?]
[Iya Vira, kalo gitu aku tutup dulu ya telponnya soalnya dokter udah keluar.] Nayya melihat dokter yang memeriksa Ratu sudah keluar.
[Iya Nayya, jangan lupa kabarin aku ya.]
[Iya Vira, Assalamualaikum.]
[Waalaikumsalam.]
TUT
Ponsel akhirnya dimatikan, Nayya segera bangkit untuk menghampiri dokter yang memeriksa Ratu.
"Dok gimana keadaan Ratu sekarang?" tanya Nayya tampak cemas, dokter itu menarik nafas panjang.
"Pasien terlalu kelelahan ditambah pasien belum makan, tubuhnya lemas sehingga menyebabkan pasien demam." jelas dokter tersebut.
"Astaghfirullah..." ucap Nayya merasa sedih, Ratu pasti sangat ketakutan ditambah anak itu harus menahan lapar.
"Apa kondisinya parah dok?" tanya Nayya lagi, suaranya sedikit bergetar.
"Untungnya tidak Bu, setelah ini tolong pastikan pasien beristirahat dengan baik dan juga makannya jangan sampai terlambat, dan juga minum obat tepat waktu, hari ini pasien harus di infus kalo kondisinya sudah membaik besok bisa langsung pulang." jelas dokter wanita itu.
Nayya lega mendengar itu, dia segera berterimakasih pada dokter kemudian masuk kedalam ruangan dimana Ratu masih terbaring dengan wajah yang pucat.
Nayya segera duduk di samping Ratu, Nayya tidak lupa memberi kabar pada Vira tentang kondisi Ratu.
"M-mama.... Latu takut Mama......" suara lemah Ratu terdengar, anak itu mengigau dengan tubuh yang gemetar.
Nayya langsung meletakkan ponselnya kemudian mengecek suhu tubuh Ratu yang demamnya masih belum turun sepenuhnya.
"Astaghfirullah masih panas ternyata." gumam Nayya pelan, Ratu masih terus mengigau memanggil Mama.
"Ratu sayang bangun Nak.." Nayya menepuk pelan pipi Ratu supaya anak itu sadar, namun Ratu masih terus gelisah dan tidak juga membuka matanya.
"Mama Latu takut Mama, Papa jahat ndak cayang Latu lagi Mama, Latu kangen Mama." racau Ratu, bahkan airmatanya kini menetes perlahan.
"Ratu sayang...." Nayya mencoba membangunkan Ratu, gadis kecil itu mengeratkan genggaman tangannya pada Nayya.
Ratu terus mengigau, Nayya yang khawatir segera memeluk Ratu untuk menenangkannya.
"Kakak ada di sini Ratu, sekarang Ratu gak sendiri." suara lembut Nayya membuat Ratu sedikit tenang, tidak lama kemudian Ratu membuka matanya perlahan.
"K-kakak...." mata bulat Ratu memerah dan berembun menahan tangis, Nayya tersenyum lembut sambil mengusap air mata Ratu.
"Iya Kakak disini, jangan takut." ucap Nayya lembut, bibir Ratu bergetar tidak lama kemudian...
"HUAAAAA! LATU NDAK MAU CENDILIAN LAGI KAKAK CANTIK!"
"Ratu gak sendirian ada Kakak di sini-" belum sempat Nayya menenangkan Ratu, tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar sampai membuat Nayya dan juga Ratu terkejut.
BRAKK!
"ASTAGHFIRULLAH!"
"BERANINYA KAMU MEMBUAT ANAKKU MENANGIS!" suara bariton seorang pria terdengar mengerikan, belum lagi tatapannya begitu tajam.
"S-siapa kamu?!"
"P-papa...."
"Papa?"
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nurul Chasanah
hadeh tanya dlu baik2 napa jgan ngegassssss gtu..
2025-05-12
1
Ivii
lanjuuuttttt kak thorrrrr......
2025-05-11
0