Mereka ke hotel?

Bintang-bintang semakin bertaburan di langit ketika dini hari. Beberapa ayam jantan sudah mulai berkokok dan bersahutan. Angin dingin pun menusuk melalui celah-celah didinding. Namun tak mengurungkan niat Nesha untuk melaksanakan sholat tahajjud.

Meski dengan mata mengantuk, ia membasuh wajahnya dengan air dingin. Setelah dirasa segar, ia melanjutkan berwudhu.

Diatas sajadah usangnya, Nesha melaksanakan sholat sunnah dengan khusyuk. Dzikir tak henti ia rapalkan sembari memejamkan mata. Setelahnya ia berdoa dengan tulus. Mendoakan kesehatan dan keselamatan untuk seluruh anggota keluarganya. Tak lupa juga ia doakan untuk dirinya sendiri. Lalu ia lanjutkan dengan sholat subuh.

Seperti hari-hari yang sudah Nesha jalani, ia akan sibuk dengan menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan beberes rumah sebelum pergi kerja. Semuanya selalu ia lakukan seorang diri. Ibu dan adiknya akan keluar kamar jika semuanya sudah siap.

"Nes, semalam kamu pulang jam berapa?", tanya Pak Edi yang sudah duduk diruang makan. "Jam setengah sepuluh, Pak", jawab Nesha sambil mengaduk kopi.

"Bapak semalam pulang jam berapa?" Balik tanya Nesha, karena setelah berdebat dengan ibunya, ia menangis sampai ketiduran.

"Jam setengah sebelas. Masih ngobrol-ngobrol dulu sama Pak Haji", jawab Pak Edi sambil menyeruput kopinya. Nesha mengambilkan nasi diatas piring untuk sang bapak. Lalu mereka sarapan berdua, ibu dan adiknya belum beranjak dari kamar. Namun Nesha tak menceritakan kejadian semalam. Ia takut bapaknya khawatir.

Nesha berpamitan berangkat lebih awal karena harus segera menyiapkan orderan grosir yang akan dikirim siang hari.

Setelah berpamitan pada bapaknya, Nesha segera menuju ruko Ci Fani. Mengingat kejadian semalam, membuatnya lesu.

Sementara itu, Nisha baru bangun dan pergi mandi. Sedangkan Bu Rumi yang sudah duduk di ruang makan sambil menikmati teh yang sudah Nesha sediakan.

"Bu, sesekali bantulah Nesha menyiapkan kopi untukku", ucap Pak Edi membuka percakapan.

"Pak, kamu tahu kan kalau aku susah sekali bangun pagi", jawab Bu Rumi memutar malas bola matanya. "Kalau Nesha keberatan menyiapkan sarapan, ya udah nggak usah masak, Pak. Aku juga nggak nyuruh dia, kan?"

"Nisha juga seharusnya sudah mulai belajar di dapur. Kelak dia kan akan menikah dan melayani suaminya."

"Nisha itu akan jadi istrinya pengusaha, Pak. Orang kaya. Pasti nantinya juga dia akan punya pembantu. Buat apa repot-repot ngurusin dapur?"

Pak Edi hanya menghela nafas. Setiap kali berdiskusi atau menasehati istrinya, pasti akan selalu berujung debat. Dan Pak Edi akan selalu mengalah.

Tin tin!

Terdengar suara klakson mobil. Nisha segera keluar kamarnya dengan dandanan yang rapi dan cantik.

"Pak, Bu, Nisha berangkat dulu, ya?" Pamitnya salim mencium kedua punggung tangan orangtuanya.

Bu Rumi dengan semangat mengantar anak kesayangannya sampai depan dan melambaikan tangan.

"Fandi kok nggak turun menyapa?" Gumam Pak Edi yang masih setia duduk di ruang makan dengan secangkir kopinya.

"Orang mereka juga langsung pergi. Ngapain turun? Nanti capek. Fandi kan masih harus mengurus usaha dan karyawannya nanti", bela Bu Rumi pada calon menantunya.

"Tapi itu kan etika dasar pada orangtua, Bu."

"Bapak tuh nggak usah kolot-kolot. Lagipula orang berduit mah, sah-sah saja mau ngapain", ketus Bu Rumi.

Lagi-lagi Pak Edi hanya terdiam jika mendengar nada ketus yang keluar dari mulut Bu Rumi. Ia tak ingin berdebat dengan istrinya di pagi hari.

***

"Nesha, antarkan motor ini kebengkel buat ganti spakbor", titah Ci Fani.

"Bengkel mana, Ci?"

"Bengkel besar yang ada di tengah kota sana. Ini duitnya." Ci Fani mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.

Nesha menerima uang itu lalu pergi sesuai dengan perintah bosnya. Sepanjang perjalanan, matanya menyapu pemandangan kanan kiri. Meski yang terlihat hanya pertokoan, pasar tradisional, taman, dan beberapa bangunan hotel.

Tiba-tiba netranya menangkap sosok yang tak asing masuk ke dalam hotel.

"Nisha, Fandi?" Gumamnya. Ia berhenti sejenak di depan hotel untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Tapi memang dua orang yang dilihatnya adalah Nisha dan Fandi. Ia tak salah lihat.

"Ngapain mereka masuk hotel?"

Tin tin!

Suara klakson mobil dari belakang membuat Nesha terkejut. Mobil tersebut akan belok masuk ke halaman hotel. Segera Nesha melajukan kembali motornya.

Sesampainya di bengkel, ia masih harus menunggu antrian.

"Ah iya. Aku harus menghubungi nomor semalam", batin Nesha sambil merogoh ponsel yang ada di tas selempangnya. Men-scroll konta

"Garvi", Nesha menggumamkan nama yang menurutnya jarang ditemui.

Ia memutuskan mengirim pesan melalui WA. [Assalamualaikum. Saya yang semalam anda tabrak. Ini nomor saya. Kalau urusan anda sudah selesai, mohon segera hubungi saya.]

Namun pesan WA itu hanya centang satu. Membuat Nesha kelabakan. Pasalnya jika nomor yang diberikan pria itu palsu, maka dia tak akan mendapatkan uang ganti rugi. Yang artinya dia harus mengganti uang perbaikan motor Ci Fani dan juga kehilangan uang lemburnya. Padahal dia sudah bekerja dengan keras dan hati-hati. Malah ada orang ceroboh yang membuatnya merugi.

***

Pukul 18.00 Nesha sudah sampai dirumah. Segera ia mandi dan melaksanakan sholat maghrib.

Suasana rumah tampak sepi bak tak ada penghuni. Nesha membuka tudung saji, tak ada lauk apapun. Bu Rumi biasanya membeli lauk untuk makan malam, karena ia tak mau makan sisa masakan yang dimasak pagi hari. lalu ia membuat secangkir teh untuk menghangatkan tubuh.

"Bapak kemana, Bu?" Tanya Nesha setelah melihat ibunya keluar kamar.

"Ke rumah Pak Haji", ibunya mengambil cemilan di lemari dapur dan berjalan ke ruang tamu untuk menonton sinetron kesukaannya. Nesha mengekor sang ibu dan ikut duduk di sofa.

"Bu, Nisha belum pulang?" Tanyanya dengan hati-hati.

"Belum. Katanya masih jalan-jalan sama Fandi."

Nesha menggigit bibir bawahnya, tampak ragu akan menyampaikan sesuatu.

"Bu, Fandi sering ngajak keluar Nisha?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Emm.. Tadi aku lihat Nisha sama Fandi, Bu", Nesha menjeda.

"Ya terus kenapa? Memangnya ada yang aneh?"

"Mereka masuk hotel, Bu." Nesha mengucapkan kalimat lanjutannya dengan nada lirih. Takut kalau ibunya tersinggung.

"Kamu itu sama kayak bapakmu. KO-LOT!" Bu Rumi menekankan kata terakhirnya dengan sedikit lantang.

"Tapi mereka kan belum nikah, Bu. Takutnya kalau mereka melakukan..."

"Jangan menuduh adikmu! Memangnya dihotel cuma ada kamar dan cuma tempat nginep? Siapa tahu mereka makan di sana, kan? Fandi tuh orang berduit. Makan mewah dihotel itu hal kecil baginya." Omel Bu Rumi tak terima anak dan calon menantunya dituduh.

"Tapi tadi itu pas jam kerjanya Nisha lho, Bu."

"Sudah tutup mulutmu itu! Muak ibu mendengarkan ocehanmu yang sok suci itu! Bilang saja kamu iri sama adikmu!" Bu Rumi meninggalkan Nesha dengan perasaan dongkol.

Episodes
1 Suasana pagi
2 Hari Lamaran Nisha
3 Nisha cari gara-gara
4 Ditabrak pria tampan
5 Mereka ke hotel?
6 Perawan tua
7 Ditarik Masuk Kamar Hotel
8 Digerebek
9 Persidangan
10 Ijab Qabul
11 Kakak Ipar
12 Makanan Mahal
13 Siapa Garvi?
14 Makan Sushi
15 Dilarang Masak
16 Dibelikan Skincare
17 Tidak Pulang
18 Nisha Hamil
19 Lempar Dollar
20 Malam Pertama
21 Kopi Asin ala Nisha
22 Beli Parfum Mewah
23 Sholat Subuh
24 Akibat Tampan
25 Ijin Pindah
26 Nisha kena Kasus
27 Mencari Solusi
28 Seperti Garvi
29 Ke Rumah Bu Haji
30 Sikap Fandi
31 Kejujuran Garvi
32 Sikap Santai Garvi
33 Perdebatan sengit
34 Nesha di visum
35 Di talak tiga
36 Rahasia
37 Permintaan Nisha
38 Pindah ke rumah Garvi
39 Berendam bersama
40 Percakapan
41 Nesha sakit
42 Menghindar terus
43 Galenna
44 Kekecewaan
45 Bertemu
46 Di Rumah Sakit
47 Hati Gelisah
48 Rencana Rahasia
49 Menemui Nesha
50 Bertemu Di Jalan
51 Nesha sakit lagi
52 Gosip
53 Sebuah kapal
54 Karma Nisha
55 Puskesmas
56 Koki dan asisten
57 Tentang tato
58 Kejujuran
59 Fania dehidrasi
60 Cerita haru
61 Perdebatan
62 Sate Suzanna
63 Baju Branded
64 Bertemu Pak Yosep
65 Rencana Galenna
66 Balas dendam
67 Berita gempar
68 Hukuman
69 Salah paham
70 Bu Rumi
71 Humaira
72 Humaira sakit
73 Mencari titik terang
74 Kebenaran terungkap
75 Promil
76 Makan seblak
77 Api unggun
78 Viral lagi
79 Hilang ingatan
80 Ulang Tahun Nesha
81 Di Swiss
82 Kereta gantung
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Suasana pagi
2
Hari Lamaran Nisha
3
Nisha cari gara-gara
4
Ditabrak pria tampan
5
Mereka ke hotel?
6
Perawan tua
7
Ditarik Masuk Kamar Hotel
8
Digerebek
9
Persidangan
10
Ijab Qabul
11
Kakak Ipar
12
Makanan Mahal
13
Siapa Garvi?
14
Makan Sushi
15
Dilarang Masak
16
Dibelikan Skincare
17
Tidak Pulang
18
Nisha Hamil
19
Lempar Dollar
20
Malam Pertama
21
Kopi Asin ala Nisha
22
Beli Parfum Mewah
23
Sholat Subuh
24
Akibat Tampan
25
Ijin Pindah
26
Nisha kena Kasus
27
Mencari Solusi
28
Seperti Garvi
29
Ke Rumah Bu Haji
30
Sikap Fandi
31
Kejujuran Garvi
32
Sikap Santai Garvi
33
Perdebatan sengit
34
Nesha di visum
35
Di talak tiga
36
Rahasia
37
Permintaan Nisha
38
Pindah ke rumah Garvi
39
Berendam bersama
40
Percakapan
41
Nesha sakit
42
Menghindar terus
43
Galenna
44
Kekecewaan
45
Bertemu
46
Di Rumah Sakit
47
Hati Gelisah
48
Rencana Rahasia
49
Menemui Nesha
50
Bertemu Di Jalan
51
Nesha sakit lagi
52
Gosip
53
Sebuah kapal
54
Karma Nisha
55
Puskesmas
56
Koki dan asisten
57
Tentang tato
58
Kejujuran
59
Fania dehidrasi
60
Cerita haru
61
Perdebatan
62
Sate Suzanna
63
Baju Branded
64
Bertemu Pak Yosep
65
Rencana Galenna
66
Balas dendam
67
Berita gempar
68
Hukuman
69
Salah paham
70
Bu Rumi
71
Humaira
72
Humaira sakit
73
Mencari titik terang
74
Kebenaran terungkap
75
Promil
76
Makan seblak
77
Api unggun
78
Viral lagi
79
Hilang ingatan
80
Ulang Tahun Nesha
81
Di Swiss
82
Kereta gantung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!