Eps 2— Praktisi Beladiri

Pagi pun tiba, Chen Huang, seperti biasa, membawa cangkulnya menuju kebun di sisi barat desa. Namun langkahnya melambat ketika mendengar bisikan-bisikan dari beberapa petani yang berkumpul di tepi jalan. Wajah mereka tegang, dan bisik-bisik mereka terdengar penuh kecemasan.

“Aku mendengar harta karun itu benar-benar ada…” ujar seorang pria tua dengan suara bergetar.

“Tapi bagaimana bisa? Bukankah itu hanya mitos?” balas yang lain, meskipun nadanya terdengar kurang yakin.

Chen Huang berhenti sejenak, memandang mereka. “Maaf, Paman Li, apa yang sedang kalian bicarakan?” tanyanya sopan.

Pria tua yang dipanggil Paman Li menoleh dan menghela napas berat. “Chen Huang, ada desas-desus yang beredar sejak fajar tadi. Konon, di hutan di belakang bukit dekat desa ini, ada sebuah harta karun yang terkubur. Katanya, itu peninggalan seorang praktisi legendaris dari zaman dahulu.”

Chen Huang mengernyit. Harta karun? Praktisi legendaris? Desas-desus semacam ini bukan hal baru, tetapi melihat ketegangan di wajah para petani membuatnya berpikir bahwa kali ini berbeda.

“Apa kalian percaya itu benar?” tanya Chen Huang dengan nada skeptis.

Paman Li menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, tetapi beberapa orang mengatakan mereka melihat cahaya aneh di malam hari dari arah hutan. Jika itu benar… Desa Bunga Matahari mungkin berada dalam bahaya besar.”

Chen Huang melanjutkan langkahnya ke kebun, tetapi pikirannya dipenuhi dengan desas-desus tadi. Ia tahu, Benua Dong adalah tempat para pendekar besar dan praktisi beladiri berkumpul. Harta karun seperti ini, jika benar adanya, akan menarik perhatian banyak pihak, termasuk para sekte besar dan klan-klan kuat.

“Harta karun… Medan pertempuran… Desa kita…” gumam Chen Huang sambil mencangkul tanah dengan lebih keras dari biasanya.

Dia mencoba mengalihkan pikirannya, tetapi tidak bisa. Dalam benaknya, ia bisa membayangkan para praktisi beladiri berdatangan dengan senjata-senjata tajam, saling bertarung di ladang yang selama ini menjadi tempat hidupnya. Bunga matahari yang indah akan layu oleh darah, dan desa kecilnya mungkin tidak akan bertahan.

Saat matahari semakin tinggi, berita tentang harta karun menyebar ke seluruh desa. Para petani berkumpul di balai desa, membicarakan apa yang harus dilakukan. Beberapa ingin pergi ke hutan untuk memastikan kebenaran desas-desus itu, tetapi mayoritas memilih untuk menunggu dan berharap itu hanyalah rumor.

Chen Huang ikut mendengar diskusi mereka, tetapi tidak berbicara banyak. Dia lebih memilih untuk memperhatikan dan menyusun rencana dalam pikirannya.

“Mereka bilang cahaya itu berasal dari gua di balik hutan,” kata salah satu pria desa dengan suara cemas. “Kalau para praktisi mendengar tentang ini, mereka pasti datang.”

“Dan saat mereka datang, kita akan berada di tengah-tengah pertempuran mereka,” tambah yang lain.

Suasana semakin tegang. Desa kecil yang biasanya damai kini diliputi oleh ketakutan dan ketidakpastian.

...

Seminggu setelah desas-desus harta karun tersebar, Desa Bunga Matahari yang biasanya damai berubah menjadi pusat perhatian. Praktisi beladiri dari berbagai wilayah mulai berdatangan. Mereka berasal dari sekte-sekte besar hingga klan-klan terkenal. Desa kecil ini kini menjadi panggung untuk pertempuran para ahli yang memperebutkan harta karun legendaris, Pedang Petir Fenglei.

Langit yang cerah tiba-tiba menjadi gelap ketika seorang pria dengan rambut hitam panjang dan jubah putih mewah melayang di udara di atas pedangnya, diikuti oleh puluhan pengikutnya. Qing Wuyou, salah satu ahli dari Klan Qing, salah satu klan terbesar di Benua Dong, menatap ke arah hutan di ujung desa dengan tatapan penuh keyakinan.

“Akhirnya,” ujarnya dengan suara rendah, namun menggema di sekeliling. “Pedang Petir Fenglei… akan menjadi milik Klan Qing.”

Tidak lama setelah itu, seorang wanita muda dengan kecantikan luar biasa muncul dari arah berlawanan. Jubah putihnya berkilauan, dan simbol bunga teratai di dadanya menunjukkan asalnya: Sekte Teratai Putih, sekte yang terkenal akan keanggunan namun mematikan. Ia datang bersama beberapa muridnya, menatap tajam ke arah Qing Wuyou.

“Klan Qing sepertinya terlalu percaya diri,” ujarnya lembut namun penuh ejekan. “Pedang Petir Fenglei adalah warisan dunia beladiri, bukan milik satu klan saja.”

Di sekeliling mereka, puluhan praktisi beladiri lainnya dari berbagai sekte kecil hingga individu yang tidak terikat oleh kelompok manapun mulai berkumpul, masing-masing siap merebut harta karun yang disebut-sebut memiliki kekuatan luar biasa itu.

Tanpa banyak basa-basi, langit di atas Desa Bunga Matahari berubah menjadi medan pertempuran. Teknik-teknik beladiri yang luar biasa diluncurkan. Cahaya terang, kilat, dan dentuman keras menggema di udara.

“Langkah Kilat Surga!” Qing Wuyou meluncurkan tekniknya, menciptakan petir yang membelah udara, mengarah ke para pesaingnya.

Wanita dari Sekte Teratai Putih membalas dengan gerakan anggun, “Layar Seribu Teratai!” Ratusan bayangan bunga teratai muncul di udara, menghentikan petir yang melesat.

DUAR!

Ledakan dahsyat mengguncang tanah desa. Para praktisi lain tidak mau kalah, meluncurkan teknik masing-masing, dan segera area sekitar desa berubah menjadi medan tempur yang mengerikan.

Di tengah kekacauan itu, Chen Huang bersama orang tuanya dan penduduk desa lainnya berusaha melarikan diri. Mereka berbondong-bondong menuju ke luar desa, menghindari efek dari pertempuran yang semakin memanas.

“Cepat, Huang’er!” seru ibu Chen Huang, menarik tangannya. “Kita harus pergi sebelum semuanya semakin buruk!”

Namun, meskipun mereka sudah mencoba menjauh, efek dari pertempuran tidak dapat dihindari. Sebuah gelombang energi besar meledak di kejauhan, dan angin kencang yang membawa pecahan tanah menghantam kerumunan penduduk desa.

DUAR!

Chen Huang berusaha melindungi kedua orang tuanya, tetapi gelombang energi menghantam mereka bertiga dengan keras. Ibu dan ayahnya terlempar ke tanah, terluka parah. Wajah Chen Huang berubah panik.

“Ibu! Ayah!” teriaknya sambil berlutut di samping mereka. Darah mengalir dari dahi ayahnya, sementara ibunya terbatuk dengan napas yang berat.

“Jangan khawatir, Huang’er,” ujar ayahnya dengan suara lemah. “Selamatkan dirimu…”

Namun Chen Huang menggenggam tangan mereka erat. “Aku tidak akan meninggalkan kalian! Kita keluar dari sini bersama-sama!”

Chen Huang berusaha keras membawa kedua orang tuanya ke tempat yang lebih aman, meskipun tubuhnya sendiri mulai lelah. Penduduk desa lain yang masih bisa bergerak mencoba membantu, tetapi banyak yang terluka akibat pertempuran di atas desa.

Sementara itu, pertarungan para praktisi di langit semakin intens. Cahaya terang dari teknik mereka menyinari malam, sementara suara ledakan terus bergema, menghancurkan ladang dan rumah-rumah. Desa Bunga Matahari yang indah kini dipenuhi asap dan kehancuran.

Chen Huang menatap ke langit dengan kemarahan yang mendalam. Baginya, para praktisi itu adalah simbol kekuatan yang ingin ia miliki, tetapi mereka juga adalah ancaman yang merusak.

“Suatu hari nanti…” gumamnya dengan tekad di mata. “Aku akan menjadi cukup kuat untuk melindungi mereka yang aku cintai dan juga membalaskan semua ini.”

Terpopuler

Comments

G Wu

G Wu

Jangan setengah jalan menulis cerita,begitu banyak yg mulai suka,, eh novel nya gak lanjut sampai tamat.
sebagus apapun novel kalau tidak tamat percuma,hanya akan membuat kecewa yg mendukung.

2025-04-23

3

angin kelana

angin kelana

lanjutkan thorr..

2025-04-24

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!