Kucuran air yang jatuh dari shower membasahi tubuh Ninda yang duduk di lantai dengan selimut putih yang melilit tubuhnya. Punggungnya bersanda ri dinding yang dingin itu. Tidak perduli dengan tubuhnya yang menggigil karena dingin.
Ari matanya yang jatuh tersamarkan oleh kucuran air dari shower itu. Sudah hampir satu jam dirinya menangisi nasibnya yang malang. Mimpi apa dirinya sehingga mengalami nasib seburuk ini. Di cerai di malam pertama tanpa tahu apa kesalahannya.
"Kenapa kamu jahat banget mas, apa salahku! Kamu tega mempermainkan aku." Ucapnya dengan suara terbata-bata. Sakit hatinya mengalahkan rasa nyeri di bagian bawahnya.
Keluar dari kamar mandi Nindia menyeret tubuh lemasnya yang hanya berbalut Bathrobe rambut panjangnya dibiarkan terurai tanpa di lilit handuk.
Nindia menatap kamar hotel yang semula hangat dan berubah dingin dalam waktu sekejap. Impian berumahtangga dengan orang tercinta kini pupus di tepi jalan.
“Mas Shaka! Kamu jahat mas! Kamu jahat..!” Nindia jatuh tersungkur di lantai lututnya lemas rasanya tidak sanggup lagi menopang bobot tubuhnya.
Ke esokan harinya
Nindia menyipitkan kedua matanya saat cahaya lampu menyorot langsung netranya. Nindia kembali menutup matanya kemudian perlahan membukanya. Rupanya dirinya tidak sadar telah tertidur di lantai yang dingin itu.
Nindia membawa langkahnya yang terseok-seok menuju lemari dimana semalam dirinya memasukkan sebuah tas ransel kecil yang di dalamanya terdapat beberapa lembar pakaian miliknya. Menarik selembar pakaian terusan sebatas lutut yang warnanya sudah memudar.
Matanya melirik lemari sebelahnya. Kosong lemari itu kosong ternyata suaminya benar-benar telah pergi meninggalkanya. Suaminya telah mencampakkannya begutu saja. Nindia kembali duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan hancur.
“Ternyata ini nyata, aku pikir ini hnaya mimpi burukku saja. Tetapi ternyata nasib malang ini nyata terjadi pada dirinya.
Menggapa semua orang melakukan ini padanya. Ternyata yang tulus menyayanginya hanya Santi sepupunya. Air matanya luruh begitu deras, meratapi nasibnya. Untuk kesekian kalinya dirinya di sisihkan dan di buang seperti ini.
Jika sebelumnya dirinya di benci dan tak di anggap karena mereka enggan berhubungan dengan dirinya yang berasal dari seorang wanita tidak benar. Kini dirinya tidak tahu apa salah dan dosanya terhadap sang suami sehingga suaminya tega melakukan ini kepadanya. Keseriusan Shaka dalam meyakinkannya akan ketulusan cintanya. Kesungguhannya dalam menawarkan masa depan yang bahagia telah membuatnya mabuk. Sehingga dirinya lupa jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar tulus menerima dan mencintainya bahkan Ayahnya sendiri tega mencampakkannya.
Hanya Santi satu-satunya keluarga yang sesungguhnya, satu-satunya yang tulus menyayanginya. Yang masih sudi menerima dirinya yang Malang ini.
Nindia masih menangis tergugu meratapi nasib buruknya. Beberapa kali mendial nomor pria yang telah menikahinya kemarin namun jawaban yang ia terima masih sama. Yaitu suara operator. Miris sekali kisah pernikahannya yang kandas bahkan umur pernikahan nya belum sehari.
Lelah menangisi kemalangan hidupnya sehingga tanpa sadar Nindia kembali jatuh terbuai kantuk dengan wajah sembab berderai air mata. Hati seorang gadis yang telah menjadi seorang wanita seutuhnya itu begitu terpuruk dan hancur berkeping-keping.
”Nindi sayang.. putri kecil Ibu. Bangun sayang." Suara mendayu yang begitu dikenalinya itu membuat Nindia membuka kedua kelopak matanya. Terkejut sebab dirinya terbangun di sebuah pondok bambu dengan suasana yang hening sekelilingnya sejauh mata memandang hanya rumput-rumput hijau sebatas pinggang orang dewasa.
"Aku dimana? Perasaan tadi aku masih tidur di hotel." Gumam Nindia seraya mengedarkan pandangan kesembarang arah. "Tempat yang sangat asing." Gumamnya lagi.
”Nindi sayang!." Suara lembut itu kembali terdengar di telinga Nindia.
Nindia kembali terkejut saat mendengar suara yang familiar itu kembali memanggil namanya. Nindia bangun dari duduknya kemudian berjalan dengan kaki telanjang menyusuri rumput-rumput yang menari-nari saat di terpa angin sepoi-sepoi. Mencari sumber suara yang memanggilnya.
”Nindi putri kesayangan Ibu, sini sayang.”
Lagi suara itu kembali menggema memenuhi pendengaran Nindia. Membuat wanita malang itu kembali menoleh kesembarang arah mencari dimanakah suara familiar itu berasal.
"Ibu!!" Panggilnya saat melihat siluet seorang wanita yang berdiri membelakanginya. Wanita itu berambut panjang dengan pakaian serba putih. Nindia masih berdiri di tempatnya saat sosok wanita tersebut membalikkan tubuhnya.
Nindia membulatkan kedua bola matanya saat melihat Ibunya berdiri tak jauh darinya. "Ibu! " Panggilanya lagi dengan netra yang sudah berkaca-kaca. Haru setelah di tinggal bertahun-tahun oleh sang Ibu kini dirinya bisa melihat lagi Ibunya berdiri di hadapannya.
”Nindi sayang, sini.” Vera merentangkan kedua tangannya dengan senyum manis yang teduh.
Nindia tidak membuang waktu segera menghampiri Ibunya dan memeluknya dengan erat. Menumpahkan rasa rindunya yang telah ia pendam selama bertahun-tahun.
"Ibu, Nindi sangat merindukan Ibu. kemana saja selama ini tidak pernah menemui Nindi? Nindi Rindu Ibu!." Ucap Nindi sembari menangis tersedu-sedu didalam pelukan Vera sang Ibu.
Vera tidak menjawab pertanyaan putrinya hanya usapan lembut dan hangat pada kepala dan punggung putrinya yang malang itu.
"Ibu nggak akan ninggalin Nindi lagi kan? " Tanyanya lagi sembari megurai pekukannya dan kini menatap jelas wajah Ibunya yang terlihat sangat cantik.
Vera menggenggam tangan putrinya kemudian berucap. ” Ibu tidak bisa lagi membersamimu sayang. Tempat kita sudah berbeda, Tapi Ibu akan tetap ada disini, di hati Nindi sampai kapanpun.” Ucap Vera seraya tersenyum manis mengusap puncuk kepala Putrinya.
"Tapi Nindi kangen Ibu, Nindi mau ikut Ibu saja ya! Karena hanya Ibu yang tulus menyayangi ku. Nindi nggak mau ditinggal lagi sama Ibu." Ucap Nindi yang berderai air mata. Mengingat perlakuan orang-orang yang seharusnya melindunginya malah mencampakkannya bak seonggok sampah yang tidak berharga lagi.
"Nindi sayang, dunia kita sudah berbeda. Ibu menemuimu untuk menyemangatimu. Jangan menyerah sayang, masadepan bahagiamu sedang menunggumu. Jalanmu masih panjang walaupun semua itu tidak mudah. Tetapi percayalah semua akan indah pada waktunya. Ibu percaya jika Putri kecil Ibu ini akan berhasil melewati semua rintangan hidupnya. Kamu kuat sayang, kamu kuat menghadapi cobaan hidupmu ini. Maafkan Ibu yang telah menjadi sumber dari penderitaan yang kamu alami selama ini. Sekarang kamu pulang ya, lanjutkan kehidupanmu dengan ikhlas. Ibu akan mendoakanmu dari sini. Ibu sangat menyayangimu putriku yang malang.“
Setelah mengatakan itu semua Vera langsung menghilang dari hadapan Nindia. Membuat Nindia berteriak memanggil-manggil Ibunya. .
"Ibu!! Jangan tinggalkan Nindi, Nindi mau ikut Ibu saja!. " Tangis Nindi sembari berlari kesegala arah mencari keberadaan Ibunya yang tiba-tiba menghilang dari hadapannya.
"Ibu...!!"
Nindia terbangun dari tidurnya dengan sisa air mata yang masih membasahi wajah cantiknya. Nindia mengedarkan matanya ke seluruh ruangan. Yang ternyata masih berada di hotel.
"Ibu....kenapa nggak ajak Nindi bersama Ibu saja, nggak ada yang sayang sama Nindi di dunia ini Bu. Mereka semuanya jahat, mereka semua mengkhianati dan menyia-nyiakan cinta tulusku." Ratap Nindi lagi tidak memperdulikan rasa perih di perutnya karena lapar.
Jangankan makan, bernafas saja rasanya sudah tidak ada semangat. Makanan yang ada di troli yang di pesan semalam mungkin sudah basi. Nindi duduk di tengah ranjang sembari memeluk kedua lututnya. Kepalanya ia sandarkan di kedua lututnya dengan air mata yang seakan tiada habisnya untuk terus keluar.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments