NovelToon NovelToon

Radiant Dawn

Terbangun

Bintang-739 atau yang kerap disebut dengan planet Biru 02, planet ini adalah tempat kami, para manusia untuk tinggal saat ini.

Ini bukanlah planet pertama kami, ini adalah yang ke dua, setelah Bumi.

"Apa yang terjadi pada Bumi?"

Bumi telah tiada, akibat dari ulah perbuatan manusia. Sebuah perang tiada akhir membawa kehancuran total bagi planet yang begitu Indah.

Pada akhirnya, manusia yang tersisa, pergi dari Bumi, meninggalkan Bumi dalam kesendirian.

Beberapa tahun manusia terus mencari dan terus mencari, manusia membawa secercah harapan kecil, harapan akan menemukan tempat yang pantas untuk bertahan hidup menggantikan Bumi.

Semua jerih payah dan usaha tidaklah berujung sia sia, saat itulah manusia menemukan suatu planet yang kemudian diberi julukan si Biru 02, pengganti dari Bumi.

Tahun demi tahun, manusia mulai membangun ulang peradaban, membangun kembali berbagai hal yang dulu telah ada. Kini semuanya terulang kembali dari awal. Tahun demi tahun manusia lewati, hingga akhirnya kini ditahun ke 2000, kehidupan sudah hampir kembali seperti semula.

Dengan banyaknya negara, sistem pemerintahan, politik, infrastuktur dan teknologi yang hampir menyerupai Bumi.

Para manusia berharap bisa hidup dengan tenang, namun ternyata itu semua adalah impian bodoh, karena semuanya, terulang kembali dari sekarang!.

Tahun 2001 - Medan perang, Central of Blue.

Ribuan pasukan tentara berkumpul, mengangkat senjata mereka, bersiap untuk perang yang siap terjadi.

rakus? itulah manusia, kehancuran? itulah sebabnya.

"Jendral! beri kami perintah!"

"Nampaknya menunggu adalah keputusan yang tidak tepat Jenderal!"

"Sampai kapan kita akan menunggu, ayo lakukan rencana penyergapan, menunggu surat damai? kurasa ini sudah cukup lama Jendral, mereka pasti tidak akan ingin menerima permintaan damai."

"Kita hanya kalah jika terus menunggu!"teriak salah satu tentara pada sang Jenderal.

"Nampaknya negosiasi antar negara tidak berujung pada keberhasilan"

"SEMUANYA!! ANGKAT SENJATA KALIAN!"

"BERSIAPLAH UNTUK PERANG, BERSIAPLAH UNTUK MENERJANG, DAN BERSIAPLAH UNTUK BERKORBAN DEMI DUNIA!"

"HIDUP KITA SEDARI AWAL MEMANG UNTUK MENJAGA KEDAMAIAN DUNIA, HARI INI KITA AKAN BERJUANG HABIS-HABISAN!"

"BERTARUNGLAH DEMI PERDAMAIAN, DAN MATILAH DENGAN TERHORMAT, HANYA KITALAH, PARA PRAJURIT YANG DAPAT MENENTUKAN NASIB DARI DUNIA!"

"MAJU!!!"teriak Jenderal kepada para pasukan tentaranya, bersiap untuk memulai serangan balik.

"SIAP, PERINTAH DITERIMA!"tegas para tentara.

"Jenderal!! lihat langitnya!!"teriak seorang tentara.

Semua terpaku kearah langit, tidak ada yang menduganya, sebuah nuklir dengan kecepatan tinggi, bergerak kearah mereka. Dalam hitungan detik, ledakan besar terjadi, dentuman keras terdengar.

Burung-burung beterbangan keluar, mencari tempat yang lebih tenang.

"Nampaknya kita akan kalah, bagaimana mungkin lokasi kita telah diketahui oleh musuh? ini adalah rencana mereka sedari awal" gumam salah satu tentara.

"Sudah kuduga, menunggu adalah keputusan yang buruk"

"Bersabar artinya siap untuk menderita"

sebagian besar pasukan tentara habis terbakar oleh ledakan dalam sekejap, beberapa yang beruntung dapat bertahan, namun kehilangan sebagian besar anggota tubuh mereka.

menatap kearah langit, bola hitam yang terlihat bukan hanya satu, setelah satu awan jamur muncul, puluhan ledakan lainnya menyusul dalam kurun waktu yang dekat.

dan inilah bagaimana semuanya dimulai!.

Suara-suara dentuman terdengar memecah langit, api menjulang seperti tangan raksasa, melahap segala yang berdiri di hadapannya. Dunia, yang dulunya penuh dengan indahnya kehidupan, kini hanya menyisakan abu dan keheningan.

Di atas tanah yang porak poranda, seorang anak muda terbaring. Tubuhnya dipenuhi luka, wajahnya tertutup debu dan darah. Ia mendongak ke langit kelabu, menyaksikan matahari yang terhalang oleh awan hitam. Udara terasa berat, setiap tarikan napas seperti mencabut sisa hidup yang ia miliki. Namun, matanya tetap memancarkan tekad.

"Dunia ini..." gumamnya pelan,"dunia ini tidak seharusnya berakhir sekarang, aku bahkan belum menikah, ini menyedihkan."

"aku bahkan belum menamatkan series Two Piece"

Perang ini tidak hanya menghancurkan manusia, namun setelah perang ini selesai terjadi, efek radiasi tertentu mengubah segalanya, hewan, tumbuhan, bahkan manusia yang berhasil untuk bertahan hidup, semuanya bermutasi menjadi sesuatu yang tidak lagi bisa disebut "normal." Beberapa menjadi monster yang mengancam sisa kehidupan, sementara yang lain memperoleh kemampuan luar biasa.

Mutasi ini adalah pedang bermata dua, memberikan kekuatan baru sekaligus membawa kehancuran.

10 Tahun setelah terjadinya perang nuklir Radiant Cataclysm

Tahun 2011

Seorang pemuda bernama Kael terbangun perlahan, pandangannya buram, kepalanya terasa berat, dan tubuhnya seperti dipaku ke tanah. Angin dingin menyentuh wajahnya, membawa aroma debu dan sesuatu yang terbakar.

Dia mengedipkan matanya, mencoba mengusir kegelapan dari penglihatannya.

Langit di atasnya kelabu, dipenuhi awan tebal yang tampak seperti asap. Sekelilingnya sunyi. Sepi yang tidak wajar, seperti dunia telah mati.

Kael bangkit perlahan, meringis saat rasa sakit menusuk seluruh tubuhnya. Dia memandang sekeliling, reruntuhan bangunan yang pernah megah, pohon-pohon kering dengan cabang-cabang seperti tangan-tangan kurus, dan tanah yang retak seperti kulit ular yang bersisik.

"Di mana... aku?" gumam Kael dengan suara serak.

Dia mencoba mengingat, apa yang terakhir dia lihat? Sebuah ledakan, suara seperti ribuan guntur bersamaan, lalu kegelapan. "Perang itu..." pikirnya.

"Perang nuklir." Dia menunduk, menyentuh tanah yang penuh debu.

"Ini baru saja terjadi... kan?"

"Kemana semua orang?" Pikir Kael menoleh kesekitar, "bagaimana bisa aku baik baik saja?, apakah orang orang telah mengungsi saat aku masih pingsan?" Pikir Kael lebih jauh.

"Bagaimana bisa mereka meninggalkanku sendirian disini, kalau benar sih, keterlaluan"gumam Kael

Semakin dipikirkan, kepala Kael terasa semakin sakit, Kael berdiri goyah, tangannya menyentuh reruntuhan dinding yang sudah rapuh, debu runtuh dari dinding itu, seperti abu dari kayu yang terbakar habis.

"Seharusnya... ada orang di sini," katanya pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Mereka pasti bersembunyi, bunker... ya, pasti ada bunker." Dia mulai berjalan, tubuhnya terasa lemah. Langkah-langkahnya meninggalkan jejak samar di tanah yang penuh abu. Hening, tidak ada suara burung, tidak ada deru kendaraan, tidak ada suara manusia.

Kael berhenti, memandang ke kejauhan. Sebuah kota yang dulu ia kenal, kini hanya tersisa bayangan. Gedung-gedungnya runtuh, jalan-jalannya retak, dan semuanya tertutup debu tebal.

"Ini... terlihat seperti bukan baru saja terjadi." Suaranya gemetar, seperti menolak apa yang sedang ia sadari.

Angin bertiup lebih kencang, membawa aroma busuk yang membuatnya terbatuk.

Di kejauhan, sebuah pohon besar kering dengan akarnya mencengkeram tanah yang tidak subur, ada beberapa mayat tergeletak disan.

Kael mendekati dan menyentuhnya, mayat manusia ini terlihat seperti terkena sebuah ledakan, tubuhnya menghitam seperti terbakar, namun satu hal yang aneh mayat mayat ini, mereka memiliki bekas pukulan diwajah dan beberapa bekas goresan luka.

Kael menutup wajahnya dengan tangannya, mencoba mengingat. Tapi kepalanya seperti dibungkus kabut tebal.

"Berapa lama aku pingsan...?" Dia terdiam, jantungnya berdebar keras. "Tidak, ini tidak mungkin."

Dia menggigil, bukan karena dingin, tetapi karena rasa takut yang menjalar di dadanya. Sebuah suara kecil dalam pikirannya berbisik, "Kael, ini bukan kemarin. Dunia telah mati selama bertahun-tahun. Kau hanya terlambat."

Kael menggeleng dan bergunam, "Tidak! Tidak mungkin! Baru kemarin aku melihat..., baru kemarin aku mendengar suara ledakan itu!"

Namun, dunia yang hening itu tidak memberikan jawaban, angin hanya menjawab dengan hembusan, membawa abu yang berputar di sekitarnya, seakan mengukuhkan kesendiriannya di dunia yang telah musnah.

Kael memegang perutnya yang mulai terasa nyeri karena lapar. Rasa perih itu tidak bisa ia abaikan lebih lama. Ia bangkit dari duduknya, menatap reruntuhan yang membentang sejauh mata memandang.

"Aku harus makan," gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Kalau tidak... aku tidak akan bisa mencari orang lain."

Dia memulai perjalanan, menyusuri jalanan penuh puing. Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena tubuhnya yang lemah, tetapi juga karena rasa kesendirian.

"Apapun itu, aku harus menemukan makanan terlebih dahulu"gumamnya pergi.

Pertemuan

Setelah mencari untuk beberapa waktu, Kael memasuki sebuah gedung tua, gedung yang ia masuki adalah bekas supermarket kecil, rak-raknya terlihat telah hancur, bahkan isinya sudah lama dijarah dan membusuk, tidak ada yang tersisa selain debu dan bau yang menusuk.

Sebuah mayat terkapar disana, Kael menghampirinya dan menyentuh nya, menyentuh dan melihatnya sejenak.

"Mayat ini terlihat seperti sudah membusuk selama beberapa tahun"gumam Kael tanpa disadari nya.

Melangkah keluar dari super market kecil tersebut, Kael kembali melakukan pencarian pada gedung kedua yang merupakan sebuah restoran tua.

"Cafe Black and White, dulu aku sering kesini kan? kalau tidak salah"

"Ya, walau aku selalu datang sendirian, tempat ini cukup tenang dan makanannya termasuk cukup enak"gumam Kael

Kael melihat meja-meja yang terbalik, pecahan kaca yang berserakan di lantai. Setelah mencari dalam waktu yang lama, membuka satu persatu laci dan rak yang ada disana, pergi ke area dapur dan membuka ruang penyimpanan, Kael hanya menemukan sebuah kaleng makanan di sudut ruangan.

Setelah mengecek isi kaleng tersebut, terlihat isinya sudah rusak dan kadaluwarsa, membuat Kael terpaksa meninggalkannya karena sudah tidak bisa dikonsumsi.

Ketika ia memasuki gedung ketiga, suasana cukup mencekam, tempat itu lebih gelap dan dingin, Kael melangkah perlahan, berharap menemukan sesuatu digedung tua itu.

Kael menemukan sebuah cermin yang sedikit masih berfungsi, sejenak Kael terkejut melihat dirinya sendiri.

Ia menyentuh pipi dan wajahnya, mencubit pipinya sendiri, "tunggu, aku terlihat berbeda dengan apa yang ku ingat, aku terlihat sedikit lebih tua."

"apa ini dampak Radiasi? masa sih" pikir Kael sebelum perutnya kembali berbunyi, "kruyuk!!"

"oh ayolah, tidak bisakah kamu tahan sebentar rasa laparnya perut?"

"kryukkk!!!"suara perut

"oke oke, fine, ayo kembali mencari makanan"gumam Kael melangkah lebih jauh, beberapa langkah kedepan, tiba-tiba Kael mendengar sebuah suara. Suara gesekan dan langkah-langkah berat yang bergerak di lantai atas. Mata Kael melebar.

"Oh apakah itu seseorang?" harapnya, suara di dalam kepalanya penuh antusias, dia mendekat dengan hati-hati, mengikuti sumber suara.

Kael menaiki tangga satu persatu, saat ia mencapai ruangan yang dituju, harapannya untuk bertemu dengan manusia seketika hilang.

Makhluk yang ia temukan bukanlah manusia, ia mengintip dari balik dinding, seekor tikus besar raksasa terlihat sedang mengendus pada sebuah lemari.

Tubuh tikus tersebut sebesar anak kecil, dengan bulu kusut, mata merah menyala, dan gigi taring yang tajam. Tikus itu menggeram rendah, memperlihatkan deretan giginya yang mengerikan.

Kael mundur beberapa langkah, napasnya tercekat. "Ini apaan anjir?! tikus segede ini? mana mungkin..." dengan tergesa-gesa dia berbalik dan mulai berlari.

Sialnya saat ia sedang berlari, Kael secara tidak sengaja menginjak seekor tikus kecil yang berukuran normal, tikus tersebut berteriak, "Kiekkkk!!!"

"Lah ini tikus normal, tadi? ga normal, ah persetan dengan semua keanehan ini, keluar dari sini dulu biar aman" gumam Kael mulai merasa panik dan ingin segera melarikan diri dari gedung ini.

Namun kebisingan yang dibuat Kael akibat menginjak seekor tikus memancing dua tikus raksasa lainnya muncul dari bawah tangga, tepat dihadapan Kael, menghalangi satu-satunya jalan keluar dari gedung tersebut.

Kael terpojok, ketiga tikus itu perlahan mendekat dan mengeram. Kael mengepalkan tangannya, Kael mendekat ke beberapa rak didekatnya, tangannya berusaha mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata, tetapi tidak ada apa pun di sekitarnya.

Kael mengepalkan tangannya bersiap dengan kuda-kudanya, "memang terlihat tidak memungkinkan, namun jika masih ada secercah kemungkinan akan kulakukan."gumam Kael sebelum seseorang muncul dari belakang tikus-tikus itu, dengan gerakan cepat, orang itu melompat ke arah tikus pertama, menghunuskan belatinya ke punggung makhluk itu.

"siapa itu?"gumam Kael terkejut.

Darah hitam menyembur saat tikus itu roboh. Orang itu kemudian bergerak dengan lincah, menusuk tikus kedua dan melemparkan belatinya ke tikus ketiga. Sebelum tikus ketiga sempat menyerang, ia melompat dan menancapkan belati lebih dalam, memastikan tikus itu mati seketika.

Kael hanya bisa menatap dengan mulut ternganga, "menakjubkan" gumam Kael. setidaknya kael merasa bersyukur tidak menjadi daging santapan tikus raksasa.

"Halo? Siapa kamu?" tanya Kael dengan suara pelan.

Orang itu berdiri tegak, menatap Kael dari balik masker kain yang menutupi sebagian wajahnya, pakaian kota yang dikenakannya terlihat lusuh tetapi fungsional, dengan sabuk penuh pisau cadangan.

"Nama ku Kai, Kai Trevalion," katanya sambil membersihkan belati dari darah tikus. "Dan kau siapa?"

Kael berusaha mengatur napasnya sebelum menjawab. "Aku... Kael, Kael Dravaca."

Kai Trevalion mengangguk. "Kael, kau beruntung aku ada di sini. Tikus-tikus seperti ini sering berburu dalam kelompok. Jika mereka tidak membunuhmu, mereka akan membuatmu terinfeksi."

"Ya, lain kali aku akan lebih hati-hati, sebelum itu bolehkah aku bertanya? Sebenarnya tahun berapa sekarang?" Tanya Kael

Kai Trevalion memandangnya tajam, kemudian menyipitkan matanya, meski nada suaranya terdengar agak kesal. "kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?"

Kael mengangguk, matanya penuh kebingungan, Kai Trevalion menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Hari ini adalah 14 Februari 2011"

"2011?"tanya Kael terkejut, "bukannya ini 2001, setelah perang Radiant Cataclysm terjadi?"lanjut Kael.

"Ada apa dengan otakmu? apa kamu ketakutan hingga menjadi sedikit sengklek? ini sudah sepuluh tahun sejak Radiant Cataclysm menghancurkan dunia."tegas Kai Trevalion

Kael merasa dunia berputar di sekitarnya. "Sepuluh tahun? Tidak mungkin."

"Tidak," bisiknya, "Itu tidak mungkin. Aku... aku baru saja melihat ledakannya. Baru kemarin aku..."

Kai Trevalion menatapnya dengan penuh simpati tetapi tegas. "Kael, aku tidak tahu apa yang terjadi pada otak kecilmu itu, mungkin sedikit pergeseran saraf atau apa, tapi ini benar benar sepuluh tahun yang sudah berlalu setelah perang itu."

Kael mencoba mencerna kenyataan yang menghantamnya seperti gelombang pasang. Sepuluh tahun berlalu, dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Kael tidak dapat menemukan jawaban pada apa yang terjadi dengan dirinya, mengapa ia tidak terbangun selama 10 tahun? jika ia tidak terbangun kenapa tidak ada satupun orang yang mengangkutnya, lalu tidak bangun selama 10 tahun pasti sudah membuat nya termakan oleh makhluk-makhluk aneh itu, pikir Kael.

"apakah mungkin aku kehilangan ingatanku?"pikirnya.

"Sebenarnya, apa yang terjadi padaku?"pikir Kael tidak dapat mengingat apapun selain peristiwa ledakan 10 tahun lalu

Kai menepuk pundak Kael "Dengarkan aku, Kail, kamu terlihat seperti bukan seorang Radiant, jika kau ingin bertahan hidup, terimalah kenyataan, dunia ini keras, dan tidak ada ruang untuk keraguan."

"uhh namaku Kael"gumam Kael

"ya apapun itu, Kail, Koal, Kael"gumam Kai

Kael menatap tangan itu, ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku, aku tidak bisa mengingat  apa yang terjadi padaku selama 10 tahun belakangan ini"

"Sebaiknya dirimu tenangkan dulu pikiranmu, aku tau tempat pengungsian terdekat, jika kamu mau aku bisa mengantar mu" ucap Kai

"Baiklah mungkin hingga aku menemukan kembali ingatanku" ucap Kael benar-benar bingung harus pergi kemana saat ini.

Kai tersenyum samar di balik maskernya. "Kalau begitu ikut aku, kita akan kembali kemarkas"  Ucap Kai sembari menaruh belati belatinya

"Jangan buat aku menunggu, bantu aku mengangkat mayat mayat tikus itu, kita akan kembali ke markas, itu bisa dijual" Ucap Kai

"Oke... Siap"tegas Kael, Kael dan kai bergegas mengangkat mayat mayat tikus itu dan menyeretnya, "kemana kita akan pergi Kai?"tanya Kael.

"Sebuah tempat yang aman"tegas Kai mulai melangkah keluar dari gedung.

Radovile

"Oh ya dan jangan bermalas-malasan, bantu aku mengangkut mayat mayat tikus itu" ucap Kai mengangkut dua mayat tikus.

"Tu...tunggu... kamu tidak berniat untuk memakan tikus ini kan?" tegas Kael dan segera disaut oleh Kai dengan sebuah senyuman singkat, "mungkin kita akan memakannya," lanjut Kai bercanda

"Si-al,"gumam Kael pelan

Segera Kael dan Kai mengangkat mayat-mayat tikus tersebut pergi, langkah pelan keluar dari gedung tersebut.

"Hey, ngomong-ngomong perihal markas, tadi lu bilang kita akan ke markas kan? itu markasmu?" tanya Kael dan segera dibalas oleh Kai "bukan markasku, tapi tempat para Radiant berkumpul, nanti lu juga akan tau."

"Intinya kita akan menuju markas yang bernama Radovile, emang bukan markas besar sih tapi di Radovile, lumayan banyaklah Radiant yang tinggal dan bertahan hidup disana."

"Untuk sementara waktu, aku juga sedang tinggal diRadovile karena suatu alasan"

"ohh begitu, baiklah-baiklah."

"tapi, Radovile? terdengar agak familiar, walau aku belum tau itu tempat seperti apa." Kai menatap jelas kearah Kael, "tentu terdengar familiar, namanya memang agak pasaran sih, seharusnya mereka mengganti nama markasnya menjadi Kai Trevalion Camp, atau sejenisnya."

Kael berpura-pura tersenyum, "i..iya itu nama yang bagus." ucap Kael tidak yakin.

"Oh ya... Kamu bilang ini sudah 10 tahun semenjak kejadian ledakan itu, lalu bagaimana kondisi manusia, apa yang terjadi selama 10 tahun ini?"tanya Kael penasaran

"Lalu tikus yang besar itu, kok bisa?"tanya Kael sembari berjalan mengikuti Kai menuju Radovile.

Kai mengacak-acak rambutnya. "Kau seriusan amnesia atau kau ini beruang kutub (hibernasi)?" tanya Kai menghela nafas.

"setelah perang ledakan itu terjadi, efek radiasinya mulai memengaruhi makhluk hidup, hewan liar mulai berubah menjadi predator buas, bahkan tanaman menjadi agresif dan bisa menyerang manusia."

"Lalu, apa yang terjadi dengan manusia?"tanya Kael

"Manusia juga mengalami mutasi, manusia yang bermutasi berubah seperti seorang superhuman, manusia yang telah bermutasi ini mulai kita sebut sebagai Radiant."

"Para Radiant adalah manusia yang telah bermutasi dan dapat mengontrol kemampuan khusus didalam dirinya, kemampuan setiap orang berbeda beda, singkatnya Radiant berusaha membangun lagi dunia namun saat ini Radiant terpecah menjadi beberapa fraksi berbeda."

"Mungkin terdengar keren sih punya super power, tapi ada sisi buruknya juga."

"Tidak semua manusia yang selamat diberikan kemampuan untuk menjadi Radiant, banyak diantara mereka yang tidak menerima kemampuan apapun."

"Ketidak-adilan ini membuat Radiant menimbulkan masalah baru, dimana terpecahnya manusia ke dalam tiga fraksi besar berbeda, fraksi ini terbagi menjadi 'The Pure', 'Radiant Syndicate', dan 'Netral'."

"Itu hanya fraksi-fraksi besar, mungkin saja ada lebih dari itu, namun hanya saja nama mereka tidak terlalu mendunia."

"Tiga fraksi besar ini memiliki visi yang berbeda dan mereka tidak segan-segan menghancurkan siapa saja yang menghalangi jalan mereka."

"Mereka jika memiliki ciri khasnya masing-masing," tegas Kai.

"The Pure? Sindikat Radiant? dan Netral? Kenapa perpecahan fraksi bisa terjadi? Bukankah dalam keadaan ini seharusnya kita saling bekerja sama?" tanya Kael

Kai menghela nafas, "tidak perlu menjadi terlalu naif sebagai seorang manusia, manusia itu makhluk yang aneh, dengan berbagai sifat didalam nya."

"Salah satu hal yang sulit dirubah dari manusia" ucap Kai berhenti sejenak dan menatap kearah Kael "adalah keserakahan, The Pure adalah sebuah organisasi fanatik yang ingin menghancurkan semua mutasi, menganggap mutasi sebagai ancaman terbesar dan ingin mengembalikan dunia seperti semula."

"The Pure terkenal dengan berbagai peralatan canggih yang mereka miliki, walau sebagian besar dari mereka hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan Radiant, mereka sangatlah kuat, mengandalkan berbagai senjata yang mereka miliki."

"sedangkan Sindikat Radiant adalah organisasi fanatik yang ingin mempertahankan mutasi, menganggap mutasi sebagai masa depan umat manusia, menerima perubahan dan perbedaan."

"menganggap ini sebagai era baru, Era Radiant, itulah yang mereka pikirkan, para Sindikat Radiant."

"Seperti namanya, isinya adalah perkumpulan dari Radiant yang ingin mempertahankan mutasi."

"Lalu Netral, sebuah fraksi yang tidak berpihak pada siapapun, berdiri sendiri, tidak perduli dengan perdebatan fraksi lainnya."

"Intinya ketiga fraksi ini saling bertentangan."

"Yahh, begitulah kondisi umat manusia saat ini." Kai menghela nafasnya, Kael mengangguk sejenak

"Bagaimana dengan para Radiant, kemampuan seperti apa yang mereka miliki dan apakah kau juga seorang Radiant, Kai?"tanya Kael

Kai tersenyum sombong dan mengalihkan pembicaraan sejenak, "btw kita sudah dekat dengan Radovile, namun tak terasa malam. sudah tiba, sebaiknya kita beristirahat sejenak." ajak Kai memasuki sebuah gedung tua.

"Kita akan beristirahat disini, untuk obrolan nya kita lanjutkan diesok hari"ucap Kai

"Aku mulai mengantuk, kita tidur terlebih dahulu"ucap Kai dan Kael hanya mengangguk menandakan bahwa ia setuju.

Kai dan Kael merapihkan barang barangnya dan mulai beristirahat di salah satu ruangan kosong dalam gedung tersebut.

Malam berjalan dengan tenang, Kai tertidur pulas bahkan sembari mengigau, "ayam goyeng..."gumam Kai dalam tidurnya.

Kael tidak bisa tidur, pikirannya dipenuhi oleh banyak pertanyaan, ia terus memaksakan untuk tidur namun berujung gagal.

Tak lama sebuah suara terdengar dari luar gedung, "Srattt!!!" suara tebasan pedang terdengar.

Membuat Kael agak terkejut, "apa itu?" pikir Kael hendak berdiri dan beranjak menuju jendela.

Kael mengintip dari balik jendela tanpa kaca, ia melihat seorang pria dengan rambut berwarna biru dengan dua pedang di masing-masing tangannya.

Ia terlihat terluka dan penuh dengan darah, beberapa mayat mutasi tikus tergeletak di tanah dan sebuah mayat beruang raksasa tergeletak tak jauh dari sana, beruang itu berukuran dua meter.

Pria berambut biru itu, terus menyeret beruang tersebut dengan sempoyongan dan sesekali jika ada monster yang keluar ia akan menebasnya.

Ia terlihat terburu-buru dan sesekali menengok kebelakang, tak diduga oleh Kael ternyata pria itu berjalan mengarah ke gedung yang mereka tinggali.

Kael segera berlari kearah Kai dan berusaha membangunkannya.

"Kai, Kai! bangun! ada seseorang disini!"ucap Kael menggoyang goyangkan tubuh Kai.

"Hah apa?? ayam goyeng?"gumam Kai setengah sadar sebelum menyadari situasinya, "hah ada orang?"ucap Kai segera bangun.

Seseorang itu memasuki gedung dengan tergesa-gesa, disitulah tiba-tiba Kai datang dengan sebilah belatinya mengarahkan pada leher pria biru tersebut.

"Siapa dirimu, untuk apa kamu datang kesini?"tanya Kai

"Tenang, bolehkah aku bersembunyi didalam, beberapa orang sedang mengejar ku"ucapnya tergesa-gesa dengan darah di sekujur tubuhnya

Kai menatap pada hasil jarahannya, sebuah beruang raksasa, "beruang raksasa? pria ini cukup kuat, untungnya aku tidak mencari masalah dengannya,"pikir Kai

"Baiklah, namun jangan melakukan apapun dan setelah bersembunyi, keluarlah dari sini"ucap Kai dan disambut dengan anggukannya.

Kai dan Kael membantu menarik masuk jarahannya, sebuah mayat beruang raksasa dan kembali beristirahat didalam.

Kai melemparkan beberapa perban dan potion pada pria tersebut.

Pria itu diam saja dan segera menggunakan potionnya, "siapa namamu, mengapa bisa dikejar?"tanya Kai.

"itu cerita yang panjang, tapi terima kasih"

"aku akan beristirahat dulu disini, anggap saja aku tidak ada, aku akan segera pergi dalam beberapa jam"ucapnya segera membalikkan badannya dan tidur.

Kai terlihat agak kesal, "siapa pria ini, pertanyaan ku bahkan tidak dijawab, sungguh pria yang sombong." pikir Kai dalam hati, "ah entahlah biarkan saja."

mereka bertiga berujung beristirahat di gedung tua tersebut, tak terasa malam terlewati dan paginya ketika Kai dan Kael bangun pria berambut biru itu sudah tidak ada di sana.

"udah ditolong ga tau terima kasih"gumam Kai kesal.

"ada beberapa kantong disini Kai, coba periksa ini"ucap Kael, saat Kai memeriksa nya ternyata ada beberapa jantung didalamnya.

"eewhh, jantung?"tanya Kael.

Kai langsung tersenyum, "oh ternyata pria itu cukup baik juga ia memberikan sedikit bayaran untuk yang tadi malam."

"memangnya apa yang bisa dilakukan dengan jantung-jantung ini Kai?"tanya Kael

"itu akan berguna untuk Radiant dan juga bisa dijual untuk uang"

"ah sudahlah, lupakan mengenai pria aneh itu, yang penting kita aman sekarang dan tidak terseret dalam masalahnya"

"ayo Kael bersiaplah, kita akan lanjut berjalan menuju Radovile"ucap Kai.

dan mereka pun kembali berjalan lagi, menuju ke Radovile.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!