Paginya, Ruby melangkah keluar apartemennya dan menarik napas dalam-dalam. Ia memasang earphone di telinga, lalu berjalan ke stasiun kereta bawah tanah. Suasana hatinya saat ini sangat bertolak belakang dengan langit yang cerah.
Wajar saja. Ia baru saja berbicara dengan ayahnya di telepon. Setiap kali ia selesai berbicara dengan ayahnya, dadanya selalu terasa berat.
Tadi ia menelepon orang-tuanya hanya untuk mengabarkan bahwa ia baik-baik saja di Seoul. Sejak kecelakaan fatal yang menimpanya dulu, orangtuanya selalu mencemaskannya.
Mereka selalu khawatir dengan pekerjaannya di negera asing. Sering kali Ruby merasa tertekan dengan kekhawatiran yang berlebihan terhadap dirinya itu. Namun ia juga terus-menerus mengingatkan diri sendiri untuk memaklumi perasaan orangtuanya. Mereka seperti itu karena menyayanginya.
Ruby beruntung ia memiliki saudari kembar yang tinggal di sisi kedua orang-tuanya. Namanya Runa. Wajah mereka mirip namun tidak terlalu identik, kembarannya sedikit lebih berisi dan tinggi. Ruby juga tinggi, tapi lebih mungil dibanding Runa dan agak kurus. Meski begitu, keduanya memiliki kecantikan yang sama.
Runa dan orangtuanya sudah tinggal terpisah dengannya sejak SMA. Karena waktu remaja Ruby sekolah di luar negeri sekalian menemani nenek mereka yang tinggal di New York. Sang sudah meninggal dua tahun yang lalu. Itulah alasanya Ruby tidak tinggal di New York lagi. Dia memilih ke Seoul untuk ...
Skip. Ia tidak mau membahasnya.
Ruby akan balik ke Indonesia di saat ada libur panjang. Gadis itu sudah terbiasa mandiri. Berbeda dengan Runa yang dari dulu hanya senang tinggal di kampung halaman mereka, tidak suka kemana-mana. Namun meski mereka terpisah jauh, Ruby terus berkomunikasi dengan mereka lewat video call atau medsos. Dunia sekarang sudah lebih canggih, lebih gampang berkomunikasi dari tempat yang sangat jauh sekalipun.
Ruby kembali memandang ke luar jendela. Kereta sudah berhenti di stasiun, menyentakkan gadis itu kembali ke alam sadar. Ia menarik napas panjang. Waktunya meninggalkan masalah pribadi dan mulai bersikap profesional.
Ketika gadis itu tiba di lokasi pemotretan, ia melihat para staf produksi sibuk bersiap-siap memulai proses pemotretan. Ia menyapa beberapa staf yang dikenalnya dan pergi mencari tim yang akan menata busana dan makeup-nya.
Asistennya tidak datang hari ini karena mendadak kena flu. Jadi Ruby datang sendiri saja. Ruby hanya model baru tidak terlalu terkenal yang beruntung di kontrak oleh salah satu agency kecil di Korea Selatan. Berkat agency-nya juga, dia dan salah satu rekan satu agency berhasil dipilih menjadi model sebuah perusahaan besar. Entah perusahaan apa itu, yang pasti Rubi akan bolak balik syuting dan pemotretan di perusahaan tersebut selama tiga bulan ke depan.
"Kau sudah datang rupanya." suara itu membuyarkan lamunan Ruby. Ia langsung membungkuk pada wanita yang lebih tua darinya yang kini berdiri di depannya. Meski sikap wanita itu tidak begitu ramah, Ruby tetap tersenyum dan bersikap profesional.
"Cepat masuk ke sana. Masih banyak model yang harus di rias hari ini." pungkas wanita itu tegas. Ruby menurut dan menoleh ke arah salah satu tenda. Ia melihat Bora, penata rias selebriti yang sudah dikenalnya, baru kenal beberapa hari sih. Ada beberapa model lain juga dari agency yang tidak dia kenal. Karena mereka sangat cuek, gadis itu juga tidak enak untuk sekadar menyapa. Nanti di sangka sok akrab lagi.
"Halo, nuna?" sapa Ruby menghampiri Bora. Bora balas tersenyum padanya. Di antara semua staf, memang wanita itu yang paling ramah. Jadi Ruby lebih leluasa berbincang-bincang dengannya.
Bahasa Koreanya terbilang sangat baik, jadi ia bisa berbincang dengan siapa saja yang ditemuinya. Ia tidak terkendala dengan bahasa. Contohnya kemarin, ia langsung berbincang dengan Ha joon pakai bahasa Korea, bukan bahasa Inggris seperti saat mereka tinggal di New York. Ha joon sendiri tahu dari dulu kalau dia bisa berbicara bahasa Korea. Tapi dulu bicaranya belum sefasih sekarang.
Bahkan beberapa orang yang tidak mengenalnya mungkin tidak akan mengira kalau dia bukanlah orang Korea. Yah, sefasih itu memang bahasa Korea Ruby. Nyonya Nam saja mengira dia orang Korea yang blasteran negara lain, saat pertama kali mereka bertemu. Karena kulit dan wajahnya cukup mirip dengan wanita Korea kebanyakan. Hanya matanya yang berbeda, mata gadis Indonesia. Juga indah seperti boneka.
Kalau di pikir-pikir, nyonya Nam adalah wanita tua pertama di negeri ini yang bilang sangat menyukainya. Kalau nyonya Kim, mereka sudah lama saling kenal. Sahabat baiknya Kim Hana, yang menikah kemarin adalah anaknya nyonya Kim. Orangtuanya juga kenal cukup baik dengan keluarga Kim karena dulu perusahaan papanya sempat ada kerja sama dengan keluarga yang terbilang cukup ternama di Seoul itu.
"Bagaimana perasaanmu bekerja di negara ini Ruby?" tanya Bora di sela-sela menghias rambut Ruby. Wajahnya sudah selesai di rias. Giliran rambutnya.
Ruby tersenyum.
"Aku senang. Orang-orang di sini bekerja sangat keras, walau aku awalnya sulit beradaptasi, sekarang aku sudah mulai terbiasa."
"Benar, kita semua di tuntut bekerja keras dan profesional. Kau termasuk hebat karena bisa cepat beradaptasi di sini." kata Bora lagi.
"Semua model sudah siap? Sebentar lagi kita ada pemotretan produk. Ketua akan turun langsung di lapangan untuk memantau pemotretan. Ingat, kalian adalah model-model terpilih yang sudah di kontrak untuk memperkenalkan brand besar ini. Jangan sampai membuat pemimpin perusahaan tidak puas." seru seorang staf manajer masuk ke ruang rias dan berkata dengan tegas.
"Kalian bertiga, ganti gaun yang ini lalu keluar!" katanya lagi menunjuk Rubi dan dua model lainnya. Berat memang bekerja jadi model, apalagi model tidak terkenal yang baru merintis seperti mereka. Jatohnya malah di suruh-suruh. Tapi tidak mengapa, namanya juga baru memulai dari nol. Ruby tetap optimis.
Ia mengenakan gaun biru dengan lengan terbuka. Agak seksi memang, tapi sebagai model, tidak ada yang namanya seksi.
Ruby dan dua model yang di tunjuk tadi keluar. Mereka berjalan memasuki ruang pemotretan. Gadis cantik di depan Ruby mendapat giliran pertama. Ruby dan teman model yang satunya menunggu di samping.
Pada saat Ruby menengok ke kiri, ia melihat seorang laki-laki yang tak asing di matanya memasuki ruangan. Laki-laki itu sangat mendominasi. Bahkan orang-orang yang mengatur-ngatur mereka tadi cepat-cepat membungkuk hormat padanya.
Lelaki itu betul-betul mendominasi. Kini hampir semua staf membungkuk hormat begitu menyadari kehadirannya, lalu si manajer staf mengambilkan kursi untuk laki-laki itu duduk. Mata Ruby mengernyit,
Mungkinkah laki-laki itu adalah ...
Lelaki itu tiba-tiba berbalik menatap ke arah Ruby. Saat tatapan mereka bertemu Ruby terkesiap dan cepat-cepat membuang muka ke arah lain.
Ha joon.
Ya ampun, dia gugup sekali. Kenapa laki-laki itu bisa berada di sini sih? Jangan bilang kalau dia adalah pemimpin perusahaan yang di sebut-sebut manajer staf tadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
jodoh gak akan lari kemana ruby bertemu lg dan hajoon pria sangat membencimu...
ruby sangat terkejut bertemu dgn hajoon membuat ruby merasa tidak nyaman tatapan hajoon sangat tajam dan penuh kebencian....
Filling ruby tidak enak skl hajoon pasti akan membalas dendam kpd ruby apalagi kesempatan hajoon kebetulan ruby modelnya...
Ruby hrs sabar dan kuat menghadapi ha joon kapan2 aja pasti akan membalas dendam...
Tidak sabar melihat ha joon dan ruby saling jatuh cinta dan bucin akut....
lanjut thor....
semangat sll💪💪💪💪💪
sehat sll....
2025-04-24
2
🔵🎀🆃🅸🅰🆁🅰❀∂я 👥️
wah jgn" yg menghina haa joon waktu itu kembaran Ruby ..tp yaa gk tau , kita nanti aj lanjutannya 😅
2025-04-24
1
Bola nasi
jangan2 yg ngata2in ha joon kembarannya ruby
2025-04-25
0