Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman

Pegunungan kecil Rivera selalu diselimuti warna hijau dan embun pagi, bahkan ketika matahari telah menggantung tinggi di langit. Di antara celah pohon dan rerumputan, dua sosok kecil tampak berlari, tertawa, dan saling mengejek satu sama lain, seperti sepasang burung kecil yang tak pernah lelah berputar-putar di sarangnya.

Empat tahun telah berlalu sejak hari itu—sejak bunga pertama terinjak dan sebuah pertemanan aneh lahir dari canda, tangisan, dan pukulan kecil di kepala.

Sho kini berusia sepuluh tahun. Tingginya bertambah, wajahnya mulai membentuk garis-garis lembut yang menjanjikan ketampanan di masa depan. Tapi yang paling mencolok adalah matanya—mata merah rubi yang bersinar seperti kristal setiap kali terkena cahaya matahari, membuat siapa pun yang menatapnya merasa seolah mereka melihat sesuatu yang tidak seharusnya.

Dan di sampingnya, seperti biasa, Aria. Satu tahun lebih tua, satu langkah lebih cepat, dan seribu kali lebih keras kepala.

Semakin mereka bertumbuh, semakin dunia di luar menjauh dari mereka.

Anak-anak lelaki tetap mengejek Sho—meski lebih pelan sekarang, karena mereka mulai sadar, Sho bisa membalas dengan tatapan tajam yang membuat mereka ciut.

Gadis-gadis seusia Aria masih berbisik-bisik di belakangnya, tapi beberapa dari mereka mulai iri. Aria sekarang cantik, meski tetap menolak memakai pita atau rok.

Namun bagi Sho dan Aria, semua itu tidak penting. Meski waktu mengubah banyak hal, ada satu hal yang tak berubah: mereka selalu bertemu di hutan yang sama, hampir setiap hari, kecuali ketika hujan deras.

---

“Hari ini bunga lonceng biru sudah mekar,” ujar Sho sambil berjongkok di dekat semak, jari-jarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak bunga kecil berwarna biru langit. “Mereka bilang mereka menyukai cuaca pagi ini.”

Aria, yang tengah memanjat pohon rendah untuk mengambil apel liar, melirik ke bawah dengan dahi berkerut. “Harus berapa kali aku memberitahumu Sho, bunga tidak bisa berbicara.”

“Tapi aku dengar mereka bicara,” jawab Sho pelan, seperti gumaman pada dirinya sendiri.

Aria melompat turun dengan apel di tangan, lalu mendekat dan menatap bunga itu. “Mereka terlihat sama saja tuh, seperti kemarin.”

Sho tersenyum. “Tidak, sekarang mereka lebih tenang. Mereka bilang, ‘hari ini angin tak begitu kencang.’”

Aria menghela napas panjang. “Kau benar-benar aneh, Sho. Apa kau juga dengar kucing bilang ‘halo’ waktu kau beri makan mereka?.”

Sho tak menjawab, namun tatapannya tetap tertuju pada bunga itu, seolah mendengar sesuatu yang tak bisa didengar orang lain. Angin bertiup perlahan, dan dedaunan di atas mereka bergemerisik seperti bisikan. Sho menoleh ke arah pohon terdekat.

“Akar kami haus, tapi kami masih bisa menunggu,” suara itu bergema pelan di dalam benaknya—bukan seperti suara manusia, lebih seperti perasaan yang berubah jadi kata-kata, nadanya terdengar seperti desir sungai yang kelelahan melewati bebatuan.

Sho mengedip, bingung. “Aria... apakah kau... pernah dengar pohon bicara?”

Aria menatapnya dengan alis terangkat. “Kau mulai bicara aneh lagi.”

Sho memaksakan senyum sembari menggeleng. “Lupakan saja... itu bukan apa-apa.”

Namun dalam hatinya, perasaan aneh itu tumbuh.

---

Setiap hari mereka kembali ke hutan ini, menelusuri jalan setapak rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu. Kadang mereka mencari serangga, kadang bermain petak umpet, kadang hanya duduk di atas batu besar di tengah aliran sungai kecil sambil menyanyikan lagu-lagu aneh ciptaan mereka sendiri.

Tapi hari ini berbeda. Hutan terasa lebih hidup. Suara dedaunan terdengar lebih jernih, dan Sho merasa seolah setiap sentuhan tanah mengirimkan bisikan ke kulitnya.

Saat mereka melewati area pepohonan tua, Sho tiba-tiba berhenti. “Ada yang salah...” katanya pelan.

Aria menoleh. “Apa?”

Sho menyentuh batang pohon yang besar dan tua, lalu menempelkan telinganya di sana. Tak ada suara, tapi ia merasakan tekanan lembut di dalam kepalanya—bukan rasa sakit, tapi seperti... kata-kata yang mengalir seperti air.

“Anak manusia, kau berbeda... kau mendengar kami.”

Sho tersentak mundur.

“Sho?” tanya Aria, khawatir. “Kau kenapa?”

Sho menoleh perlahan dan menggeleng. “Aku... tidak tahu. Mungkin hanya pusing.”

Aria mendekat, memegang lengannya. “Jangan duduk terlalu dekat dengan jamur liar. Ayahku bilang kalau aroma nya bisa membuat kau terkena halusinasi.”

Sho hanya tertawa kecil, meski jantungnya masih berdebar. Ia menatap Aria yang kini berdiri di sampingnya, dengan rambut biru malam pendek yang terlihat lucu, dan mata yang penuh semangat.

Aneh, pikir Sho. Meski semua ini terasa begitu aneh... bersama Aria, semuanya tetap terasa aman.

---

Matahari mulai condong ke barat.

Aria melompat ke atas batu besar seperti biasa, lalu mengulurkan tangan pada Sho. “Ayo. Nanti ibu kita marah lagi kalau pulang terlalu malam.”

Sho mengangguk dan menggenggam tangan Aria, lalu naik ke batu itu. Mereka menuruni lereng dengan perlahan, langkah mereka diiringi suara alam yang terus berbisik di telinga Sho—lembut, penuh kehidupan.

“Kami melihatmu, anak manusia... kami menunggumu.”

Tapi Sho hanya menatap langit senja, tidak memahami bahwa suara-suara itu bukan mimpi. Ia tidak tahu bahwa ia adalah satu dari sedikit manusia yang dipilih sebagai inkarnasi dewa. Sayangnya hari-hari damai seperti ini tak akan berlangsung selamanya.

---

Mereka tiba di jalan bercabang yang menuju rumah masing-masing.

“Besok, kita bertemu lagi di tempat biasa?” tanya Sho.

Aria mengangguk. “Tentu saja. Aku tidak mau bermain dengan gadis-gadis cerewet itu.”

Sho tersenyum. “Dan aku tidak butuh anak lelaki lain yang memanggilku ‘bocah banci.”’

“Yah, itu wajar karena kau aneh.”

“Dan kau adalah wanita kasar.”

“Tapi kita cocok,” kata Aria sambil tersenyum lebar, lalu berbalik dan berlari kecil menuruni jalan.

Sho menatapnya hingga menghilang dari pandangan, lalu menghela napas panjang.

Hutan berbisik sekali lagi di belakangnya, seolah mengucapkan selamat malam.

Ia tidak menyadari, saat itu, bahwa hidupnya perlahan mulai berubah.

Hari-hari seperti ini terasa lambat, tapi tahu-tahu minggu berubah jadi bulan, dan musim pun silih berganti.

Terpopuler

Comments

That One Reader

That One Reader

baiklahh udah mulai terbayang wujud dan sifat karakternya

2025-08-20

0

J. Elymorz

J. Elymorz

lucuuuu, sifat mereka berbanding terbalik

2025-07-31

0

J. Elymorz

J. Elymorz

lucuuuu

2025-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Remake: Gadis Yang Kasar
3 Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman
4 Chapter 3 Remake: Tragedi
5 Chapter 4 Remake: Wanita Misterius
6 Chapter 5 Remake: Inkarnasi Pilihan
7 Chapter 6 Remake: Perasaan Yang Aneh
8 Chapter 7 Remake: Runtuh
9 Chapter 8 Remake: Masih Ada Harapan
10 Chapter 9 Remake: Tangisan Gadis Itu
11 Chapter 10 Remake: Malam Penuh Impian
12 Chapter 11 Remake: Serangan Mendadak
13 Chapter 12 Remake: Kebangkitan
14 Chapter 13 Remake: Canggung
15 Chapter 14 Remake: Sertifikat
16 Chapter 15 Remake: Menuju Vixen
17 Chapter 16 Remake: Ibukota Vixen
18 Chapter 17 Remake: Misi Pertama
19 Chapter 18 Remake: Tambang Aneh
20 Chapter 19 Remake: Terjebak
21 Chapter 20 Remake: Determinasi
22 Chapter 21 Remake: Api Yang Takkan Pernah Padam
23 Chapter 22 Remake: Tetaplah Hidup
24 Chapter 23 Remake: Perang
25 Chapter 24 Remake: Anomali
26 Chapter 25 Remake: Selamat Datang Kembali
27 Chapter 26 Remake: Tangan Kanan Raja
28 Chapter 27 Remake: Ramalan Takdir
29 Chapter 28 Remake: Momen Sebelum Berpisah
30 Chapter 29 Remake: Latihan Intensif
31 Chapter 30 Remake: Kenakalan Sang Putri
32 Chapter 31 Remake: Noelle Bersaudara
33 Chapter 32 Remake: Kekhawatiran Seorang Ayah
34 Chapter 33 Remake: Reuni
35 Chapter 34 Remake: Kelicikan Sang Guild Master
36 Chapter 35 Remake: Hari Yang Kacau
37 Chapter 36 Remake: Menuju Alzard
38 Chapter 37 Remake: Datangnya Bahaya
39 Chapter 38 Remake: Entitas Asing
40 Chapter 39 Remake: Kekuatan Sejati Para Dewa
41 Chapter 40 Remake: Sisi Gelap Alzard
42 Chapter 41 Remake: Lahirnya Filiya
43 Chapter 42 Remake: Pangeran Kedua Alzard
44 Chapter 43 Remake: Keputusan
45 Babak Bonus: Pengenalan Seluruh Karakter
46 Chapter 44 Remake: Jalan Menuju Pemberontakan
47 Chapter 45 Remake: Fitnah Kejam
48 Chapter 46 Remake: Musuh Didalam Selimut
49 Chapter 47 Remake: Penyamaran
50 Chapter 48 Remake: Penguasa Alzard Yang Baru
51 Pengumuman Hiatus
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Remake: Gadis Yang Kasar
3
Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman
4
Chapter 3 Remake: Tragedi
5
Chapter 4 Remake: Wanita Misterius
6
Chapter 5 Remake: Inkarnasi Pilihan
7
Chapter 6 Remake: Perasaan Yang Aneh
8
Chapter 7 Remake: Runtuh
9
Chapter 8 Remake: Masih Ada Harapan
10
Chapter 9 Remake: Tangisan Gadis Itu
11
Chapter 10 Remake: Malam Penuh Impian
12
Chapter 11 Remake: Serangan Mendadak
13
Chapter 12 Remake: Kebangkitan
14
Chapter 13 Remake: Canggung
15
Chapter 14 Remake: Sertifikat
16
Chapter 15 Remake: Menuju Vixen
17
Chapter 16 Remake: Ibukota Vixen
18
Chapter 17 Remake: Misi Pertama
19
Chapter 18 Remake: Tambang Aneh
20
Chapter 19 Remake: Terjebak
21
Chapter 20 Remake: Determinasi
22
Chapter 21 Remake: Api Yang Takkan Pernah Padam
23
Chapter 22 Remake: Tetaplah Hidup
24
Chapter 23 Remake: Perang
25
Chapter 24 Remake: Anomali
26
Chapter 25 Remake: Selamat Datang Kembali
27
Chapter 26 Remake: Tangan Kanan Raja
28
Chapter 27 Remake: Ramalan Takdir
29
Chapter 28 Remake: Momen Sebelum Berpisah
30
Chapter 29 Remake: Latihan Intensif
31
Chapter 30 Remake: Kenakalan Sang Putri
32
Chapter 31 Remake: Noelle Bersaudara
33
Chapter 32 Remake: Kekhawatiran Seorang Ayah
34
Chapter 33 Remake: Reuni
35
Chapter 34 Remake: Kelicikan Sang Guild Master
36
Chapter 35 Remake: Hari Yang Kacau
37
Chapter 36 Remake: Menuju Alzard
38
Chapter 37 Remake: Datangnya Bahaya
39
Chapter 38 Remake: Entitas Asing
40
Chapter 39 Remake: Kekuatan Sejati Para Dewa
41
Chapter 40 Remake: Sisi Gelap Alzard
42
Chapter 41 Remake: Lahirnya Filiya
43
Chapter 42 Remake: Pangeran Kedua Alzard
44
Chapter 43 Remake: Keputusan
45
Babak Bonus: Pengenalan Seluruh Karakter
46
Chapter 44 Remake: Jalan Menuju Pemberontakan
47
Chapter 45 Remake: Fitnah Kejam
48
Chapter 46 Remake: Musuh Didalam Selimut
49
Chapter 47 Remake: Penyamaran
50
Chapter 48 Remake: Penguasa Alzard Yang Baru
51
Pengumuman Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!