Chapter 1 Remake: Gadis Yang Kasar

Pagi yang cerah menyelimuti lereng pegunungan dekat desa Rivera. Sho, anak lelaki berusia enam tahun, berjalan perlahan sambil memungut bunga-bunga liar yang mekar di sela bebatuan. Meski penampilannya seperti anak lelaki biasa, Sho sangat menyukai bunga dan alam.

Tiba-tiba, suara langkah kaki berat menghampirinya.

Tanpa sadar, Aria, gadis berusia tujuh tahun dengan rambut biru malam, melangkah tanpa melihat dan menginjak sebuah bunga yang baru saja ingin dipetik oleh Sho.

Sho menatap tajam ke arah Aria. “Hei! Kau menginjak bungaku!”

Aria memandang dengan nada sinis, “Hah? Bunga? Aku tidak lihat apa-apa.”

Sho mengomel, “kau kejam sekali! Padahal kau bisa saja melihat kebawah.”

“Hanya itu saja yang kau pedulikan? Kau ini seperti perempuan, padahal kau malah terlihat seperti anak lelaki biasa.”

Sho terkejut dan merasa sakit hati, “Aku hanya suka bunga... bukan berarti aku perempuan.”

Aria membalas dengan dingin, “Aku tidak suka orang seperti kau yang terlalu menyukai hal-hal seperti itu.”

Sho membentak, “Kalau begitu, jangan menginjak bunga lagi!”

Mereka berdua saling tatap dengan penuh ketegangan, seperti dua musuh kecil yang tanpa sadar mulai terikat dalam sebuah kisah rumit.

Sho menatap tajam dengan mata merah rubi yang mulai menyala kecil karena marah.

“Kau bukan wanita sejati,” ejek Sho dengan suara mengejek, “kalau kau benar-benar wanita, kau tidak akan bersikap kasar seperti itu. Kau malah lebih mirip anak lelaki.”

Aria mendengus kesal dan mendekati Sho dengan langkah cepat.

“Jangan sok tahu!” bentak Aria. Tanpa aba-aba, dia mengangkat tangannya dan menepuk kepala Sho dengan keras.

Suara benturan membuat Sho terhuyung sejenak. Benjol kecil mulai muncul di kepalanya. Namun yang aneh, meski wajahnya tampak seperti ingin menangis, tidak ada air mata yang jatuh.

Sho memegangi kepala dengan tangan, napasnya tersengal, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis.

“Tidak... aku tidak akan menangis,” batinnya dengan keras.

Aria menatap Sho dengan heran dan sedikit bingung. “Kenapa kau tidak menangis? Biasanya anak seperti mu sudah menangis hanya dengan satu pukulan dariku.”

Sho hanya memandang balik dengan tatapan dingin.

“Aku bukan anak kecil yang mudah menangis, bahkan jika aku terluka,” jawab Sho pelan.

Ketegangan di antara mereka seketika menjadi aneh, seperti ada sesuatu yang berbeda dalam diri Sho, sesuatu yang tak bisa Aria mengerti.

Angin pegunungan bertiup pelan, membawa aroma bunga liar yang tumbuh di antara celah bebatuan. Sho masih berdiri mematung, satu tangan memegangi benjolan di kepalanya, sementara bibirnya bergetar menahan isak yang tak keluar.

Aria terdiam.

Tatapannya yang awalnya penuh kesal mulai berubah ragu. Ia tidak menyangka pukulannya akan membuat Sho terlihat seperti itu—seolah berada di ambang tangis, namun memilih menelannya sendiri.

“...Hei,” Aria bergumam, suaranya mengecil. Ia melangkah perlahan ke arah Sho.

Sho tetap diam. Bahunya bergetar. Tapi tak ada suara tangis.

“Aku...” Aria menarik napas. “Aku minta maaf.”

Kata-kata itu keluar dengan canggung. Aria tidak terbiasa meminta maaf. Tapi entah mengapa, melihat ekspresi Sho seperti itu membuat hatinya terasa tidak enak.

“Aku tidak tahu kalau bunga itu penting bagimu,” lanjutnya pelan, “aku, aku tidak sadar kalau telah menginjak bunga itu...”

Sho mengangkat wajahnya perlahan. Matanya masih merah, bukan karena kekuatannya, tapi karena ia benar-benar hampir menangis. Namun kini matanya menatap Aria, tak lagi dengan amarah, tapi bingung—seperti belum pernah mendengar permintaan maaf dari orang asing.

“...Kau menginjak Edelweiss,” gumam Sho pelan. “Bunga itu langka. Aku sudah menunggunya mekar dari awal musim.”

Aria terdiam, lalu ikut duduk di samping Sho. “Edel... apa?”

“Edelweiss,” Sho menatap ke arah pegunungan, “bunga putih yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Simbol ketahanan dan harapan. Ibuku bilang begitu.”

“Oh...” Aria menatap tanah. “...Maaf, ya. Aku sungguh tidak tahu kalau bunga itu berharga.”

Hening sejenak. Hanya suara angin dan dedaunan yang bergesek.

“Aku Aria,” katanya kemudian, mencairkan suasana, “Aria Pixis. Ayahku pemburu di desa Rivera.”

Sho melirik, masih sedikit ragu. Namun akhirnya, ia membalas, “...Sho. Sho Noerant. Aku tinggal di toko bunga dekat sungai.”

“Jadi itu sebabnya kau suka bunga?” Aria tersenyum kecil.

Sho mengangguk. “Aku hanya suka alam... semuanya terasa hidup. Bunga pun bisa bicara, kalau kau cukup diam untuk mendengarkannya.”

Aria mengangkat alis. “Kau aneh.”

Sho menatap Aria, lalu tersenyum tipis. “Dan kau kasar.”

Mereka terdiam lagi, namun kali ini bukan karena canggung, melainkan karena pelan-pelan, mereka mulai merasa saling mengerti... walau sedikit.

Tanpa mereka ketahui, di balik awan yang menggulung di atas pegunungan Rivera, langit seolah membuka mata.

Takdir mulai berputar.

Perkenalan itu—sebuah pertemuan yang tampak sepele—adalah awal dari rantai panjang yang akan mengguncang dunia.

Dan mereka, dua anak manusia, telah terikat oleh sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

Terpopuler

Comments

That One Reader

That One Reader

hmmm... "matanya masih merah, bukan karena kekuatannya", "Kekuatan" yang dimaksud gimana yh? tapi awal ketemuan sama Aria lumayan berkesan sii

2025-08-20

0

J. Elymorz

J. Elymorz

omaigatt di remake, apakah alur ceritanya lebih ke arah romance? hmmzmz/Applaud//Applaud/

2025-08-01

0

Elise

Elise

let me think

2025-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Remake: Gadis Yang Kasar
3 Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman
4 Chapter 3 Remake: Tragedi
5 Chapter 4 Remake: Wanita Misterius
6 Chapter 5 Remake: Inkarnasi Pilihan
7 Chapter 6 Remake: Perasaan Yang Aneh
8 Chapter 7 Remake: Runtuh
9 Chapter 8 Remake: Masih Ada Harapan
10 Chapter 9 Remake: Tangisan Gadis Itu
11 Chapter 10 Remake: Malam Penuh Impian
12 Chapter 11 Remake: Serangan Mendadak
13 Chapter 12 Remake: Kebangkitan
14 Chapter 13 Remake: Canggung
15 Chapter 14 Remake: Sertifikat
16 Chapter 15 Remake: Menuju Vixen
17 Chapter 16 Remake: Ibukota Vixen
18 Chapter 17 Remake: Misi Pertama
19 Chapter 18 Remake: Tambang Aneh
20 Chapter 19 Remake: Terjebak
21 Chapter 20 Remake: Determinasi
22 Chapter 21 Remake: Api Yang Takkan Pernah Padam
23 Chapter 22 Remake: Tetaplah Hidup
24 Chapter 23 Remake: Perang
25 Chapter 24 Remake: Anomali
26 Chapter 25 Remake: Selamat Datang Kembali
27 Chapter 26 Remake: Tangan Kanan Raja
28 Chapter 27 Remake: Ramalan Takdir
29 Chapter 28 Remake: Momen Sebelum Berpisah
30 Chapter 29 Remake: Latihan Intensif
31 Chapter 30 Remake: Kenakalan Sang Putri
32 Chapter 31 Remake: Noelle Bersaudara
33 Chapter 32 Remake: Kekhawatiran Seorang Ayah
34 Chapter 33 Remake: Reuni
35 Chapter 34 Remake: Kelicikan Sang Guild Master
36 Chapter 35 Remake: Hari Yang Kacau
37 Chapter 36 Remake: Menuju Alzard
38 Chapter 37 Remake: Datangnya Bahaya
39 Chapter 38 Remake: Entitas Asing
40 Chapter 39 Remake: Kekuatan Sejati Para Dewa
41 Chapter 40 Remake: Sisi Gelap Alzard
42 Chapter 41 Remake: Lahirnya Filiya
43 Chapter 42 Remake: Pangeran Kedua Alzard
44 Chapter 43 Remake: Keputusan
45 Babak Bonus: Pengenalan Seluruh Karakter
46 Chapter 44 Remake: Jalan Menuju Pemberontakan
47 Chapter 45 Remake: Fitnah Kejam
48 Chapter 46 Remake: Musuh Didalam Selimut
49 Chapter 47 Remake: Penyamaran
50 Chapter 48 Remake: Penguasa Alzard Yang Baru
51 Pengumuman Hiatus
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Remake: Gadis Yang Kasar
3
Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman
4
Chapter 3 Remake: Tragedi
5
Chapter 4 Remake: Wanita Misterius
6
Chapter 5 Remake: Inkarnasi Pilihan
7
Chapter 6 Remake: Perasaan Yang Aneh
8
Chapter 7 Remake: Runtuh
9
Chapter 8 Remake: Masih Ada Harapan
10
Chapter 9 Remake: Tangisan Gadis Itu
11
Chapter 10 Remake: Malam Penuh Impian
12
Chapter 11 Remake: Serangan Mendadak
13
Chapter 12 Remake: Kebangkitan
14
Chapter 13 Remake: Canggung
15
Chapter 14 Remake: Sertifikat
16
Chapter 15 Remake: Menuju Vixen
17
Chapter 16 Remake: Ibukota Vixen
18
Chapter 17 Remake: Misi Pertama
19
Chapter 18 Remake: Tambang Aneh
20
Chapter 19 Remake: Terjebak
21
Chapter 20 Remake: Determinasi
22
Chapter 21 Remake: Api Yang Takkan Pernah Padam
23
Chapter 22 Remake: Tetaplah Hidup
24
Chapter 23 Remake: Perang
25
Chapter 24 Remake: Anomali
26
Chapter 25 Remake: Selamat Datang Kembali
27
Chapter 26 Remake: Tangan Kanan Raja
28
Chapter 27 Remake: Ramalan Takdir
29
Chapter 28 Remake: Momen Sebelum Berpisah
30
Chapter 29 Remake: Latihan Intensif
31
Chapter 30 Remake: Kenakalan Sang Putri
32
Chapter 31 Remake: Noelle Bersaudara
33
Chapter 32 Remake: Kekhawatiran Seorang Ayah
34
Chapter 33 Remake: Reuni
35
Chapter 34 Remake: Kelicikan Sang Guild Master
36
Chapter 35 Remake: Hari Yang Kacau
37
Chapter 36 Remake: Menuju Alzard
38
Chapter 37 Remake: Datangnya Bahaya
39
Chapter 38 Remake: Entitas Asing
40
Chapter 39 Remake: Kekuatan Sejati Para Dewa
41
Chapter 40 Remake: Sisi Gelap Alzard
42
Chapter 41 Remake: Lahirnya Filiya
43
Chapter 42 Remake: Pangeran Kedua Alzard
44
Chapter 43 Remake: Keputusan
45
Babak Bonus: Pengenalan Seluruh Karakter
46
Chapter 44 Remake: Jalan Menuju Pemberontakan
47
Chapter 45 Remake: Fitnah Kejam
48
Chapter 46 Remake: Musuh Didalam Selimut
49
Chapter 47 Remake: Penyamaran
50
Chapter 48 Remake: Penguasa Alzard Yang Baru
51
Pengumuman Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!