Pyar.....
Sebuah gelas kaca terlempar ke arah dinding dengan keras dan berubah menjadi serpihan serpihan beling yang berserakan di ruangan itu.
" brengsekkkk.....dasar gadis sialan pembawa onar, awas kau....
aku bersumpah akan membuatmu menangis darah dan merangkak memohon belas kasihan dariku.
Dan aku....aku tidak akan pernah berbelas kasih padamu.
Aku membencimu Mayrea.....aku membencimu, seumur hidupku hanya akan ada kebencian dariku untukkmu....!!! " teriak Ibra dengan kemarahan yang tak lagi bisa terkendali.
Ingatannya tentang penolakan Rea terhadapnya tak kunjung bisa ia lupakan.
Di dalam sebuah mini bar, Ibra nampak kembali menenggak segelas minuman beralkohol yang ada di tangannya.
Setelah itu ia nampak menghisap rokok yang ada di satu tangannya yang lain.
Kepulan asap rokok seketika mengudara ketika ia menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Peristiwa itu telah terjadi hampir satu minggu yang lalu, namun bayang bayang kejadian itu masih melekat dan terputar nyata dalam ingatannya.
Seperti saat ini,
Pemuda itu merasa sangat marah karena ia yang kembali teringat dengan kejadian itu.
" brengsek...! " Ibra kembali mengumpat kasar dan lagi lagi.....
Pyar....
Gelas yang ia pegang kembali ia lempar dengan kasar ke dinding.
Dan kembali serpihan gelas itu segera berhamburan kemana mana.
Saat ini pemuda itu tengah berada di mini bar yang ada di apartemennya.
Ia tinggal sendirian dan tak ada seorangpun yang menemaninya.
Kedua orang tuanya bercerai dan kini memiliki kehidupan masing masing.
Dan seolah lupa dengan satu anak mereka yakni dirinya, Kedua orang tua Ibra sibuk dengan keluarga baru mereka.
Mereka hanya memenuhi kehidupan Ibra dengan uang dan uang.
Sejak kecil Ibra memang akrab dengan hidup tanpa kedua orang tuanya.
Sebelum berpisah kedua orang tua Ibra sudah di sibukkan dengan pekerjaan mereka masing masing. Dan kerap kali akan bertengkar saling menyalahkan jika terjadi sesuatu dengan Ibrahim.
Karenanya,
Jengah dengan itu semua, pemuda itu menghibur dirinya dengan mencari kesenangan dan kenyamanan di luar.
Tanpa sadar ia melakukan berbagai kenakalan remaja hanya untuk mendapatkan kepuasan dan pengakuan akan keberadaan dirinya.
Itulah sebabnya ia sangat bangga ketika seseorang mengakui keberadaannya apalagi mencintainya.
" dasar gadis sialan, beraninya kau mempermalukan aku...
kau pikir siapa kau !!! " Ibra berkata dengan suara sedikit berteriak.
" Rea....aku membencimu, aku membencimu......" teriaknya seperti orang frustasi kembali meluapkan kekesalannya.
Ibra memang anak orang kaya yang memiliki segalanya dan selalu mendapatkan segalanya.
Penolakan Rea padanya di lapangan basket waktu itu benar benar sukses melukai harga dirinya.
" kau akan menerima akibatnya kuper...." desisnya pelan sebelum ia kembali menenggak minuman kerasnya yang kali ini langsung dari botolnya.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah kamar kos kosan yang cukup sederhana.
Rea nampak sedang berbicara secara virtual dengan seseorang di seberang sana.
( bagaimana dengan lomba olimpiade yang kau ceritakan pada umi waktu itu ?! Apa kamu jadi mewakili sekolahmu ?! )
Tanya seorang wanita baya di seberang sana.
( InsyaAllah iya umi, doakan Rea agar menang dan Rea bisa mendapatkan uang lagi untuk bisa Rea kirim ke panti )
Jawab Rea dengan raut wajah senang, senyum tersungging di wajah manisnya,
terdengar helaan nafas dari seseorang di seberang sana.
( maafkan umi Rea, kau jadi ikut menanggung beban biaya panti ini )
Kata wanita baya itu yang tak lain adalah ibu panti tempat Rea dulu di besarkan.
Dan tempat Rea pulang jika ada libur panjang sekolah dan jika ia juga libur bekerja.
Ya...
Rea sekolah dan bekerja paruh waktu di sebuah kafe yang tak jauh dari tempat ia kos.
( tidak apa apa umi, Rea merasa berhutang budi dengan panti umi.
Andai Rea tak tinggal di sana, entah apakah Rea masih akan jadi Rea yang seperti ini atau tidak ) jawab Mayrea dengan wajah sendu.
( kau memang anak baik Rea...semoga Allah selalu melindungimu dan memudahkan segala urusanmu nak. Tetaplah tegar dan kuat juga bertawakal kepadanya setiap kali kau mendapatkan kesulitan )
( amin ya robbalallamin,
InsyaAllah umi....doakan selalu untuk kebaikan Rea Umi )
( tentu saja...umi akan selalu mendoakan untuk kebaikanmu )
( oh ya umi, bagaimana keadaan Sofia..?! Apa dia tak lagi mengganggu adik adik panti yang lain lagi ?! )
Tanya Rea tentang salah satu penghuni panti selain dirinya.
Tak lama kamera ponsel itu bergerak dan beralih pada seorang gadis hampir seumuran dengannya tapi sedikit muda yang duduk diam sambil memegang boneka di salah satu sudut ruangan itu.
( alhamdulillah berkat obat yang kamu belikan waktu itu, Sofia sudah tenang dan tak lagi mengamuk seperti waktu itu )
Terdengar suara wanita baya itu menerangkan tentang kondisi gadis yang di tanyakan Rea.
Sofia adalah salah satu adik panti Rea yang sama sama di besarkan di panti asuhan itu.
Sofia awalnya baik baik saja, hingga ketika usianya menginjak remaja.
Gelagat aneh pada gadis itu mulai terlihat, sering bicara sendiri hingga marah marah tak jelas dan berakhir dengan menyakiti penghuni panti yang lain terutama anak anak kecil.
Beberapa bulan yang lalu Rea yang sekolah sambil bekerja di sebuah kafe membawa pulang obat untuk gangguan syaraf yang sengaja ia beli dari hasil gajinya setelah ia berkonsultasi dengan dokter ahli gangguan Syaraf.
Dan itulah sebabnya kenapa Rea ingin menjadi seorang dokter psikologi.
Ia ingin menyembuhkan Sofia dengan tangannya sendiri karena biaya pengobatan untuk penyakit jenis gangguan jiwa itu cukup mahal biayanya.
Dan jelas, ibu panti tak mampu untuk itu.
Sofia adalah saudara panti Rea yang amat ia sayangi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Titin Rosediana
selalu bikin semangat karyanya KA..... kerennn
2025-04-22
1
Tuti Tyastuti
aq selalu suka karyamu thor👍
2025-04-24
0
Rayhana Reyana
up banyak banyak ya kak....
2025-04-22
0