"Oh kakak cantik memang sangat pintar, tapi sayang daddy Alvaro lebih tampan dari uncle, kakak cantik lihat daddy kan tadi ya tapi jangan naksir karena daddy sudah punya mommy dan aku."ucap Alice yang membuat Jiwa membulatkan matanya saking kagetnya.
Sementara Alvin hanya mesem karena sudah tidak asing lagi dengan dengan tingkah absurd keponakan nya itu.
"Alice sebaiknya kamu bersiap bukankah guru les piano mu sebentar lagi akan datang?"ucap Alvin.
"Bukan piano uncle... tapi angklung."ucap gadis kecil yang begitu menggemaskan itu.
"Ah ya, uncle lupa... sekalian kamu belajar nyanyi sama kak Jiwa, dia itu punya suara yang sangat bagus."ucap Alvin sambil melirik kearah Jiwa yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Jiwa, mungkin kamu kaget dengan tingkah Alice ya? Tapi jangan khawatir dia anak yang baik asal kamu bisa mengambil hatinya dia akan menjadi gadis yang penurut."ucap Alvin.
"Ah, ya tuan maaf tadi saya teringat akan sesuatu yang saya lupakan."balas Jiwa.
"Apa itu."ucap Alvin.
"Boleh saya pamit dulu untuk mencari warteg soalnya saya lupa sarapan saking terburu-buru nya."ucap Jiwa.
"Hmm... kenapa tidak bilang ayo kita sarapan saya juga belum sarapan padahal ini sudah lewat jam sarapan."ucap Alvin yang kini bangkit dari duduknya.
"Ah terimakasih tuan saya tidak ingin merepotkan, saya sarapan di luar saja."ucap Jiwa.
"Ayo ikut, dan bawa sekalian dia bersama mu."ucap Alvin yang kini telah berjalan lebih dulu.
"Baiklah tuan."balas Jiwa yang kini membawa Alice bersama nya.
Jiwa tidak tau Alvin akan membawa dia kemana yang jelas saat ini mereka pergi dengan mobil Alvin yang kemarin pria itu gunakan.
"Dimana kamu ingin makan?"ucap Alvin.
"Saya sarapan di warteg dekat kost, tapi itu cukup jauh dari sini jadi cari yang dekat saja."jawab Jiwa.
"Baiklah aku yang pilih tapi tidak ada protes lagi."ucap Alvin yang menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe bertaraf internasional.
Disana ada banyak menu yang ditawarkan mulai dari masakan Nusantara dan mancanegara karena itu adalah cafe resto.
Alvin turun lebih dulu, dia berjalan mengitari mobilnya dan membuka pintu untuk Alice yang sedari tadi anteng dengan mainannya.
"Ayo."ucap Alvin yang telah menggendong Alice.
"Ya tuan."ucap Jiwa yang kini terlihat bingung untuk masuk kedalam karena dia pun tau bahwa itu adalah cafe termahal yang ada di daerah tersebut.
"Jiwa bisa jalan dengan cepat, bukankah kamu lapar?"ujar Alvin yang sudah bisa membaca pikiran gadis cantik itu.
"Ah ya tuan."ucap Jiwa.
Mereka pun sudah berada di meja yang Alvin pilih karena memang saat ini tidak terlalu banyak pengunjung karena sudah lewat jam sarapan pagi.
"Pesan sekarang, biar cepat aku ada pekerjaan setelah ini."ucap Alvin dengan sengaja agar gadis itu tidak perlu berpikir keras memikirkan harga dari menu yang ada di hadapannya.
"Saya lemon tea dan nasi goreng saja."ucap gadis cantik itu pada pelayan cafe tersebut.
"Coffee Vietnam satu dan Taco Ramah Vegan."ucap Alvin.
"Aku cheesecake dan susu."ucap Alice tanpa menunggu ditanya.
Gadis kecil itu memang sangat mengerti dengan sikap uncle nya itu meskipun terkadang kebanyakan dia yang buat ulah hingga membuat Alvin marah dan tidak mau berbicara padanya tapi Alice tetap sangat menyayangi pria tampan yang merupakan adik dari sang daddy tersebut.
"Apa kamu yakin tidak ingin nambah yang lain?"tanya Alvin.
"Tidak itu saja terimakasih."balas Jiwa.
Jiwa pun menatap kearah Alice yang sedang dalam mode anteng.
"Nona kecil kau sedang apa?"tanya Jiwa.
"Aku sedang bermain."jawab nya singkat.
"Jangan usik dia atau kau tidak akan bisa menikmati sarapan pagi mu."ucap Alvin.
Tidak lama kemudian sarapan pagi yang mereka pesan pun datang, dan mereka sarapan pagi dalam diam. Kecuali Alice yang kini mulai berceloteh riang saat menikmati hidangan nya.
Sampai saat mereka selesai makan Alvin langsung memberikan black card miliknya pada pelayan tersebut.
"Betapa totalnya tuan."ucap Alice yang ingin membayar sarapan pagi nya saat struk pembayaran diberikan pada Alvin oleh pelayan.
"Sudah dibayar jadi itu tidak perlu."ucap Alvin yang kini bangkit dan kembali menggendong Alice.
"Biarkan saya yang menggendongnya tuan,oh iya nanti saya bayar tagihan makan saya anda sebutkan saja akun bank anda."ucap Jiwa yang merasa tidak enak hati.
"Jiwa apa setiap kali makan bersama teman mu kamu juga tidak suka ditraktir?"ucap Alvin yang merasa sedikit kesal dengan sikap Jiwa yang sulit sekali menerima niat baiknya.
"Saya tidak suka membebani orang lain tuan, selama saya punya kemampuan untuk membayar kenapa harus membebani orang yang lain."ucap Jiwa.
Alvin pun mengangguk dia merasa kagum dengan prinsip gadis cantik itu.
"Kamu bayar saja seharga biasanya saat kamu makan itu di warteg."balas Alvin yang sudah memasang sabuk pengaman milik keponakan nya itu.
"Itu tidak mungkin tuan, saya tau harga yang dibanderol disana dengan yang ada di warteg itu sungguh jauh berbeda."ucap Jiwa yang tetap ingin tau berapa dia harus membayar.
"Satu koma lima juta."ucap Alvin yang membuat mata gadis itu menbelalak kaget.
"Baiklah saya akan membayar nya dengan mentransfer."ucap Jiwa.
"Jiwa anggap saja itu adalah upah pertama mu menjaga Alice."ucap Alvin yang membuat Jiwa kembali terdiam.
Dan kini terasa hening hingga saat mobil memasuki pintu pagar rumah yang menjulang tinggi tersebut.
"Sepertinya guru les musik Alice tidak datang, jadi ajarkan saja dia nyanyi atau bermain piano karena dia tidak boleh absen dari pembelajaran agar tidak membuat rumah hancur."ucap Alvin.
"Hmm... baiklah tuan."balas Jiwa.
Sesampainya di dalam sana Alvin membawa mereka menuju ruang santai dimana di tengah ruangan yang luas itu ada Paino yang terlihat sangat mengkilat.
Beruntunglah Jiwa pernah belajar hingga dia tidak terlalu kaku saat harus bermain piano.
Kini gadis kecil itu sudah berdiri di kursi yang disediakan agar dia bisa menjangkau not balok tersebut.
Jiwa pun mulai memainkan piano tersebut, dan bibirnya mulai mengeluarkan suara merdunya meskipun yang dia nyanyikan adalah lagu anak-anak.
Sedikit demi sedikit dengan sabarnya Jiwa mengajak lagu tersebut pada Alice yang kini terlihat sangat enjoy meskipun dia tidak bisa menggunakan Paino yang diperuntukkan untuk orang dewasa itu.
Sementara Alvin yang sedari tadi berada di lantai dua tepatnya di ruang santai lainnya sambil fokus pada laptopnya merasa sangat penasaran dan bangkit lalu melihat kearah bawah yang memang bisa terlihat dengan jelas area dimana Jiwa dan Alice tengah sibuk dengan lagu yang kini mereka nyanyikan.
Jika seperti ini terus, maka Alice bisa dengan cepat melupakan ibunya yang sudah membuangnya demi karier dan keluarga nya.
...*****...
Satu minggu sudah berlalu, kini Jiwan sudah tidak lagi bekerja di rumah tersebut untuk menjaga Alice, dia kembali ke rutinitas awalnya yaitu bekerja paruh waktu di sebuah restaurant pada siang hari, dan malam harinya menjadi penyanyi di cafe tempat dia bekerja selama ini.
Sudah satu minggu juga dia tidak bertemu dengan keluarga Alvin yang selama satu minggu itu dekat dengan nya.
Jiwa akan pergi pagi pulang larut malam, dia terus bekerja dan bekerja tidak hanya itu, dia akan bernyanyi di tempat ke tempat lain saat ada orang yang mengundang dirinya untuk bernyanyi di acara-acara tertentu.
Jiwa yang sebatang kara itu terus berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri, hingga ia bertemu dengan seseorang yang juga seorang penyanyi cafe pria yang kini sering ia temui itu menjadi teman baik nya.
Pria itu bernama Rudy, terkadang Rudy selalu mengajak Jiwa untuk mengamen di taman kota seperti yang mereka lakukan saat ini.
Lagu duet yang mampu membuat semua orang yang mendengarnya ikut baper itu telah menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lumayan bagi keduanya yang kini tengah duduk di bawah pohon rindang sambil membagi hasil.
"Rudy sepertinya jika seperti ini terus kita bisa cepat kaya."ucap Jiwa yang kini tersenyum tulus pada Rudy yang membalas nya dengan gelak tawa.
"Hahaha kau bisa saja, mungkin saja jika kita tidak menggunakan uang itu dan terus disimpan atau diinvestasikan seperti orang-orang kaya diluar sana."ucap Rudy.
"Itu sepertinya tidak mungkin, uang ku di gunakan untuk bayar kost, bayar listrik dan air juga makan. Hmm... Rasanya sungguh melelahkan jika dihadapkan dengan semua itu."ucap Jiwa yang kini tengah menerawang entah kemana.
Sementara Rudy sedari tadi menatap wajah cantik nya itu, ada rasa yang sulit untuk diartikan saat ini tapi Rudy menepisnya karena itu semua tidak lah mungkin baginya.
"Ini ambilah penghasilan hari ini untuk mu saja gunakan untuk bayar kost dan kebutuhan mu saja."ucap Rudy yang kini menyerahkan uang tersebut pada Jiwa.
"Tidak-tidak, ini tidak benar kau juga harus dapat bagian lagipula aku sudah membayar biaya itu untuk tiga bulan kedepan."ucap Jiwa yang tidak pernah mau menyusahkan orang lain.
"Ah baiklah jika begitu tapi jika butuh bantuan kamu tidak perlu sungkan ok... aku pulang dulu mungkin adikku sudah menunggu mereka ingin jalan-jalan dan aku akan traktir mereka dengan uang ini."ucap Rudy.
"Hmm... baiklah hati-hati di jalan, aku juga harus pulang karena hari mencuci."ucap Jiwa yang kini bergegas pergi dengan gitar yang ia pegang di tangan nya.
Uang penghasilan ngamen tersebut dia masukkan kedalam tas, dan mereka pun berpisah. Rudy dengan motor ninja nya. Sementara Jiwa menggunakan sepeda motor yang baru ia beli dari upah nya bernyanyi dan menjadi baby sitter Alice.
Tanpa Jiwa sadari seseorang kini tengah mengikuti nya, pria itu terlihat menahan amarah saat melihat Jiwa bersama pria lain apalagi mereka terlihat begitu dekat.
Hingga ia sampai di jalan yang sepi Jiwa langsung mengeram sepeda motornya karena mobil sport itu tiba-tiba berhenti menghalangi jalan nya.
Jiwa tidak memperhatikan mobil tersebut karena membetulkan letak gitarnya yang tadi sempat terjatuh.
"Siapa dia?"ucap seseorang yang kini membuat jiwa menoleh kearah sumber suara.
"Tuan."ucap Jiwa yang kini kaget melihat Alvin ada di hadapannya.
"Ya ini aku jiwa, siapa pria yang tadi bersama mu?"tanya Alvin lagi.
"Pria yang mana maksud tuan?"tanya Jiwa.
"Ah lupakan mau kemana kamu sekarang kenapa sudah hampir satu bulan ini saya mengutus orang untuk mencari mu tapi kamu tidak ada di tempat manapun?"ucap Alvin lagi.
"Hmm... saya pindah kost, karena tempat kerja saya sedikit jauh dari sana jadi sering telat datang."ucap Jiwa yang masih duduk di motor nya dan masih menggunakan helm.
"Pantas saja kalau begitu, Alice sakit dia ingin bertemu dengan mu tapi kamu tidak ada waktu itu."ucap Alvin.
"Nona kecil, lalu bagaimana kepadanya sekaran?"tanya Jiwa yang terlihat sangat khawatir.
"Dia sudah sembuh, tapi dia tetap ingin kamu ada di sisinya."ucap Alvin.
"Maaf tuan, tapi saya punya banyak pekerjaan yang tidak bisa diabaikan, mungkin jika itu weekend saya bisa temui nona kecil."ucap Jiwa yang sebenarnya tidak betah berada di rumah megah itu saat ada Alvaro yang selalu menatap lekat dirinya.
"Saya akan membayar mu sesuai dengan keinginan mu."ucap Alvin yang tidak ingin lagi kehilangan jejak gadis itu.
"Tidak tuan bukan masalah uang, saya hanya sudah terlanjur menandatangani kontrak kerja di tempat kerja saya yang sekarang."bohong Jiwa.
"Baiklah kalau begitu ayo beritahu saya tentang alamat mu agar saya bisa mencari mu saat Alice ingin bertemu dengan mu."ucap Alvin lagi.
'Oh tuhan kenapa bisa begini, aku sudah berusaha untuk menghindari mereka semua.'gumam Alice dalam hati.
"Ada apa kenapa kamu melamun?"tanya Alvin.
"Ah tidak, saya hanya sedang memikirkan bagaimana cara nya saya bisa menerima tamu di tempat kost saya yang baru tidak seperti di tempat lama yang bisa bebas menerima tamu begitu saja."ucap Jiwa yang masih mencari cara untuk menghindari.
"Itu bisa diatur sekarang katakan saja dimana kamu tinggal biar saya yang urus soal perizinan tersebut."ucap Alvin.
"Baiklah begini saja, nanti saya share lock alamat saya, anda bisa mencari saya disana."ucap Jiwa yang masih berfikir keras bagaimana cara dirinya untuk menghindari keluarga Alvin.
"Sekarang saja, sepertinya kamu juga tidak sibuk bukan saya bisa berkunjung secara langsung."ucap Alvin yang sebenarnya sudah melihat gelagat aneh dari gadis cantik itu.
"Hmm... mobil anda tidak bisa masuk gang sempit tuan, jadi percuma saja anda kesana, dan lagi tempatnya becek berlumpur anda tidak akan suka dengan itu."ucap Jiwa yang kini membuat pria di depan nya tersenyum karena merasa Jiwa sedang mencari cara untuk menghindari nya.
"Baiklah lain kali saya akan berkunjung."ucap Alvin yang sebenarnya tengah mencari cara untuk mengikuti Jiwa yang dia yakini tengah berbohong.
Alvin pun pergi putar arah ke belakang hingga mobilnya tidak terlihat lagi, dan Jiwa pun bergegas pergi dengan motornya tanpa disadari bahwa saat ini Alvin mengikuti nya dengan menggunakan motor milik orang lain yang ia bayar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments