Primora dengan wajah tegasnya kini harus mengatur pelantikan selir raja. Dia sudah tidak memiliki harga diri lagi. Robert entah sampai kapan akan memperlakukan nya tidak adil.
"Yang Mulia... Duke Falcen ingin menghadap Ratu."
Primora tahu bahwa ini akan terjadi. Cepat atau lambat Ayahnya akan datang. Jadi mau tidak mau dia harus bersiap.
Primora dengan malas bangkit dari kursinya.
Ayahnya telah memasang wajah marah. Dibanding khawatir dia malah merasa marah.
"Apa apaan ini Yang Mulia."
Tidak ada lagi sapaan nak, dia datang bukan sebagai Ayah. Melainkan sebagai seorang Duke.
Primora duduk masih terdiam.
"Tolong jelaskan apa yang dimaksud dengan perkataan tadi Duke."
"Primora!" Dia membentaknya.
Janji itu... Kemana janji dia akan membuat Primora bahagia. Bahagia seperti apa yang dia maksud. Seumur hidup Primora belajar untuk menjadi ratu. Dia tidak pernah bermain, bersenang senang dan berjalan jalan menikmati hidup seperti lady pada umumnya. Dia selalu belajar dan belajar. Keinginan untuk menjadi ratu bukanlah keinginannya.
"Kamu menerima selir itu?"
"Lalu haruskah saya menolaknya?"
Ayahnya, Duke Falcen juga sebenarnya tahu bahwa Primora tidak akan punya kuasa. Primora selalu tampil menjadi orang yang bijak. Tidak pernah namanya hadir sebagai penjahat di negeri ini. Semua orang tahu itu, hanya hati raja yang tidak tahu. Kebenciannya amat sangat mendalam.
"Kamu adalah seorang ratu."
Primora tersenyum sinis. Siapa yang tidak tahu itu, tapi apakah itu mengubah keadaan?
Tidak! Semuanya tidak pernah berubah sejak awal. Tempat ini bukan untuknya.
"Tidak ada kuasa ratu untuk menolak kehendak Raja."
Duke Falcen tampaknya sangat kecewa. "Kamu tahu bagaimana usahaku untuk menjadikan mu sebagai Ratu kan?"
Primora menelan kesedihan nya. Ayahnya yang dulu sangat punya empati sekarang rasanya sudah hilang. Primora ingin berhenti berharap kepada Ayahnya sekarang.
Sudah 5 tahun dia menikah dengan suaminya Robert. Dan entah sudah berapa kali Ayahnya selalu mengolok ngoloknya tentang hal itu.
"Sejak awal, Andalah yang terobsesi ingin menjadikan saya Ratu. Pernahkah anda bertanya, apakah itu keinginan saya?"
Duke Falcen kaget mendengar pertanyaan dari putrinya.
"Hanya itu tempat tertinggi yang seharusnya di duduki oleh keturunanku!"
"Andalah yang terobsesi dengan kedudukan tersebut. Bukan saya!" Primora akhirnya memberontak.
"Yang Mulia!" Duke Falcen ikut meninggikan suaranya. Baru kali ini dia melihat anaknya meninggikan suara di hadapannya.
"Kalau anda begitu kecewa dengan saya. Saya juga demikian. Kepercayaan, saling menghormati, menghargai. Aku tidak pernah mendapatkan itu lagi sejak anda menikah. Sadarkah anda?"
"Semua itu tidak akan berguna kalau kamu miskin. Aku sudah berusaha memberikan segala daya untukmu."
"Oh ya? Pernahkah anda mengeceknya sendiri?"
Pertanyaan itu mengandung sikap curiga dan kewaspadaan. Falcen selalu memberikan anggaran yang besar kepada Putrinya. Dan putrinya juga selalu menghabiskan uangnya untuk berbelanja.
"Pernahkah anda melihat saya bergelimang intan berlian?"
Duke Falcen masih diam saja.
"Pernahkah anda melihat saya menggunakan gaun paling tren kecuali saat perjamuan istana?"
"Lihat sendiri, siapa yang selalu menggunakan batu permata dan gaun paling trend. Itu istri anda sendiri!"
"Primora!" Falcen membentaknya
"Sejak awal, saya selalu tidak dipercaya. Pernahkah sekali saja. Sebagai Ayah... Anda mempercayai semua perkataan saya." Primora menangis.
Baru kali ini juga Falcen melihat Primora menangis.
Dibanding semua perlakuan Robert. Hati Primora lebih hancur saat dia kehilangan sosok Ayahnya. Ayah yang dulu penyayang telah direnggut darinya oleh Ibu tiri dan saudara tirinya.
"Aku akan membiarkan kekasaran ini!"
"Saya datang ke istana tanpa batu permata apapun kecuali itu peninggalan Ibu. Anda juga pasti tahu itu. Aku tidak pernah menjual batu permata apapun meski rumor mengatakan itu. Anda tahu itu. Saya ke istana dengan membawa satu koper."
Berbeda dari rumor bahwa Primora merupakan gadis yang boros. Dia datang tanpa membawa banyak gaun dan perhiasan.
"Pergilah Duke, kalau anda datang untuk memprotes. Saya tidak akan merespon."
Primora lalu bangkit dari tempat duduknya.
Hubungan kekeluargaan atau apapun itu. Rasanya sudah pergi darinya.
Dia ingin fokus dengan dirinya sendiri. Energi di luar sana terlalu negatif untuk dirinya yang sudah lemah menghadapi dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Itu buktinya
2025-05-14
0