2. Gadis Berpita Cokelat

“Clarissa, tolong ambilin file biru di meja kerja saya, ya. Yang sebelah printer,” ujar Madeline, setengah memerintah seperti biasa.

“Baik, Bu.”

Suara itu pelan, nyaris seperti bisikan. Clarissa mengangguk sopan sebelum melangkah cepat namun ringan, seperti sudah hafal semua sudut rumah mewah itu bahkan dalam gelap.

Dia bukan tipe orang yang menonjol. Tidak seperti para asisten rumah tangga di rumah keluarga elite lainnya yang suka bicara berlebihan atau berusaha akrab. Clarissa kalem, tidak banyak omong, dan selalu rapi. Rambutnya dikuncir rendah dengan pita cokelat lusuh yang entah mengapa selalu dia pakai. Wajahnya manis, tapi bukan tipe cantik glamor yang biasa Nate temui di pesta-pesta. Justru karena itu, Clarissa terasa... nyata.

Saat gadis itu kembali dengan map biru di tangannya, Nate baru turun dari lantai dua, mengenakan kaus hitam polos dan celana jogger.

Mereka nyaris berpapasan.

Mata mereka bertemu.

Sesaat.

Lalu Clarissa cepat-cepat menunduk. “Selamat pagi, Tuan.”

Nate menahan napas. Dalam pikirannya, ia ingin membalas dengan kalimat manis, mungkin mengajak bicara lebih lama, atau setidaknya menanyakan kabar. Tapi yang keluar hanya gumaman singkat, “Pagi.”

Clarissa buru-buru menyerahkan map ke Madeline, lalu kembali ke dapur seperti embun yang menguap pelan-pelan. Menghilang, tapi meninggalkan rasa dingin di dada.

Nate masih menatap punggungnya. Selalu seperti itu. Ia terlalu kaya, terlalu tinggi, terlalu ‘berbeda’ untuk sekadar membuka pembicaraan biasa. Clarissa juga bukan gadis yang mudah diajak bercanda atau flirting.

Dia seperti bunga kecil yang tumbuh di antara beton, hampir tak terlihat, tapi tetap bertahan.

“Nathan.”

Suara Madeline mengagetkannya. “Kamu ngelamun liatin pembantu lagi?”

Nate pura-pura tertawa. “Enggak. Tadi mikir kerjaan.”

Madeline memutar matanya. “Mama harap kamu nggak punya niat aneh-aneh ke anak itu. Dia bukan level kamu.”

Kalimat itu menampar lebih keras dari yang Nate harapkan. Tapi dia sudah terbiasa. Semua orang selalu bicara soal level. Keluarga Alvaro punya standar, dan Clarissa tidak masuk daftar.

“Dia kerja dengan baik. Nggak pernah buat masalah,” jawab Nate datar.

“Itu bagus. Tapi tetap saja, jangan terlibat terlalu jauh,” kata Madeline, lalu berjalan pergi.

Nate menatap ke arah dapur.

Dia ingat hari pertama Clarissa datang. Dengan koper kecil, wajah lelah, dan senyum yang dipaksakan. Waktu itu hujan deras, dan Madeline bahkan tak menyuruh siapa pun menjemput gadis itu dari gerbang. Nate yang melihat dari balkon akhirnya turun diam-diam, membawakan payung. Clarissa kaget setengah mati.

Sejak saat itu, Nate memperhatikan dari jauh.

Dia tahu Clarissa kerja keras. Tiap malam gadis itu membaca buku kuliah dengan mata berat, sambil duduk di tangga belakang. Dia tahu Clarissa pernah jual ponsel demi bayar biaya semester. Dan karena itulah, tanpa suara, Nate yang mengurus semuanya. Mendaftar ulang kuliah, melunasi semesterannya, bahkan diam-diam membelikan laptop baru dan menyuruh supir mengaku itu “donasi kampus”.

Clarissa tak pernah tahu.

Dia hanya bilang, “Alhamdulillah, ternyata dosen bantuin.”

Nate hanya tersenyum di balik pintu kamarnya, tidak tega membetulkan cerita.

Apa dia bodoh? Mungkin. Tapi dia tidak butuh ucapan terima kasih. Cukup melihat Clarissa bahagia, cukup. Meski Clarissa tak pernah tahu bahwa semua itu dari pria yang dia panggil “Tuan”.

Dan entah sejak kapan, Nate mulai menunggu pagi hanya untuk mendengar ucapan “Selamat pagi, Tuan” dari bibir gadis itu.

*

Sore itu, Clarissa sedang menyiram tanaman di taman kecil belakang rumah. Nate berdiri di balkon, memperhatikan dari lantai dua. Hujan rintik mulai turun. Clarissa belum sadar. Rambutnya mulai basah, tapi dia masih tersenyum, memperhatikan satu demi satu bunga yang dia rawat sendiri.

Nate turun cepat. Kali ini bukan karena kasihan. Dia hanya... ingin berdiri di sebelahnya.

“Clarissa,” panggilnya saat sampai di tangga taman.

Gadis itu terlonjak kaget. “T-Tuan? Maaf, saya... saya nggak tahu kalau—”

“Payung,” kata Nate, sambil menyodorkan benda itu. “Kamu kehujanan.”

Clarissa ragu. “Nggak apa-apa, Tuan. Hujannya kecil.”

Nate tetap mengangkat alis. “Nanti kamu sakit. Terus Mama nyuruh aku cari ART baru. Aku males.”

Clarissa tersenyum kecil. “Baik, Tuan.”

Mereka berdiri di bawah payung bersama. Sunyi. Canggung.

Tapi Nate merasa... nyaman.

“Ada yang bilang... kalau orang yang suka hujan itu orang yang hatinya sedih,” kata Clarissa pelan, masih menatap bunga mawar yang basah.

Nate menoleh ke arahnya. “Kamu sedih?”

Clarissa menggeleng. “Enggak. Saya cuma suka hujan.”

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Nate merasa... dia juga suka hujan.

Episodes
1 1. Ulang Tahun ke-29
2 2. Gadis Berpita Cokelat
3 3. Bunga di Tangga Belakang
4 4. Gadis yang Tidak Terduga
5 5. Putri dari Sahabat
6 6. Campur Tangan Seorang Tamu
7 7. Sisi Lain Celeste
8 8. Jarak yang Terbentang
9 9. Pelajaran dari Seorang Celeste
10 10. Salah Paham Ibu Madeline
11 11. Malam Romantis yang Tidak Biasa
12 12. Cinta yang Diucap
13 13. Manis Hari Pertama Pacaran
14 14. Sisi Lain Nathan
15 15. Diam-diam Luka
16 16. Batasan yang Dijaga
17 17. Garis yang Ditegaskan
18 18. Keyakinan yang Terguncang
19 19. Hari yang Tak Lagi Sama
20 20. Celeste, Peri Tanpa Sayap
21 21. Panggung yang Retak
22 22. Perang yang Tak Terucap
23 23. Bayangan yang Mengintai
24 24.Asing di Dekatku
25 25. Rahasia yang Disimpan Rapat
26 26. Gaun dan Api Kecil
27 27.Malam yang Berkilau
28 28. Retak dalam Gemerlap
29 29. Pagi Setelah Pesta
30 30.Permintaan Putus
31 31. Misi yang Tak Pernah Diketahui
32 32. Percakapan di Balik Bayangan
33 33. Dua Hari yang Sunyi
34 34. Bayang-Bayang Rahasia
35 35. Luka yang Tak Terucap
36 36. Rencana Clarissa
37 37. Jebakan Malam
38 38. Magang Usaha Sendiri?
39 39. Hadiah dari Sang Bayangan
40 40. Tiga Hari Terakhir
41 41. Saat Segalanya Terbongkar
42 42. Luka yang Belum Pulih
43 43. Rahasia yang Terkubur Dalam Diam
44 44. Kenyataan di Balik Gaun Hitam
45 45. Rencana Positif
46 46. Hamil
47 47. Pernikahan yang Tak Dirayakan
48 48. Janji yang Tanggung
49 49. Pelukan Dusta
50 50. Pengkhianatan yang Terkuak (Cerai)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
1. Ulang Tahun ke-29
2
2. Gadis Berpita Cokelat
3
3. Bunga di Tangga Belakang
4
4. Gadis yang Tidak Terduga
5
5. Putri dari Sahabat
6
6. Campur Tangan Seorang Tamu
7
7. Sisi Lain Celeste
8
8. Jarak yang Terbentang
9
9. Pelajaran dari Seorang Celeste
10
10. Salah Paham Ibu Madeline
11
11. Malam Romantis yang Tidak Biasa
12
12. Cinta yang Diucap
13
13. Manis Hari Pertama Pacaran
14
14. Sisi Lain Nathan
15
15. Diam-diam Luka
16
16. Batasan yang Dijaga
17
17. Garis yang Ditegaskan
18
18. Keyakinan yang Terguncang
19
19. Hari yang Tak Lagi Sama
20
20. Celeste, Peri Tanpa Sayap
21
21. Panggung yang Retak
22
22. Perang yang Tak Terucap
23
23. Bayangan yang Mengintai
24
24.Asing di Dekatku
25
25. Rahasia yang Disimpan Rapat
26
26. Gaun dan Api Kecil
27
27.Malam yang Berkilau
28
28. Retak dalam Gemerlap
29
29. Pagi Setelah Pesta
30
30.Permintaan Putus
31
31. Misi yang Tak Pernah Diketahui
32
32. Percakapan di Balik Bayangan
33
33. Dua Hari yang Sunyi
34
34. Bayang-Bayang Rahasia
35
35. Luka yang Tak Terucap
36
36. Rencana Clarissa
37
37. Jebakan Malam
38
38. Magang Usaha Sendiri?
39
39. Hadiah dari Sang Bayangan
40
40. Tiga Hari Terakhir
41
41. Saat Segalanya Terbongkar
42
42. Luka yang Belum Pulih
43
43. Rahasia yang Terkubur Dalam Diam
44
44. Kenyataan di Balik Gaun Hitam
45
45. Rencana Positif
46
46. Hamil
47
47. Pernikahan yang Tak Dirayakan
48
48. Janji yang Tanggung
49
49. Pelukan Dusta
50
50. Pengkhianatan yang Terkuak (Cerai)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!