rizky dan dewi

Hingga sebuah delman melaju dengan kecepatan sedang, bersimpangan dengan rombongan yang telah mengarak dyah.

Seorang ustadz memakai koko putih dengan peci senada, turun dari delman itu. Wajahnya menunjukan raut wajah yang sangat terkejut, melihat seorang wanita yang berdarah darah, di pasung dan di tarik sedemikian rupa.

"Hei berhenti!" Teriak ustadz itu yang membuat iring-iringan yang mengarak dyah itu berhenti.

"Jangan ikut campur pak ustadz, ini bukan ranah bapak! Wanita ini adalah pembunuh!" Teriak salah satu warga.

"Saya bukan pembunuh.... berapa kali sudah saya katakan, saya bukan pembunuh!" Lirih dyah yang perlahan-lahan kehilangan kesadarannya.

"Apa kalian memiliki bukti? Atas dasar tuduhan kalian ini!" Tanya ustadz itu dengan suara lantang.

Semua warga terdiam, mereka memang tidak memiliki bukti atas dasar tuduhan mereka itu.

"Kami memang tidak memiliki bukti, tetapi hanya dyah yang pernah bersumpah akan meneror desa ini!" Sahut warga lainnya. Yanto yang tadi sibuk memprovokasi warga sudah tidak terlihat, entah pergi kemana.

"Hentikan! Kalian tidak memiliki bukti atas dasar tuduhan ini. Kalian tidak bisa menghakimi dyah seperti ini! Rizky, lepaskan dia.." ucap ustadz itu dengan lantang.

Pria bernama rizky itu langsung turun dari delman. Membelah ramainya kerumunan warga untuk melepas ikatan di tubuh dyah.

"Dewi, kamu tutupi tubuh dyah menggunakan rukuhmu!" Titah ustadz itu kepada anak wanitanya.

Wanita bernama dewi turun, ia menurut. Dia turun dari delman dan membawa mukenanya untuk menutupi tubuh dyah yang di beberapa bagian sudah terlihat. Bahkan bagian dadanya terpampang sebagian.

Di tengah sesenggukan yang tak berhenti-henti, dengan luka yang perih-perihnya, dyah menerima uluran tangan dewi. Sesekali dia terbatuk karena sampah dan tanah sedikit masuk ke dalam mulutnya.

Tanggannya sedikit gemetaran, memegangi mukena yang dewi berikan. Tetapi di balik menggigilnya tangan gadis cantik itu, matanya menyorot tajam ke arah warga yang mengelilinginya. Sudut bibirnya yang sedikit koyak, tertarik mengukir senyuman miring.

"Mbak dyah gak usah takut, aku ada di sini!" Ucap dewi sembari mengelus pundak dyah.

"Aku gak tau wi, salah aku di mana. Nenek aku meninggal, mereka tidak mau membantu memakamkan. Sekarang saat aku sudah iklas dan terima, Mereka masih saja mengusik." Ucap dyah dengan air mara yang terus mengalir.

Dewi menatap kakaknya yang sedari tadi diam menyimak ucapan dyah.

Setibanya di rumah rizky, dan dewi bergegas membantu dyah turun dari delman. Sembari memastika tubuh dyah terbalut dengan sempurna.

Sebab kain jarik dyah, sudah banyak sekali terkoyak. Begitu juga baju kemejanya.

Dewi mulai mengobati luka dyah yang lumayan banyak. Bagian terparahnya adalah pundak dan leher. Karena terkena besitan bambu rumahnya sendiri.

Di tengah-tengah dewi yang mengobati dyah, air mata dyah tak kunjung berhenti dari pelupuk matanya. Mengingat betapa kejamnya warga terhadap dirinya.

"Mbak dyah jangan nangis terus. Lepas ini mbak ikut aku pulang saja. Abah pasti akan mengizinkan." Ucap dewa yang membuat dyah menggeleng cepat. Sementara kebetulan pak ustadz langsung menuju rumah aceng untuk membantu pemakaman.

"Ngga usah wi, mbak gak kenapa-napa kok." Tolak dyah cepat.

"Nggak apa kok mbak, oh iya kami satu keluarga juga mau meminta maaf, kemarin kami tidak tau tentang meninggalnya nenek mbak. Soalnya kami masih di kota. Apa bila nenek mbak mau di makamkan dengan baik, kita bisa bongkar makam nenek mbak. Nanti biar abah dan kangmas yang bantu." Ucap dewi sambil memberikan obat merah ke luka yang berada di leher dyah.

"Jangan, Alhamdulilah aku sudah bisa memakamkannya sendirian kemarin. Biarkan nenek istirahat dengan tenang." Ucap dyah.

Mendengar ucapan dyah, dewi akhirnya tersenyum. Ia mengelus pundak dyah, sebelum akhirnya beranjak mendekati kakaknya.

"Mas rizky, bagaimana ini? Tidak mungkin kita tinggalkan mbak dyah dalam keadaan seperti ini, kasihan dia." Ucap dewi kepada kakanya yang bertubuh besar atletis itu.

"Kita tunggu bapak ajalah, aku juga gak tahu harus bagaimana.." ucap rizky.

Setelah di obati dewi, kini dyah sudah lumayan membaik. Dia mulai bisa berdiri, dan mulai berjalan, membersihkan batu-batu dan kerikil yang berada di rumahnya.

"Eh, mbak dyah! Jangan banyak gerak dulu, nanti lukanya malah susah sembuh." Ucap dewi yang terkejut melihat dyah nekad berdiri di saat luka di tubuhnya masih mengeluarkan darah.

"Tidak apa-apa wi, mbak sudah membaik, mbak hanya ingin membereskan rumah ini, agar nanti malam mbak bisa tidur nyenyak...." ucap dyah pelan.

Dewi menatap ke arah rizky, ia tidak tega melihat dyah yang masih terluka seperti itu, harus menahan isak tangis akibat ulah warga.

Tak tega melihat dyah membersihkan rumah itu seorang diri, akhirnya dewi membantu dyah membersihkan rumah dyah yang kotor akibat batu-batu dan kerikil yang berserakan di rumah dyah.

Dyah tersenyum kala melihat ketulusan dewi yang membantunya dengan setulus hati. Dia masih bersyukur karena masih ada yang perduli padanya.

Hari sudah beranjak malam, setelah menunggu setengah hari, barulah pak ustadz datang ke rumah dyah untuk melihat kondisinya.

"Assalamualaikum!" Seru pak ustadz yang langsung di jawab oleh dewi, dyah, dan rizky.

Pak ustadz menatap sekeliling rumah dyah yang sudah rapih. Rizky juga tadi membantu membenarkan pintu serta dinding yang sedikit di tutup menggunakan ilalang.

Pal ustadz mengangguk lirih, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Sudah di perbaiki sedikit rumahnya dyah? Sebenarnya saya ingin kamu tinggal di pondok saja bersama dewi. Tapi terserah kamu saja." Ucap pak ustadz.

"Tidak perlu pak, insya Allah saya bisa sendiri di sini. Bapak tidak perlu menghawatirkan saya." Tolak dyah secara halus.

Karena dyah menolak bantuan, akhirnya pak ustadz dan anak-anaknya pulang ke rumah mereka.

Dyah menatap nanar ke arah delman yang membawa pergi orang-orang baik itu.

"Mengapa mereka mengatakan aku pembunuh? Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Kenapa mereka menyalahkan aku, atas meninggalnya mas aceng?" Batin dyah pada dirinnya sendiri, dyah merasa bingung dengan apa yang sudah warga tuduhkan kepada dirinya.

Terpopuler

Comments

muslikah likah

muslikah likah

kasihan dewi di fitnah
pasti uwak yanto pelakunya

2025-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 sumpah!
2 awal teror
3 awal kematian
4 menghakimi dyah
5 rizky dan dewi
6 kematian tejo
7 yanto?
8 dyah?
9 jasad dandi
10 siapa dia?
11 ada apa dengan dyah?
12 sosok yang menyerupai dyah
13 bingung
14 gadis penuh misteri
15 pesan nenek saroh
16 organ menggantung
17 sosok dendam dan kebencian
18 darso ayah siska
19 transformasi dyah
20 menemui mbah rasimah
21 mencintaimu dengan tulus
22 kabur
23 tegang
24 malam yang hangat
25 ada yang mengintai
26 kerasukan
27 masa lalu dyah
28 dayu
29 ayunina
30 sakit
31 cerita masa lalu
32 ayunina yang cemas
33 ayunina, pandega tiba di desa wanara
34 ayunina bertemu dengan mbah rasimah
35 perjuangan ayunina
36 pertolongan dari bibi dan mbah buyut
37 kembalinya teror, nenek minta gendong!
38 ayunina mendapatkan izin
39 kegeraman ayunina
40 keputusan
41 hendak mencari kebenaran tentang fitnah masalalu
42 cerita
43 sebuah rencana
44 gaun pengantin
45 gaun pengantin setan
46 misteri gaun
47 pernikahan dan teror
48 bab 48
49 bab 49
50 bab 50
51 bab 51
52 bab 52
53 bab 53
54 bab 54
55 bab 55
56 bab 56
57 bab 57
58 bab 58
59 bab 59
60 bab 60
61 bab 61
62 bab 62
63 bab 63
64 bab 64
65 bab 65
66 bab 66
67 bab 67
68 bab 68
69 bab 69
70 bab 70
71 bab 71
72 bab 72
73 bab 73
74 TAMAT
75 season 2: petualangan di gunung keramat
76 bab 76
77 bab 77
78 bab 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
sumpah!
2
awal teror
3
awal kematian
4
menghakimi dyah
5
rizky dan dewi
6
kematian tejo
7
yanto?
8
dyah?
9
jasad dandi
10
siapa dia?
11
ada apa dengan dyah?
12
sosok yang menyerupai dyah
13
bingung
14
gadis penuh misteri
15
pesan nenek saroh
16
organ menggantung
17
sosok dendam dan kebencian
18
darso ayah siska
19
transformasi dyah
20
menemui mbah rasimah
21
mencintaimu dengan tulus
22
kabur
23
tegang
24
malam yang hangat
25
ada yang mengintai
26
kerasukan
27
masa lalu dyah
28
dayu
29
ayunina
30
sakit
31
cerita masa lalu
32
ayunina yang cemas
33
ayunina, pandega tiba di desa wanara
34
ayunina bertemu dengan mbah rasimah
35
perjuangan ayunina
36
pertolongan dari bibi dan mbah buyut
37
kembalinya teror, nenek minta gendong!
38
ayunina mendapatkan izin
39
kegeraman ayunina
40
keputusan
41
hendak mencari kebenaran tentang fitnah masalalu
42
cerita
43
sebuah rencana
44
gaun pengantin
45
gaun pengantin setan
46
misteri gaun
47
pernikahan dan teror
48
bab 48
49
bab 49
50
bab 50
51
bab 51
52
bab 52
53
bab 53
54
bab 54
55
bab 55
56
bab 56
57
bab 57
58
bab 58
59
bab 59
60
bab 60
61
bab 61
62
bab 62
63
bab 63
64
bab 64
65
bab 65
66
bab 66
67
bab 67
68
bab 68
69
bab 69
70
bab 70
71
bab 71
72
bab 72
73
bab 73
74
TAMAT
75
season 2: petualangan di gunung keramat
76
bab 76
77
bab 77
78
bab 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!