Bab 3 Jangan Main-main

Suara detak jantung… DUG-DUG… DUG-DUG… Keheningan yang mencekam… Hanya suara napas berat terdengar… HHH… HHH…

Kenzo bahkan tidak melirik mayat Johnny. Ia hanya menatap dingin ke arah pria botak yang sebelumnya menghantam perutnya.

Hening.

Udara di dalam sel terasa semakin berat.

Pria botak itu, yang tadinya penuh percaya diri, kini gemetar ketakutan. Sorot mata Kenzo begitu dingin, menusuk seperti pisau yang siap merobek nyawanya. Ia merasa seperti seekor kijang yang terpaku di bawah tatapan seekor singa lapar. Kematian seakan sudah berbisik di telinganya.

Suara langkah pelan… TAP… TAP… TAP…

Kenzo melangkah maju.

Pria botak itu tersentak panik.

"A-aku… tolong!"

Dengan suara nyaring, ia berteriak seperti orang gila, menggedor-gedor pagar besi dan memohon pertolongan.

Suara jeritan menggema di seluruh blok sel… AAAAAHHH!

Para tahanan lain yang terbangun mendongak, menatap ke arah sumber suara dengan mata penuh rasa ingin tahu.

Sementara itu, para sipir penjara yang tak tahu apa yang terjadi segera berlari ke arah sel dengan tongkat besi di tangan.

Namun, sebelum mereka tiba—

Suara langkah dipercepat… TAP-TAP-TAP! Suara pukulan telak… DUGG!

Kenzo menerjang maju dan menendang wajah pria botak itu dengan keras.

Tubuh pria itu terlempar ke belakang. Jeritannya langsung terputus.

Suara tubuh menghantam dinding… BRUKK!

Sebelum tubuhnya jatuh ke lantai, Kenzo kembali bergerak. Ia melesat, mencengkeram kepala pria botak itu dengan kedua tangan seperti cakar elang.

Suara napas tercekat… GHKK! Suara tulang diremukkan… KRAK!

Lututnya terangkat, menghantam wajah pria itu dengan kekuatan penuh.

Tulang wajahnya remuk seketika.

Suara tubuh ambruk… BLUKK! Keheningan total…

Pria botak itu tak bergerak lagi. Wajahnya berlumuran darah, seperti telah dihantam palu godam.

Kesembilan tahanan lain terpaku.

Suara napas tercekat… HHHH… HHHH… Suara tubuh jatuh satu per satu… BLUK! BLUK!

Saking takutnya, mereka semua jatuh pingsan tanpa sempat merasa mual atau bahkan muntah.

Tak lama kemudian—

Suara derap langkah cepat… DUK DUK DUK! Suara pagar besi dibuka dengan kasar… GRAKK!

Para sipir penjara menyerbu masuk.

Namun, mereka semua membeku melihat pemandangan mengerikan di hadapan mereka.

Dua mayat tergeletak berlumuran darah.

Sementara itu, Kenzo berdiri di tengah sel, tak bergerak, seperti dewa kematian yang baru saja turun ke dunia.

Suara perintah tegas… "Jatuhkan dia!" Suara sengatan listrik… ZZTTT! "AAARGH!" Suara tubuh tersungkur… BLAM!

Enam sipir langsung menjatuhkan Kenzo ke lantai.

Borgol dan belenggu kaki yang baru saja dilepas dipasangkan kembali.

Suara rantai dikunci… CREEKK!

Seorang sipir berpangkat tinggi masuk, menatap pemandangan itu dengan wajah murka.

"Bawa dia ke sel khusus! Siapa monster ini?! Siapa yang mati?!"

Seorang tahanan yang masih ketakutan menjawab dengan suara gemetar.

"K-Kenzo… Pendatang baru… Yang mati adalah Johnny dan Axelrod si botak…"

Mata sipir itu menyipit.

"Kenzo? Baru di sini?"

Ia menoleh ke salah satu petugas di sampingnya.

"Baru dikirim malam ini. Itu pembunuh yang menggemparkan Provinsi Iskoria beberapa hari lalu."

Sipir itu terkejut.

"Apa? Bocah mesum itu? Kenapa dia ada di sel biasa? Seharusnya dia langsung dimasukkan ke sel khusus atau ke lantai dua dan tiga!"

Petugas yang tadi ditanya langsung memasang senyum canggung.

"Maaf, Pak. Saya membaca catatannya… Bocah ini dulunya anak yang jujur. Dia hanya membunuh untuk membalas dendam atas kekasihnya. Saya pikir dia hanya impulsif, jadi saya memberinya kesempatan di sel biasa dulu… Lagipula, tahanan di lantai dua dan tiga itu terlalu brutal."

Sipir berpangkat tinggi itu mendengus dingin.

"Brutal? Hah! Kau tidak lihat apa yang dia lakukan di sini? Kau pikir dia bocah polos? Kenzo… bukan sekadar pembunuh biasa."

Ia menatap Kenzo yang kini sedang diseret keluar dengan ekspresi tak terbaca.

"Bocah ini… mungkin lebih berbahaya daripada semua tahanan di lantai atas."

Suara rantai yang menyeret tubuh… KREK… KREK… Suara napas tersengal… HHH… HHH…

Sipir berpangkat tinggi mendengus dingin, menatap tubuh Kenzo yang kini terkulai lemas akibat sengatan listrik.

"Impulsif? Bocah ini bukan sekadar impulsif. Dia seperti serigala yang sudah lama ditekan, dan begitu dia mencium bau darah, dia tak akan bisa ditarik kembali."

Sipir di sebelahnya hanya bisa mengangguk patuh.

"Maaf, Pak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Terima kasih atas kebaikan Anda."

Sipir berpangkat tinggi meliriknya dingin sebelum menghela napas dan bertanya, "Di mana kita bisa mengurungnya?"

"Lantai lima di semua gedung penjara sudah penuh, kecuali satu sel yang tersisa… 502."

Matanya menyipit.

"502? Hmph… Baiklah, masukkan dia ke sana. Biarkan dia bertahan dua hari dulu."

Suara langkah-langkah berat… DUK… DUK… DUK… Suara pintu besi terbuka satu per satu… KREEKKK!

Kenzo, yang masih lumpuh karena sengatan listrik, diseret menaiki tangga ke lantai lima. Tujuh gerbang besi dibuka satu per satu, memperlambat perjalanan mereka menuju sel yang lebih dalam.

Berbeda dengan sel biasa di lantai bawah, lantai lima memiliki tata letak yang berbeda.

Tidak ada ruangan besar dengan banyak tempat tidur.

Hanya ada dua sel yang saling berhadapan, masing-masing berisi satu tahanan.

Akhirnya, mereka tiba di ujung lorong.

Suara gerbang besi terakhir terbuka… GRAKK! Suara tubuh dilempar masuk… DUK!

Tubuh Kenzo terhempas ke lantai beton dingin.

Tanpa sepatah kata, para sipir menutup gerbang dan pergi, meninggalkan Kenzo sendirian.

Keheningan menyelimuti ruangan.

Cengkraman listrik yang melumpuhkan perlahan mulai surut. Setelah lebih dari sepuluh menit, Kenzo akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya kembali.

Suara napas pelan… HHH… HHH…

Ia perlahan bangkit, memandang sekeliling sel kecil itu.

Tempat ini sempit, dingin, dan sunyi.

Namun, dia tersenyum tipis.

"Lumayan. Dua nyawa ditukar dengan satu kamar sendiri. Tidak buruk."

Kenzo mengusap bahunya yang masih nyeri.

Dia tidak tahu mengapa dirinya dijatuhi hukuman mati yang ditangguhkan alih-alih langsung dieksekusi.

Namun, itu bukan hal yang penting.

Hidup… lebih menyakitkan daripada mati.

Dan dia pantas menanggung rasa sakit ini.

---

Suara kenangan berputar… Samar-samar terdengar suara tawa seorang gadis… "Haha, Kenzo! Kamu harus melindungiku, ya?" Suara langkah kaki berlari di taman…

Dulu… Kenzo hanyalah seorang siswa SMA biasa.

Dia tidak memiliki latar belakang kuat, tidak ada keistimewaan.

Namun, dia memiliki seseorang yang ingin dia lindungi dengan seluruh jiwanya.

Selena.

Gadis yang mengisi dunianya.

Dia masih ingat kata-kata yang pernah diucapkan Selena kepadanya:

"Sepanjang hidupku, aku hanya ingin seseorang menjemputku, menyimpanku dengan hati-hati, dan melindungiku dari rasa takut, penderitaan, dan kesepian… Dan akhirnya, aku menemukan orang itu. Orang yang kucintai… kamu, Kenzo."

Namun, ia gagal menepati janji itu.

Karena yang akhirnya ia temukan… hanyalah tubuh Selena yang sudah hancur, terbuang di hutan belantara.

Suara jantung yang berdebar keras… DUG… DUG… Suara napas tercekat… HHH… HHH…

Saat itu, dunianya menjadi gelap.

Dan di tangannya, ia menggenggam belati yang berlumuran darah.

Ia telah kehilangan segalanya.

Sekarang, berada di dalam sel ini… hanya ada satu hal yang ia tunggu.

Saat di mana ia bisa menebus dosanya… dan menyusul Selena ke dalam kegelapan.

Suara rantai beradu… KREK… KREK… Napas berat terdengar samar… HHH… HHH…

Kenzo berbaring di ranjang sempitnya, menatap langit-langit sel yang dingin dan lembap.

Ia tidak menyesal.

Satu-satunya penyesalannya adalah kedua orang tuanya yang kini harus menanggung malu karena perbuatannya.

Mereka pasti menderita…

Mereka pasti bertanya-tanya—apakah tindakan impulsifnya sepadan hanya demi seorang gadis?

Suara angin berdesir… Seperti bayangan kenangan yang berlalu…

Tapi Kenzo akan tersenyum dan berkata—itu sepadan!

Bahkan jika hidupnya diulang kembali, ia akan tetap menghunus belati tanpa ragu.

Ia masih mengingat kata-kata gurunya:

"Jika tidak ada yang menyinggungmu, jangan menyinggung mereka. Tapi jika seseorang berani menyinggungmu… balas sepuluh kali lipat!"

Sekali belati diangkat, tak ada jalan untuk kembali.

Guru telah mengajarkan seni beladiri sejak kecil.

Guru telah mengajarinya menjadi orang baik.

Guru telah mengajarinya seni bela diri yang sebenarnya.

Dan sekarang, meskipun ia baru berusia delapan belas tahun, ia telah mencapai tingkat kedelapan dalam seni beladiri—melampaui gurunya sendiri.

"Aku tidak mengecewakanmu, Guru. Jika rohmu masih mengawasi dari atas sana, kau pasti bisa beristirahat dengan tenang…"

---

Suara tawa lirih… "Heh…"

Tiba-tiba, suara seseorang memecah lamunannya.

"Hei, benarkah 502 benar-benar mengurung anak sekecil itu? Ini terdengar agak lucu."

Kenzo menoleh perlahan.

Di sel seberang, seorang lelaki kekar bersandar di dinding besi dengan senyum arogan di wajahnya.

Tatapan pria itu tajam dan penuh percaya diri.

Di tubuhnya, ada tato harimau merah yang meraung ke langit—seolah-olah siap menerkam mangsanya.

Aura pria itu begitu kuat hingga menimbulkan tekanan.

Namun, Kenzo hanya melirik sekilas, lalu kembali berbaring.

Tidak peduli.

Pria itu, Max, menaikkan alisnya dengan sedikit terkejut.

Dalam suara rantai besi yang beradu, ia melangkah ke dekat gerbang selnya dan menatap Kenzo dengan penuh minat.

"Anak kecil, kau unik juga."

"Aku baru saja tiba di penjara ini sore tadi. Selama di perjalanan, aku sempat mendengar para sipir membicarakan tentang lantai lima"

"Katanya, lantai lima memiliki total 20 sel, khusus untuk tahanan paling berbahaya."

"Dari 501 hingga 520, semakin kecil angkanya, semakin berbahaya penghuninya."

"Dua sel terakhir—501 dan 502—sudah lama kosong karena tak ada tersangka yang cukup berbahaya untuk ditempatkan di dalamnya."

Max tersenyum licik.

"Tapi lihatlah takdir… Hari ini, aku dikurung di 501, dan kau, seorang bocah sekolah, ditempatkan di 502."

"Ayo, ceritakan sesuatu pada Paman Max. Aku penasaran, kejahatan apa yang kau lakukan hingga bisa masuk ke sini?"

Kenzo tidak menanggapi.

Ia tetap memejamkan mata dan berpura-pura tidur.

Suara keheningan yang panjang… Hanya terdengar napas dan gemerincing rantai…

Max tidak terlihat kesal.

Sebaliknya, ia justru tersenyum lebih lebar dan menjilat bibirnya.

"Paman sungguh tertarik padamu, bocah."

Setelah itu, ia kembali ke tempat tidurnya, mencari posisi yang nyaman.

Menatap langit-langit sel yang remang-remang, ia berbisik sendiri:

"Sepertinya hidup di penjara ini tidak akan membosankan… Hehehe…"

Episodes
1 Bab 1 Malam Pembalasan
2 Bab 2 Darah Yang Tak Termaafkan
3 Bab 3 Jangan Main-main
4 Bab 4 Sarapan Di Neraka
5 Bab 5 Penguasa Sementara
6 Bab 6 Kenzo Vs Max
7 Bab 7 Pertarungan
8 Bab 8 Duel Berdarah Di Penjara
9 Bab 9 Sumpah Darah Kenzo
10 Bab 10 Kedatangan Fiona
11 Bab 11 Merekrut Anggota Darah Elang
12 Bab 12 Kerusuhan Di Kafetaria
13 Bab 13 Kekalahan Kaneo
14 Bab 14 Menantang Gedung Singa Perkasa
15 Bab 15 Bekerjasama
16 Bab 16 Sebuah Rencana
17 Bab 17 Bentrokan Antar Kelompok
18 Bab 18 Si Rubah Abadi
19 Bab 19 Axel Yang Menyusul Pangeran Kael
20 Bab 20 Kesempatan Untuk Daren
21 Bab 21 Kaito
22 Bab 22 Perjanjian Kontrak
23 Bab 23 Menyeleksi Narapidana Hukuman Mati
24 Bab 24 Daren Dan Belly Yang Berlutut!
25 Bab 25 Nathan Sang Psikopat
26 Bab 26 Mengganti Nama Atas Perintah Kaito
27 Bab 27 Pergi Ke Kuburan Selena
28 Bab 28 Fiona Kakak Ipar!
29 Bab 29 Berjanji Akan Menikahi
30 Bab 30 Menerima Kartu Emas Dari Fiona
31 Bab 31 Sarang Beracun
32 Bab 32 Distrik Timur telah selesai
33 Bab 33 Pantas Di Juluki Mantan Penguasa
34 Bab 34 Bolly
35 Bab 35 Wujud Penyiksaan Yang Sebenarnya!
36 Bab 36 Penyiksaan Bolly
37 Bab 37 Mulai Bergerak
38 Bab 38 Target Pertama
39 Bab 39 Direktur Henry
40 Bab 40 Kesin, orang ketiga dalam struktur komando Geng Macan Hitam
41 Bab 41 Masha Pemimpin Geng Macan Hitam Saat Ini?
42 Bab 42 Yurisdiksi Geng Macan Hitam
43 Bab 43 SMA No. 3 Arcadia Dan SMP Century
44 Bab 44 Empat Saudara Saja Bisa Menghabisimu
45 Bab 45 Bertaruh
46 Bab 46 Pertemuan
47 Bab 47 Hotel Ocean Yang Berdarah
48 Bab 48 No. 4 Yang Sedikit Mengeluh
49 Bab 49 Menyerah Atau Melawan?
50 Bab 50 Dua Gadis Kecil
51 Bab 51 Kekacauan Di Kota Arcadia
52 Bab 52 Dua Kakak Ipar Baru?
53 Bab 53 Aku Kalah
54 Bab 54 Dua Penyihir
55 Bab 55 Nona Yulan
56 Bab 56 Para Pejabat
57 Bab 57 Ingin Menyingkirkannya
58 Bab 58 Puncak Jalan Raja
59 Bab 59 Bersatu
60 Bab 60 Selamatkan Kami
61 Bab 61 Pertunjukan?
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 Malam Pembalasan
2
Bab 2 Darah Yang Tak Termaafkan
3
Bab 3 Jangan Main-main
4
Bab 4 Sarapan Di Neraka
5
Bab 5 Penguasa Sementara
6
Bab 6 Kenzo Vs Max
7
Bab 7 Pertarungan
8
Bab 8 Duel Berdarah Di Penjara
9
Bab 9 Sumpah Darah Kenzo
10
Bab 10 Kedatangan Fiona
11
Bab 11 Merekrut Anggota Darah Elang
12
Bab 12 Kerusuhan Di Kafetaria
13
Bab 13 Kekalahan Kaneo
14
Bab 14 Menantang Gedung Singa Perkasa
15
Bab 15 Bekerjasama
16
Bab 16 Sebuah Rencana
17
Bab 17 Bentrokan Antar Kelompok
18
Bab 18 Si Rubah Abadi
19
Bab 19 Axel Yang Menyusul Pangeran Kael
20
Bab 20 Kesempatan Untuk Daren
21
Bab 21 Kaito
22
Bab 22 Perjanjian Kontrak
23
Bab 23 Menyeleksi Narapidana Hukuman Mati
24
Bab 24 Daren Dan Belly Yang Berlutut!
25
Bab 25 Nathan Sang Psikopat
26
Bab 26 Mengganti Nama Atas Perintah Kaito
27
Bab 27 Pergi Ke Kuburan Selena
28
Bab 28 Fiona Kakak Ipar!
29
Bab 29 Berjanji Akan Menikahi
30
Bab 30 Menerima Kartu Emas Dari Fiona
31
Bab 31 Sarang Beracun
32
Bab 32 Distrik Timur telah selesai
33
Bab 33 Pantas Di Juluki Mantan Penguasa
34
Bab 34 Bolly
35
Bab 35 Wujud Penyiksaan Yang Sebenarnya!
36
Bab 36 Penyiksaan Bolly
37
Bab 37 Mulai Bergerak
38
Bab 38 Target Pertama
39
Bab 39 Direktur Henry
40
Bab 40 Kesin, orang ketiga dalam struktur komando Geng Macan Hitam
41
Bab 41 Masha Pemimpin Geng Macan Hitam Saat Ini?
42
Bab 42 Yurisdiksi Geng Macan Hitam
43
Bab 43 SMA No. 3 Arcadia Dan SMP Century
44
Bab 44 Empat Saudara Saja Bisa Menghabisimu
45
Bab 45 Bertaruh
46
Bab 46 Pertemuan
47
Bab 47 Hotel Ocean Yang Berdarah
48
Bab 48 No. 4 Yang Sedikit Mengeluh
49
Bab 49 Menyerah Atau Melawan?
50
Bab 50 Dua Gadis Kecil
51
Bab 51 Kekacauan Di Kota Arcadia
52
Bab 52 Dua Kakak Ipar Baru?
53
Bab 53 Aku Kalah
54
Bab 54 Dua Penyihir
55
Bab 55 Nona Yulan
56
Bab 56 Para Pejabat
57
Bab 57 Ingin Menyingkirkannya
58
Bab 58 Puncak Jalan Raja
59
Bab 59 Bersatu
60
Bab 60 Selamatkan Kami
61
Bab 61 Pertunjukan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!