"Rowan, apa yang kamu lakukan disini, jika kamu datang kesini hanya untuk melakukan hal yang tidak-tidak sebaiknya kamu keluar dari sini." Aruna menatap tidak suka kepada Rowan yang membuat Rowan sontak melemaskan bahunya dihadapan Aruna.
"Kenapa tidak boleh Aruna, apakah begini caramu menangani pelanggan, aku cukup sedih mendengarnya," jawab Rowan. "Apakah aku tidak boleh menemui wanita cantikku, ini?"
"Kau gila, Rowan, keluar dari sini tanpa membuat keributan apapun," jawab Aruna kesal.
Rowan menghela napas. "Aku akan keluar dari sini, tapi setidaknya biar aku berpamitan pada baby-nya, dia kan merindukan ayahnya ini."
"Sejak kapan kau mendengar dari mulutku jika Aiden adalah anakmu!?"
"Jadi namanya Aiden, sangat manis." Rowan berjalan ke arah kursi dimana Aiden duduk. Aiden menatap Rowan membuat Rowan tersenyum. "Daddy ada disini, Aiden, apakah Daddy boleh tinggal lebih lama."
"Pergilah Rowan!"
"Oke, oke aku akan pergi, tapi kau satu hal kan Nuna, aku tidak akan melepaskanmu lagi setelah ini."
"Dasar orang gila!" jawab Aruna.
Rowan tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Aruna sehingga jarak diantara keduanya sangat dekat. "Yah, dan aku gila karena mu, cepat atau lambat kau akan kembali menjadi milikku!"
"Diam! Pergi sana brengsek!"
Rowan mengangkat tangan dan mengusap puncak kepala Aruna pelan. "Lihat Aruna, telingamu masih sensitif seperti dulu, apakah kau yakin dengan ucapanmu."
"Pergi saja dari sini Rowan, aku tidak nyaman dengan kehadiranmu!"
"Baiklah, sampai jumpa lagi Aruna—ah, maksudku Calon istriku." Rowan berjalan meninggalkan Aruna keluar dari toko bunga itu.
Sepeninggal Rowan, Aruna hanya diam dan menghela napas panjang, tidak pernah ada bagian dari hidupnya untuk bertemu dengan Rowan lagi karena dimata Aruna, Rowan hanyalah laki-laki menyebalkan yang membuat Aruna terjebak diantara masa lalu dan masa depannya.
"Dan kenapa kamu harus semirip itu dengan ayahmu Aiden, bahkan mata kalian sama, syukurlah dia tidak menyadarinya," gumam Aruna. Aruna membereskan meja kasirnya dan mendapati sebuah bag belanja disana. "Bukankah ini milik Rowan, kenapa dia meninggalkannya disini."
Aruna mengambil bag itu dan membukanya untuk mengecek isinya. "Apa ini, untukku?" Aruna mengeluarkan isinya setelah membaca kertas bertuliskan 'Too Nuna' dan Aruna benar-benar kesal saat mengetahui isinya. "Bisa-bisanya dia memberikanku Pumping ASI, apa dia berpikir Aiden masih menyusui! Dia memang laki-laki yang tidak beres."
Aruna kembali mengemas bag itu dan menaruhnya dibawah meja, kembali ke rutinitasnya untuk menghindari pikirannya tentang Rowan dan berpikir positif bahwa ini adalah bagian dari bencana yang akan segera berlalu, Aruna pasti tidak akan bertemu lagi dengan laki-laki itu, setidaknya itu pemikiran Aruna.
Rowan berjalan keluar dari toko bunga Aruna dan masuk ke mobilnya dimana disana sudah ada sekretaris Ho yang menunggunya. "Apakah sudah selesai, Tuan Muda?" tanya sekretaris Ho.
Rowan mengangguk dan duduk di kursi belakang. "Yah, setidaknya aku sudah berusaha, kan?"
Sekretaris Ho memberikan ponsel kepada Rowan. "Tuan Besar menghubungi, katanya ada hal yang harus disampaikan."
"Daddy? Apa yang akan dia sampaikan."
Sekretaris Ho mengedikkan bahu—Rowan mengambil ponsel itu dan berbicara dengan Ayahnya dibalik sana.
[Halo Dad, ada apa menghubungiku]
[Darimana saja kamu Rowan, kapan kamu akan menemui Daddy dan Mommy, sudah berapa tahun kamu tidak menghadiri acara makan malam keluarga]
[Itu tidak terdengar menyenangkan karena terakhir aku menghadiri acara itu, Daddy benar-benar memikirkan sebuah rencana gila kepadaku]
[Kamu masih dendam, datanglah Rowan, kali ini kamu tidak akan kecewa, Gabriella, anak dari teman Daddy akan hadir, dia akan ditunangkan denganmu!]
[Aku tidak pernah setuju bertunangan]
[Kamu sudah kepala tiga, Daddy ingin menimang cucu!]
[Daddy, aku sudah memiliki wanitaku sendiri]
[Seseorang yang idealis dan tidak perduli percintaan sepertimu sehingga menjadi duda yang tidak laku, memiliki wanitamu, sepertinya aku harus menyuruh Ho mengantarmu ke rumah sakit, kau pasti demam]
[Terserah Daddy saja, aku akan menghadiri acara itu bersama dengan wanitaku]
Tut! Rowan mematikan sambungan telepon itu secara sepihak kemudian mengembalikannya kepada sekretaris Ho. "Dasar orang tua itu, masih saja bersikeras dengan perjodohan."
"Mungkin ini jalan terbaik, Tuan Muda."
"Lama-lama kau mirip dengan ayahku Ho, tapi kau tahu apa yang kupikirkan sekarang Ho?"
"Apa?"
"Bagaimana mencuri kucing kecil cantik dan pemarah," jawab Rowan tersenyum smirk.
— <3 —
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Rani R.i
hehhh Rowan ngadi2 ajaa kelakuan mu,,tapi aku suka dgn karakter mu yg tidak mudah jatuh cinta terhadap byk perempuan
setidaknya kamu tetap setia sama wanita pertama yg kamu sentuh,,walau di awal menyakitkan...setidaknya kamu tidak pemain wanita...
2025-04-13
0
Zainab Ddi
dasar rowan egois
2025-04-20
0
Rani R.i
semangat up thourrr
2025-04-13
0