Lawan Terlalu Kuat

Seraya berjalan menuju ke rumah Pak Mardi, Pak Shodiq menghubungi kelompok lainnya melalui panggilan WA, agar mereka menghentikan pencarian.

Sekalipun semua orang menyimpan tanda tanya besar kenapa pencarian itu dihentikan, mereka harus menahan keingintahuan mereka sampai bertemu dengan Pak Haji Mashudi kembali untuk mendapat penjelasan dari beliau.

Pak Udin sempat protes ketika pencarian anaknya tiba-tiba dihentikan, tapi karena yang lain menuruti perintah Pak Shodiq, pria itu pun dengan terpaksa mengikuti yang lainnya.

Sementara itu, kelompok Pak Haji yang sudah tiba di rumah Pak Mardi, Pak Haji Mashudi dan Pak Shodiq disambut oleh Mak Tirah sedangkan yang lain menunggu di halaman depan rumah sambil duduk-duduk dan membahas kejadian mencekam yang sedang melanda desa itu.

Setelah ketiga orang tersebut selesai berbincang di ruang tamu, Pak Haji Mashudi meminta ijin pada si empunya rumah untuk memasuki kamar Sari. Selama beberapa menit, mulut Pak Haji tampak komat kamit membaca doa sambil memutar biji-biji tasbihnya dan mata terpejam.

Tiba-tiba saja, tubuh Pak Haji Mashudi terpental ke belakang hingga pria itu terjengkang di lantai dan muntah darah. Pak Shodiq dan Mak Tirah yang saat itu sedang berdiri di ambang pintu kamar Sari pun segera menolong pria tersebut lalu memapahnya ke ruang tamu.

"Astagfirullah al-adziim... astaghfirullah al-adziim...," beberapa kali Pak Haji Mashudi beristighfar pelan sambil memegang dadanya yang terasa sangat panas.

"Perlu saya panggilkan Pak Mantri, Pak Haji?" Mak Tirah terlihat cemas.

"Tidak perlu... Tolong ambilkan segelas air putih dan sebuah baskom jelek saja...," suara pria itu terdengar serak dan lemah.

Dengan segera, Mak Tirah pun berlari ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih dan sebuah baskom lantas kembali lagi ke ruang tamu.

Setelah segelas air putih itu berpindah ke tangan Pak Haji Mashudi, pria tersebut lalu membaca doa-doa kemudian meminum air di gelas itu sampai habis. Beberapa detik kemudian, Pak Haji pun muntah-muntah darah hitam yang dia tampung di baskom.

Rupanya suara muntah-muntah Pak Haji Mashudi terdengar hingga depan rumah, yang membuat para kaum adam yang saat itu sedang duduk sambil mengobrol pun langsung masuk ke dalam rumah Mak Tirah dan mereka sangat kaget ketika melihat kondisi Pak Haji.

"Astaghfirullah al-adziim...," beberapa pria itu tampak beristighfar.

"Pak Haji kenapa, Pak Shodiq?" tanya Pak Karman, rekan sesama polisinya dengan raut wajah cemas.

"Pak Haji tadi sedang menerawang di kamar Sari, tiba-tiba saja tubuhnya terpental lalu muntah-muntah darah," terang polisi berpangkat Bripka itu.

"Astaghfirullaah....," mendengar penuturan Pak Shodiq, beberapa pria yang ada di ruang tamu tersebut kembali beristighfar.

"Saya benar-benar minta maaf Bu Tirah karena sudah merepotkan panjenengan," ucap Pak Haji Mashudi yang sekarang sudah merasa lebih baik.

"Tidak apa-apa Pak Haji, Bapak tidak perlu sungkan. Saya lah yang seharusnya minta maaf, gara-gara Bapak menerawang apa yang sudah terjadi pada anak saya, Pak Haji jadi begini," Mak Tirah merasa tidak enak hati.

"Pak Shodiq, tolong panggilkan Bapak Kepala Desa dan Pak Udin," ujar Pak Haji sambil menoleh pada polisi itu.

"Biar saya panggilkan, Pak," celetuk Pak Karman yang disetujui oleh atasannya tersebut.

15 menitan kemudian...

"Saya dengar Pak Haji tadi sempat mengalami musibah," kata Pak Santoso, Kepala Desa Semilir.

"Lawan kita terlalu kuat, Pak. Saya tadi mencoba menerawang di kamar Sari, tapi pelakunya memberikan serangan balik agar saya gagal menerawang," timpal Pak Haji Mashudi terus terang.

"Astaghfirullah al-adziim...," Pak Santosa beristighfar.

"Lalu bagaimana dengan pencarian anak saya, Pak? Kenapa dihentikan?" Pak Udin sudah tidak sabaran ingin tahu apa alasannya.

"Saya mewakili pihak kepolisian dan kodim benar-benar minta maaf Pak Udin, bukannya kami tidak mau membantu panjenengan untuk mencari Andri, tapi berdasarkan komunikasi Pak Haji dengan jin qorin nya Sari tadi, kita dilarang untuk mencari Andri lagi," jelas Pak Shodiq.

"Pak Haji berkomunikasi dengan jin qorin nya Sari? Dimana? Trus jin qorin itu ngomong apa saja?" cecar bapaknya Andri.

"Saya tadi bertemu jin qorin nya Sari di pemakaman, Pak Udin, lalu Pak Dikun bersedia menjadi perantara untuk dirasuki jin itu agar bisa saya ajak berkomunikasi," sahut Pak Haji Mashudi.

"Jin qorin itu berkata kalau Andri sudah meninggal seperti Sari dan sekarang ini dia berada di hutan terlarang. Jin qorin itu juga ngomong kalau kita tidak perlu mencari lagi karena kita bukan tandingan mereka," imbuh Pak Haji yang membuat dada Pak Udin terasa sesak.

"Pak Haji percaya dengan omongan jin qorin itu?" tanya bapaknya Andri.

"Iya, saya percaya. Berdasarkan mata batin saya, jin qorin nya Sari itu memiliki aura yang positif, makanya dia memperingatkan kita agar kita tidak celaka," balas Pak Haji Mashudi yang semakin membuat hati Pak Udin tambah pedih karena tidak bisa memakamkan jasad anaknya dengan layak.

"Sekali lagi kami turut berdukacita atas musibah yang menimpa keluarga Pak Udin," ucap Pak Shodiq dengan tidak enak hati karena dia dan timnya terpaksa batal untuk membantu mencari Andri.

"Lalu apa yang harus kami lakukan, Pak Haji? Masa' kita hanya bisa pasrah saja dengan musibah-musibah yang sekarang kita alami ini? Bisa-bisa korbannya terus bertambah," Bapak Kepala Desa merasa putus asa.

"Ibarat kita hendak maju berperang dengan lawan yang kuat, kita juga harus mempersiapkan pasukan yang lebih kuat dari mereka. Menurut firasat saya, sepertinya pelakunya lebih dari 2," jawab Pak Haji Mashudi.

"Untuk sementara waktu, cara yang bisa kalian lakukan untuk menghadapi musibah ini adalah kalian harus meningkatkan ibadah dan doa. Mintalah perlindungan pada Allah agar desa kalian bisa aman kembali," tambah pria itu.

"Setelah di rumah nanti, saya akan mencoba menghubungi beberapa teman saya, siapa tahu mereka bisa membantu. Saya secara pribadi merasa sangat prihatin dengan musibah yang sedang menimpa desa kalian," imbuh Pak Haji.

"Baiklah Pak Haji, saran panjenengan akan saya teruskan ke para warga. Trimakasih banyak untuk bantuan Pak Haji dan yang lainnya."

Jam 1.18 siang, rombongan dari kepolisian, kodim dan Pak Haji Mashudi pun berpamitan. Seperti yang disarankan oleh Pak Haji, Pak Santoso menghimbau para warganya untuk lebih meningkatkan ibadah dan doa mereka.

*

Malam itu di rumah Pak Haji Mashudi, di saat pria tersebut sedang tertidur lelap, tiba-tiba saja tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuat Pak Haji itu tidak bisa bergerak dan sesak nafas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!