Bab 4 - Keputusan Essa

Essa tidur sambil duduk di lantai, saat pagi menjelang udara pun semakin dingin, tanpa sadar dia pun naik ke sopa dan tidur di samping Maureen sambil memeluknya seperti memeluk guling.

***

Essa terbangun saat mendengar suara gemercik air, dia memijat lehernya yang terasa pegal karena tidur di sofa yang sempit. Taklama setelahnya Maureen keluar dengan rambut basah sepertinya dia baru habis mandi.

“Apa lu liat-liat?!” bentak Maureen.

“Lu pede amat sih jadi orang, siapa juga yang liatin elu,” kesal Essa sembari bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

“Awas kalau lu pake sikat gigi gue!” teriak Maureen.

Essa memejamkan matanya sejenak, kemudian membasuh wajah, menggosok gigi dan keluar lagi.

Tampak Maureen tengah duduk di depan meja rias, dia bangkit saat melihat Essa keluar dari kamar mandi dan beranjak menghampiri.

“Cerein gue Sa!” Cetus Maureen tanpa ragu, “Lu tahu kan gue udah punya pacar, gue gak akan mempermasalahkan lagi kejadian kemarin, kita anggap itu kecelakaan toh gak terjadi apa-apa diantara kita. Elu juga gak mau kan terjebak dalam pernikahan ini selamanya.”

“Ini baru sehari Reen, apa kata orang nanti? Belum lagi nyokap lu, lu mau penyakit Tante Arumi kambuh lagi?”

Maureen mendengus kasar, “gue yang akan tanggung jawab soal itu, tapi gue gak bisa tahan sama pernikahan ini. Bulan depan pacar gue bakalan dateng buat lamar gue Sa, gue harus gimana.”

Essa menatap tak percaya, “lu masih mikirin pacar disaat begini? Lu pikir gue gak punya pacar juga? Gue punya Reen, tapi lu tahu apa yang gue bilang sama dia? Gue mutusin dia, dan bilang semua yang terjadi antara gue dan elu, tapi elu astaga.”

Maureen menyergah kerah baju Essa lagi, “gue gak peduli soal elu, tapi gue peduli tentang hidup gue sendiri, gue cinta mati sama pacar gue, gue gak bisa hidup tanpa dia. Jadi cerein gue sekarang, Essa!”

Essa menatap tajam manik mata Maureen, “gue... Gak mau!" Essa melepaskan cengkraman tangan Maureen di bajunya dengan kasar.

“Lu jahat banget sih Sa, apa gak cukup lu jahatin gue dari kecil! Dulu lu sering jahatin gue di sekolah dan sekarang lu lebih jahat lagi.” kesal Maureen.

“Cuma gue yang jahat? Lu juga jahat, lu inget gak dulu lu pernah lempar sendal gue ke genteng dan gue terpaksa pulang ngaji sambil nyeker,” balas Essa, “kalau di pikir-pikir semuanya impas kan, gue putus dari pacar gue dan sekarang lu juga, harus putus dari pacar lu.”

“Gak bisa, Arkan cinta mati gue.” Sergah Maureen.

Essa menyeringai, “kita lihat aja, apa dia masih mau sama elu setelah dia tahu apa yang terjadi diantara kita berdua.”

Mata Maureen membulat sempurna saat Essa tiba-tiba meraih ponselnya Maureen, “Elu mau apa Sa?! Balikin gak hp gue!”

“Telpon dia, dan bilang semua kejadian di antara kita, kalau emang dia mau nerima elu lagi setelah tahu semuanya, gue siap lepasin elu.” Ucap Essa sambil menyodorkan ponsel tersebut pada sang pemilik.

Maureen menggenggam erat benda pipih tersebut dalam genggamannya, sungguh dia tak punya keberanian sebesar itu untuk berterus terang pada Arkan, dia takut akan jawaban yang Arkan berikan, dia takut jawaban yang Arkan berikan tak sesuai dengan harapannya.

“Kenapa, lu gak berani? Ayo telpon dia, gue gak bakalan bebasin elu dari pernikahan ini selama dia gak mau nerima elu secara terbuka.” Ucap Essa, dia pun lantas berlalu keluar.

Maureen menutup wajah dengan telapak tangannya, air matanya kembali luruh tanpa bisa di bendung. Keputusan Essa semakin mempersulit dirinya.

‘Kenapa, kenapa semua ini harus terjadi? Tuhan, kesalahan apa yang sudah aku lakukan?’ batinnya menjerit.

Terpopuler

Comments

partini

partini

cinta mati itu orang tergoblok, cari tau dulu dia patut ga di cintai mati
ihhh stres

2025-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!