Bab 2 - Sah!

“Gue gak mau nikah sama Essa, gak mau.” Isak Maureen, wajahnya ia telusupkan di antara tumpukan selimut dan bantal guling.

Suara dering ponsel mengalihkan atensinya, dia mengusap sisa air mata yang tergenang di bawah kelopak matanya.

“Arkan!” serunya tampak senang, namun di detik berikutnya dia kembali lesu kala mengingat semua yang terjadi barusan.

“Yang, ko lama banget sih ngangkat telponnya?” suara Arkan dari balik telpon.

“Maaf Yang, aku baru balik dari kamar mandi,” dusta Maureen.

“Oh gitu, kirain kamu lagi ngambek tadi.” tebaknya.

“Mana ada sih Yang aku ngambek sama kamu, aku–,” belum sempat Maureen menyelesaikan kata-katanya pintu kamarnya diketuk seseorang.

“Reen, buka pintunya ini Mamah.” Maureen berdecak kesal, dia sama sekali tak menanggapi Ibunya.

“Reen, itu Mamah kamu manggil-manggil kamu, kenapa kamu biarin?” ujar Arkan.

“Gak papa, udah biarin aja,” Maureen berucap malas.

“Gak bisa gitu Reen, gak baik loh ngacuhin orang tua kaya gitu. Pergi dulu gih, nanti kita sambung lagi telponnya.” Maureen menyapu air matanya kembali, entah mengapa perhatian kecil yang Arkan ucapkan menjadi pemicu air matanya.

Arkan sosok pria yang sempurna di mata Maureen, ganteng, kaya, punya kehidupan yang baik. Dia juga perhatian padanya dan Ibunya.

“Oke, tapi jangan di matiin ya telponnya, aku pergi bentar.” Ucap Maureen.

“Iya, gak aku matiin ko.”

Maureen meletakkan handphonenya yang masih tersambung di atas ranjang, kemudian beranjak menuju pintu.

“Ada apa Mah? Mamah mau ngajak Maureen debat lagi?” ucap Maureen ketus setelah ia keluar dan menutup pintu, takut Arkan mendengar perdebatannya dengan sang Ibu.

Ibunya tak berkata apapun dia langsung menggenggam tangan Maureen dan membawanya ke ruang tengah. Maureen menatap bingung, pasalnya disana sudah ada Essa dan orang tuanya dan ada juga pamannya yakni adik dari almarhum sang Ayah, dan ada satu orang yang tak Maureen kenali ikut duduk disana. Ada juga Pak RT dan Pak Rw.

“Mah, ada apa ini?” firasatnya sudah tak baik.

“Essa mau tanggung jawab, dia siap nikahin kamu.”

“Apa? Aku kan udah bilang aku gak mau nikah sama dia Mah, gak mau,” isak Maureen, dia berusaha melepaskan genggaman tangan Ibunya, namun usahanya gagal sepenuhnya.

Sedang Essa, dia hanya menunduk menatap lantai, “Sa, elu jangan diem aja. Jelasin sama mereka, kalau gak terjadi apa pun di antara kita semalam.” lagi-lagi Essa hanya membisu, membuat pengakuan dalam kebungkamannya.

Pada akhirnya pernikahan pun tak dapat dihindarkan, Maureen hanya bisa pasrah dalam tangisnya.

“Sah!”

“Alhamdulilah!” seru semua orang, dan lantunan doa pun terucap dari bibir masing-masing, terkecuali Maureen.

‘Gue benci elu Sa, sampai kapan pun gue gak bakal nerima pernikahan ini.’

Brak...!!

Maureen menutup pintu kamar dengan keras, dia menangis sejadi-jadinya di dalam sana sambil mendekap lututnya di lantai, dia benar-benar merasa telah di tipu habis-habisan oleh Essa.

“Essa brengsek! Essa sialan, gue benci elu Sa, gue benci elu!” Teriaknya keras, yang sudah pasti di dengar oleh orang yang berada di luar kamarnya.

“Reen?” suara panggilan itu mengusiknya. Maureen baru ingat jika telponnya masih tersambung dengan Arkan.

‘Astaga, Arkan. G-gimana ini, apa dia denger semuanya?’ Maureen lekas menyapu air matanya dan meraih ponselnya.

“H-halo?”

“Iya Reen aku masih disini, ada apa ko lama banget, apa ada masalah serius?”

“Gak ada, semua baik-baik aja ko Kan,” dusta Maureen sambil menggelengkan kepalanya, “k-kamu dari tadi nungging aku?” tanya Maureen, pasalnya hampir dua jam setelah percakapan terakhirnya dengan Arkan dan telpon itu masih tersambung.

“Iya, kan kamu tadi yang nyuruh aku nungguin kamu.” Sahutnya.

Akhhh... Maureen menutup wajah dengan telapak tangannya, air mata mengalir begitu saja tanpa bisa ia tahan.

“Reen, ko kamu diem aja? Kamu lagi nangis?” sepertinya suara isakan lembutnya sampai kesana padahal Maureen sudah berusaha meredamnya.

“Gak ko, aku cuma lagi flu makanya suara aku kaya gini,” Dalihnya memberi alasan.

“Kamu sakit?”

“Gak parah ko, cuma flu biasa.”

Saat Maureen tengah berbincang-bincang dengan Arkan tiba-tiba pintu pun terbuka, menampilkan wajah Essa dari ambang pintu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!