Part 05

Yoon-gi duduk terdiam sambil mengengam tangan Sarah. Dia menatap wajah pucat wanita itu dengan tatapan penuh iba. Dia tidak menyangka jika nasib wanita itu berubah drastis setelah kepergiannya.

"Maaf! Maafkan aku karena pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepadamu." Yoon-gi menyeka air matanya sambil membayangkan senyuman manis yang selalu terpancar dari wajah Sarah.

Dulu, saat dia di hukum oleh papanya, Sarah selalu diam-diam datang untuk menghiburnya. Bahkan, saat dia di kurung di gudang tanpa di beri makan dan minum, Sarah juga diam-diam memberikan makanan dan minuman kepadanya. Sungguh besar pengorbanan Sarah untuknya, akan tetapi dia belum bisa membalasnya sama sekali.

"Permisi!"

Tiba-tiba suara merdu yang terdengar begitu menghangatkan membuyarkan lamunannya. Dia menatap ke arah sumber suara itu lalu menyeka air matanya dengan cepat.

"Suami sekarang, saat menyakiti tidak punya perasaan sama sekali. Giliran istrinya sudah tidak berdaya, baru menyesal." Sindir Cheesy sambil mengotak atik infus Sarah.

"Maksud, Dokter?" Tanya Yoon-gi bingung.

"Em! Maaf, saya bicara dengan suster ini tadi. Dia bilang, jika sahabatnya punya suami yang tempramen. Dia suka memukul istrinya yang sedang hamil. Terus saat istrinya sudah keguguran dan tidak sadarkan diri, baru dia mengeluarkan air mata buayanya," Jelas Cheesy tersenyum kecil.

"Suami seperti itu memang tidak pantas hidup. Jika bisa, di beri hukuman mati saja," Ucap Yoon-gi dengan geram.

"Nah! Kamu benar. Jika bisa di penggal saja kepalanya. Lalu sosis sama lato-latonya di potong dan di berikan sama donggy. Biar dia tau rasa." Mendengar ucapan Cheesy, kedua suster yang membantunya hanya bisa saling lempar pandang. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang di bicarakan Cheesy.

Sedangkan Yoon-gi langsung reflek memegang senjata berharganya. Dia tidak bisa membayangkan jika itu terjadi padanya suatu saat nanti.

"Astaghfirullah! Maaf, saya terlalu emosi tadi." Cheesy tersenyum kecil sambil menatap Yoon-gi dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Cantik! Tapi pikirannya sangat menyeramkan."

Melihat wajah pucat Yoon-gi, Cheesy tersenyum kecil. Namun, tiba-tiba dia menatap wajah Yoon-gi yang masih mengenakan topi dengan saksama. Dia menatap intens wajah pria itu lalu mengingat sesuatu.

"D... Dia!"

********

"Mama! Papa!" Suara teriakan Chelsea langsung menggema ke seluruh sudut rumah.

Tatapan matanya terus tertuju ke arah dinding yang sebelumnya di penuhi dengan foster dan juga foto sang idola. Namun, sekarang terlihat kosong tanpa hiasan. Dia langsung berlari menuju lemari pakaian. Hasilnya juga sama, semua pakaian favoritnya juga hilang.

"Ada apa ini?" Tanya Randy dan Rania menatap bingung kamar Chelsea yang kini telah berantakan.

Semua pakaiannya berhamburan di lantai, dia terus mencari pakaian dan juga aksesoris miliknya yang memiliki lambang sang idola. Namun, semua hal tentang idolanya itu telah hilang entah kemana.

"Ma! Siapa yang masuk ke kamar Chelsea?" Tanya Chelsea dengan datar.

Randy dan Rania memang tidak pernah menjadi penghalang kekagumannya terhadap Min Yoon-gi selama ini. Jadi tidak mungkin ini semua ulah dari kedua orang tuanya itu.

Rania selalu saja membebaskan kedua putrinya. Dia selalu mendukung apapun keputusan dari mereka. Selagi itu masih wajar dan juga tidak mencoreng nama baik keluarga mereka. Lagi pula mengidolakan seseorang itu adalah hal biasa. Selagi tidak melewati batas kewajaran dan hanya menjadikan sosok idola itu sebagai motivasi, bukan obsesi.

"Mama tidak tau!" Ucap Rania polos.

"Kakak! Dimana dia?" Ingatan Chelsea langsung tertuju kepada sang kakak. Karena hanya Cheesy yang tidak menyukai Yoon-gi. Pasti dia, tidak mungkin yang lain.

"Kakak ke rumah sakit. Ada pasien darurat yang harus dia tangani," Jelas Randy.

"Jadi tadi dia sudah pulang?"

"Sudah!"

"Shiball! Kakak.... "

*******

"Siapa pria itu? Dia sangat tampan," Gumam Aulya mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit.

Dia menatap Alfa dan juga papanya sedang berbincang dengan seorang pria. Pria itu terlihat tampan, sehingga membuat jiwa playgirlnya kembali meronta.

"Arghhh!" Tiba-tiba suara rintihan kecil terdengar dari bibir mungilnya.

"Sedang apa kamu di sini? Ha!" Gibran menarik telinga sang adik dan menuntunnya menjauh dari ruang rapat itu.

Tidak ada pilihan, Aulya hanya bisa melenturkan tubuhnya dan mengikuti sang kakak. Padahal hari pernikahan tinggal menunggu hari, akan tetapi matanya masih saja jelalatan. Sifat yang satu itu memang sulit untuk di ubah.

"Kakak!" Teriak Aulya setelah Gibran melepaskan telinganya. Dia hanya bisa memanyunkan bibir sambil memegangi telinga yang terasa panas.

"Seharusnya kakak mencongkel matamu saja. Agar kau bisa menjaga tatapanmu itu. Sudah mau menikah tetap saja jelalatan. Mau jadi istri macam apa kamu?" Tanya Gibran dengan tatapan tajam.

Dia tidak bisa berkata-kata lagi dengan sifat adiknya itu. Padahal Aulya sudah mendapatkan Alfa, pria yang dia incar secara mati-matian, akan tetapi tetap saja dia tidak bisa mengubah sifatnya itu.

"Lya, hanya ingin melihat adik ipar kakak saja. Bukan yang lain," ucap Aulya polos sambil memanyunkan bibirnya tanpa dosa.

Mendengar ucapan sang adik, Gibran hanya bisa terkekeh kecil. Dari perkataannya itu saja, Gibran sudah tau apa yang Aulya lakukan tadi.

"Kamu pikir kamu bisa membohongi kakak? Kakak sudah mengenalmu sebelum kau belum bisa melihat dan berbicara. Jadi, kamu tidak perlu membohongi kakak," ucap Gibran sambil mencubit kecil lengan Aulya.

"Argh! Kakak! Sakit tau." Tidak mau diam, Aulya langsung membalas cubitan sang kakak. Dia memukul lengan pria itu.

"Sayang! Sedang apa kalian?" Tanya Rayyan melihat perkelahian kedua buah hatinya itu dengan senyuman.

Melihat cinta pertama sekaligus wasit terbaiknya itu, Aulya langsung tersenyum bahagia. Dia berlari ke arah sang papa untuk meminta perlindungan.

"Papa! Kak Gibran mencubit dan juga menjewer telinga Lya. Jika telinga Lya lecet bagaimana?" Tanya Aulya manja sambil memeluk sang papa.

"Sayang!" Rayyan hanya bisa melemparkan tatapannya kepada sang putra sambil menggeleng kecil. Sedangkan Alfa, hanya bisa menarik napas melihat kelakuan calon istrinya itu.

"Tuan Diandre! Perkenalkan mereka adalah putra dan juga putriku," ucap Rayyan kepada rekan bisnisnya yang sedang berdiri di sampingnya.

"Diandre." Batin Aulya langsung berdiri tegak dan menatap pria paruh baya yang berdiri di depannya dengan tatapan intens.

"Calon istrimu ternyata cantik ya, Fa!"

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Dewi kunti

Dewi kunti

lanjuuuuuutttt

2025-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!