Hari pertama setelah pernikahan terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Evelyn berusaha mengalihkan perhatiannya dari kenyataan pahit dengan kesibukan sehari-hari. Tetapi setiap kali ia bertemu Leonardo, rasa asing itu kembali muncul. Pria itu seperti bayangan yang tak pernah bisa dijangkau—terlalu jauh, terlalu dingin.
Pagi itu, Evelyn duduk di meja makan, mengaduk-aduk kopinya dengan lembut, mencoba merasakan kenyamanan dalam rutinitas. Namun, suara langkah kaki yang mendekat membuatnya tersentak. Leonardo baru saja keluar dari ruang kerjanya, mengenakan jas gelap yang tampak sangat pas di tubuhnya yang tegap.
Leonardo Maximus Alvarez
Selamat pagi
(ucap Leonardo singkat, sambil menatapnya sekilas)
Leonardo Maximus Alvarez
Evelyn Anastasia L. A
Evelyn hanya tersenyum keci
Evelyn Anastasia L. A
Kenapa aku merasa seperti ini? Kenapa setiap kali melihatnya, jantungku selalu berdegup lebih cepat? Namun, ia tahu, perasaan itu tak mungkin ada balasannya. Leonardo tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kepedulian selalu dingin dan terpisah.
(gumamnya dalam hati)
Leonardo Maximus Alvarez
Aku harus pergi ke luar kota minggu depan untuk urusan bisnis. Aku akan meninggalkanmu untuk beberapa hari
Evelyn Anastasia L. A
Baik
(jawab Evelyn, berusaha menutupi perasaan kecewa yang tiba-tiba muncul)
Evelyn Anastasia L. A
Aku tak bisa mengharapkan apa-apa darinya. Bukankah pernikahan ini hanya formalitas? Namun, ada rasa hampa yang terus menghantui setiap detik kebersamaan mereka.
(gumamnya dalam hati)
Leonardo berdiri dan beranjak pergi, meninggalkan Evelyn dengan segelas kopi yang kini terasa tawar. Sementara itu, di dalam hatinya, Evelyn merasakan kekosongan yang begitu mendalam.
Evelyn Anastasia L. A
Aku menikah dengan lelaki ini, tapi kenapa rasanya seperti aku hidup sendirian?
(ucapnya pelan)
Comments