Noah menatap ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Notifikasi dari Theo dan Leo masih bermunculan, tapi dia sudah malas membalas. Semua ini melelahkan.
Dia mengusap wajahnya dengan kasar, lalu beranjak dari tempat tidur. Perutnya kosong, tapi dia tidak merasa lapar.
Saat keluar dari kamar, dia langsung berhadapan dengan ayahnya yang berdiri di ruang tengah, sedang menyesap kopi. Tatapan pria itu tetap sama—dingin dan penuh ketidakpercayaan.
Noah tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya berjalan melewati ayahnya menuju dapur, mengambil sebotol air, lalu kembali ke kamarnya tanpa menoleh sedikit pun.
David Mitchell
Noah.
Suara ayahnya membuat langkahnya terhenti, tapi dia tidak berbalik.
David Mitchell
Aku harap ini bisa jadi pelajaran buat kamu.
Noah diam. Bukan karena dia tidak punya jawaban, tapi karena tidak ada gunanya menjawab.
David Mitchell
Aku bicara, Noah.
Noah menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan. Dia menoleh sedikit, menatap ayahnya dengan ekspresi datar.
Noah Mitchell
Aku dengar.
David Mitchell
Lalu?
Noah Mitchell
Nggak ada yang perlu dikatakan.
David mengernyit.
David Mitchell
Jadi sekarang kamu mendiamkanku?
Noah tersenyum tipis—senyum yang tidak sampai ke matanya.
Noah Mitchell
Kalau aku bicara, Ayah bakal bilang aku membantah. Kalau aku diam, Ayah bakal bilang aku nggak menghormati Ayah.
David terdiam.
Noah Mitchell
Jadi daripada capek-capek, lebih baik aku diem aja, kan?
Setelah itu, Noah kembali masuk ke kamarnya, menutup pintu, dan menguncinya.
Untuk apa bicara, kalau sejak awal suaranya tidak pernah didengar?
Comments
rawr
gak sabar baget sama kelanjutannya. semangat thorrr
2025-03-26
1