Noah duduk di tepi kasurnya, menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Dia masih kesal, marah, dan yang paling utama—frustrasi.
Kenapa Ayah nggak pernah kasih dia kesempatan buat jelasin?
Dia membuka aplikasi chat, jemarinya langsung mengetik pesan ke grup kecilnya.
Noah Mitchell
Gue dikurung.
Theo
Astaga, ini karena vandalism di sekolah?
Noah Mitchell
Iya. Ayah nggak percaya gue.
Theo
Lah, lo beneran nggak ngelakuin kan?
Noah Mitchell
Udah jelas nggak! Tapi coba lo bayangin, nama lo ada di caption, lo nggak punya bukti kalau lo nggak ada di TKP, dan lo punya ‘rekam jejak’ sering pulang telat. Menurut lo gimana?
Leo
Damn, itu susah sih. Apalagi lo tau sendiri bokap lo gimana.
Noah menghela napas. Theo dan Leo adalah dua orang yang selalu ada buat dia. Mereka tahu kenapa dia sering pulang telat, kenapa nilainya turun, kenapa dia kelihatan makin ‘bermasalah’ di mata orang-orang.
Theo
Lo nggak bilang ke bokap lo soal itu?
Noah menggigit bibirnya.
Noah Mitchell
Gue coba, tapi selalu dianggap alasan.
Leo
Yah, nggak heran. Bokap lo udah nge-cap lo anak nakal sejak lama, bro.
Noah menutup matanya sejenak.
Dulu, dia bukan seperti ini. Dulu, dia adalah anak kebanggaan keluarga. Tapi semuanya berubah setelah satu kejadian—kejadian yang ayahnya bahkan nggak tahu, atau mungkin nggak mau tahu.
Theo
Lo mau kita bantu cari bukti siapa yang nge-set lo?
Noah Mitchell
Gue harus keluar dulu dari rumah ini.
Noah menatap layar ponselnya lama.
Noah Mitchell
Gue bakal cari jalan.
Karena kalau dia diam saja, nggak ada satu pun orang yang bakal membuktikan kalau dia nggak bersalah.
Comments