02. tawaran?

ceklek ...

Suara pintu terbuka terbuka, Alina nampak tengah mengendap-endap memasuki rumah nya yang nampak sepi karna biasanya jam segini sang mama sedang sibuk di dapur

"huuhhh..." Alina bernapas lega saat ia berhasil sampai dan masuk ke kamar nya

"mama pasti marah dan kecewa" raut wajah nya kini berubah menjadi suram

di tatapnya tubuh sintal miliknya yang indah itu kini banyak sekali bekas tanda kepemilikan pria asing yang melalui malam panas bersama nya

"ma, maafkan Alina" ucap Alina lirih dengan berlinang air mata

Tak ingin tenggelam semakin dalam Alina memilih bergegas membersihkan diri nya untuk segera berangkat ke kantor

Sementara sang ibu yang mengetahui bahwa putrinya tidak pulang semalaman pun hanya diam sambil menata hasil masakannya di atas meja makan

"nah sudah beres, Alina pasti suka " gumam nya mengulas senyum berharap Alina tidak marah lagi padanya perihal kemarin

Beberapa saat kemudian Alina turun dari kamarnya menuju lantai 1 dimana ruang makan berada. Alina mengehentikan langkah nya sejenak dan menarik nafasnya dalam-dalam dan membuang nafasnya yang terasa berat sebelum melanjutkan tujuannya untuk menyantap hidangan lezat hasil masakan sang ibu tercinta

"pagi ma," Alina menyapa sang ibu lalu mendudukkan dirinya disana

"pagi juga sayang" sang ibu menyambut dengan seulas senyum yang amat bahagia karna sebelumnya ia berpikir bahwa sang putri satu-satunya itu akan diam seribu bahasa

"ma maaf tadi malam..."

"sudahlah sayang, mama ngerti kok kamu pasti butuh waktu untuk dirimu sendiri" potong sang ibu sembari mengelus pucuk kepala Alina

"maafin mama ya Al, mama tak akan memaksa mu lagi .... mama hanya ingin melihat anak mama satu-satunya bahagia bersama pilihan yang tepat" ucap sang ibu kala menyendoki nasi dan beberapa lauk pauk ke dalam piring Alina

"ma maafin Alina juga ya ma, gak seharusnya aku tidak pulang seperti semalam, mama pasti sedih ya ma?" mata Alina nampak sudah berkaca-kaca

"masih pagi, jangan menangis di depan makanan" timpal sang ibu sembari tersenyum

"iya, mama benar" Alina menyeka kedua matanya yang sudah menggenang air mata itu dan menampilkan gigi yang bertengger rapi pada susunan nya

Royal group

'selamat datang tuan'.....

'selamat pagi tuan Anderson'

"wah putra pemilik kantor kita tampan sekali"

 "pewaris tunggal yang sempurna"..

"Sungguh gagah ya"

Begitulah yang terdengar ketika sang pewaris tunggal perusahaan royal group itu datang untuk pertama kalinya setelah 4 tahun menetap di luar negri

bisikan dan gumaman para karyawan terkhusus nya kaum wanita menatap penuh hasrat pada pahatan tubuh yang sempurna itu

ting.....

Suara pintu lift terbuka, Felix Anderson beserta asisten pribadi yang sekaligus adalah sahabat nya Sean Gabriel memasuki lift yang hendak menuju ke lantai paling atas yaitu lantai ke 75

sesaat sebelum pintu lift akan tertutup tiba-tiba seorang wanita cantik itu menahan dan tergesa-gesa untuk memasuki lift tersebut

"tunggu aku!!!!" seru seorang wanita cantik itu yang tak lain adalah Alina

Sean dan Felix sontak saling pandang dan menaikkan sebelah alisnya

"maaf nona anda di larang menaiki lift ini" tegur Sean dengan tegas

"kumohon pak, kali ini saja ya" ucap Alina sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda memohon

"tidak bisa nona" pungkas Sean sementara Felix hanya diam tanpa ekspresi sambil memperhatikan Alina mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki

'sepertinya tidak asing' batin Felix

"ayolah pak,, saya dengar CEO baru datang hari ini saya takut beliau mengetahui bahwa sekertaris nya datang terlambat pak" mohon Alina dengan wajah melasnya

"tapi...."

"sudahlah biarkan dia masuk! Jangan membuang waktu ku" ucap ketus Felix pada Sean yang hendak mengusir Alina

"wah terimakasih ya pak" sahut Alina lega

'pak? Memangnya aku terlihat tua apa?'

'dasar tidak punya mata' Felix dan juga Sean di dalam hati masing-masing

Ting....

Alina turun di lantai 74

"permisi pak saya duluan ya" suara Alina memecah keheningan yang di angguki oleh Sean tapi tidak dengan Felix, pria itu hanya menatap datar di balik kaca mata hitam nya

'siapa mereka? Dingin sekali'

Sementara Felix kini sudah berada di dalam ruangan miliknya dengan interior yang mewah juga luas

"bagaimana tentang kejadian semalam?" tanya Felix kepada Sean

"cctv hotel banyak yang rusak, kurasa ini bukan ulah sembarang orang " jelas Sean sembari memperlihatkan sebuah rekaman cctv yang berhasil ia dapatkan di hotel semalam yang Mereka singgahi

"stop! Siapa wanita ini? dia yang semalam masuk ke dalam kamar ku" tunjuk Felix kepada gambar video yang sedikit buram

"aku sedang memperbaiki agar gambar nya bisa jelas terlihat" Sean nampak mengotak Atik tombol di laptop nya dan beberapa saat kemudian Sean berhasil memperjelas gambar nya

"sudah!" Sean mengarahkan kembali layar laptop nya kepada Felix

Deg !

felix dan Sean sama-sama terkejut bukan main, pasal nya wanita yang berada dalam video itu menunjukkan mirip sekali dengan Wanita yang tadi bareng di dalam lift

"Sean bawa wanita itu kehadapan ku sekarang!" perintah Felix dengan nada berat serta rahang yang mengeras

"baik tuan" sahut Sean segera berlalu untuk menjalankan tugas membawa wanita yang lancang itu

"ada ada saja" gumam Sean menggelengkan kepalanya sembari terus berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di sebelah ruangan Felix

Ceklek...

4 orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arah pintu yang menampakkan sosok yang sedikit asing

"maaf pak mencari siapa?" tanya Brian selaku asisten pembantu Alina

"maaf mengganggu, saya Sean asisten pribadi CEO tuan muda Anderson"

Mereka sedikit terkejut namun tidak begitu kentara karna masing-masing sudah mengethuinya

Sean mengedarkan pandangannya dan berhenti pada sosok wanita berpakaian stelan jas berwarna putih serta rok di atas lutut yang senada, lalu melihat tulisan di atas meja sebelah kanan sekertaris utama

"anda silahkan ikut dengan saya sekarang!" tunjuk Sean pada Alina yang nampak membelalakkan matanya

"ya baik pak saya kesana" jawab Alina sembari berdiri dan melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Sean bertuju

"tuan muda saya sudah membawa sekertaris anda "

"hem.. Kau boleh keluar " sahut Felix yang masih membelakangi Sean dan Alina berada

"baik tuan muda" Sean segera undur diri dan keluar dari ruangan itu

Kini menyisakan Felix dan Alina saja di sana, suasana sangat dingin membuat Alina tidak nyaman karna sudah 5 menit Alina berdiri menunggu sang CEO membalikkan tubuh yang membelakangi nya

"ehemm.. pak ada yang bisa saya bantu?" tanya Alina gugup dan sangat berhati-hati

" siapa namamu?" tanya Felix tanpa membalikkan tubuhnya

"nama saya Alina pak, Alina Pratiwi " Alina menjawab dengan ragu-ragu

"cantik, seperti orang nya" gumam Felix memutar kursi kebesaran nya

Alina yang sejak tadi menunggu sang CEO memutarkan tubuhnya pun terkejut, sampai tubuh Alina bergetar hebat dengan wajah yang tadinya sejuk pun menjadi pias

"why?" Felix berdiri lalu berjalan menuju pada wanita yang semalam sudah menghabiskan malam panas dengan nya

"a anda...." Alina terbata-bata karna ia tahu bahwa sang CEO ternyata adalah pria yang telah mengambil kehormatan nya

"kamu mengenal ku?" lagi-lagi suara Felix membuat seluruh tubuh Alina kaku

"kenapa kamu diam? Hemmm?" kini Felix sudah berada di hadapan Alina

"aku yakin kamu sangat mengingat apa yang terjadi di antara kita tadi malam!" Felix merubah raut wajahnya menjadi sangat merah padam matanya terpancar kilatan kemarahan

"maaf pak, sa saya..." sangat sulit untuk mengeluarkan kalimat dalam situasi seperti ini

"A-li-na.. Siapa yang menyuruh mu memasuki kamar inap ku di hotel semalam?" sentak Felix membuat Alina semakin gemetar

"wanita murahan!" teriak Felix sembari mendorong tubuh Alina kasar hingga Alina terjatuh di atas lantai yang dingin

"ampun pak, saya memang berada di sana tetapi saya tidak ada niat untuk jahat pak sungguh" ucap Alina sembari meneteskan air mata

"cuihhh.. Kamu tak perlu membuang air mata menjijikan itu! Tetapi berhubung aku pria yang pertama kali yang menyentuh mu aku akan berbaik hati" Felix bernafas sejenak sambil menyeringai

"sebaiknya tutup lah rapat-rapat dan luapkan tentang kejadian semalam jika kamu masih ingin bekerja di sini"

Kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh Felix membuat Alina terluka, saat ini Alina sedang menahan amarah nya, hanya sebuah tatapan kebencian yang Alina tujukan pada Felix

"kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau berpikir aku akan bertanggungjawab dan memberi mu kompensasi karna kamu virgin?" celetukan Felix semakin membuat Alina merasakan nyeri di hatinya

"tidak pak, saya sama sekali tidak berpikir seperti itu" Alina menghapus air matanya dan bangkit dari lantai yang dingin itu

"anda tenang saja tuan muda Anderson, saya akan bekerja secara profesional disini dan saya juga sudah melupakan kejadian semalam" ucap Alina dengan lantang mencoba meyakinkan diri nya sendiri yang bahkan ingatan itu masih terbayang-bayang

"good! Jika tidak tawaran berikut nya kamu harus menjadi jalangku!" kalimat terakhir yang Alina dengar sangat menyayat hati sampai Alina mengepalkan tangannya

"baik pak, jika sudah tidak ada yang di perlukan saya pamit kembali ke ruangan saya" Alina memilih untuk segera keluar dari sana karna sudah benar-benar sesak yang di angguki oleh Felix

......................

Alina tidak langsung keruangan kerja nya, ia memilih untuk ke toilet terlebih dahulu untuk sekedar mencuci wajahnya yang terasa panas

"tuan muda Felix Anderson, aku membenci mu !" teriak Alina sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin

setelah beberapa saat Alina mulai stabil ia pun kembali untuk segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat iya tinggalkan

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

knp gak mengundurkan diri aja dari kantor itu Alina...

2025-10-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!