Bukan lagi berjalan santai, tapi Tisya sedang berlari sekarang. Dia ada di lorong rumah sakit. Ketika sedang rapat dengan advokat yang lain tadi siang, tiba-tiba ayahnya menelpon, mengabarkan jika ibunya kembali masuk rumah sakit.
Air matanya mengalir beriringan dengan ayunan kaki yang dibuat secepat mungkin menuju ruang rawat ibunya berada. Dia tahu, dia bukan anak yang baik selama ini. Belum bisa memenuhi keinginan terbesar ibunya, yaitu menikah! Mau menikah dengan siapa, jika calonnya aja belum ada?!
"Pa.."
Tisya sudah ada di ruangan tempat ibunya terbaring lemah. Panggilan Tisya seperti sedang meminta penjelasan.
"Tadi pagi mama mu masih nyiramin tanaman di depan rumah. Kamu tahu Layla? Anak tetangga kita? Bocah tiga tahun itu datang dengan sepedanya, mama mu senang. Meski papa sudah melarang tapi mama mu begitu keras kepala, dia menggendong Layla dan mengajak Layla masuk ke dalam rumah. Mama mu memberikan biskuit, coklat dan puding. Satu tas penuh. Tapi, baru mau papa tinggal ambil air untuk Layla.. Ibunya datang. Dia memarahi anaknya di depan mama karena makan coklat dan biskuit di rumah kita, bukan marah pada mama atau papa sebenarnya.. tapi mama mu yang sangat perasa jadi merasa bersalah melihat Layla menangis diseret ibunya pulang dari rumah kita. Papa pikir mama mu tidak akan kepikiran dengan kejadian itu, tapi ternyata di kamar dia menangis terisak.. Dia memeluk tas penuh jajan yang tadinya akan diberikan untuk Layla. Dan.. Ya.. Seperti ini lah mama mu sekarang, dia terlalu sedih... Jantungnya lemah, jadi tidak bisa menahan perasaan seperti itu."
Deg.
Lagi-lagi air mata Tisya jatuh. Dia memeluk kaki ibunya yang tertutup selimut. Semua ini gara-gara dia. Secara tidak langsung, Tisya lah yang membuat mamanya menderita.. Pikiran Tisya berkecamuk. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja dia sudah menikah, andai saja dia sudah punya anak sekarang, ibunya tidak perlu menanggung kesedihan hingga membuat penyakit jantungnya kambuh.
Den. Den adalah solusi untuk semua masalahnya!
"Pa, Tisya akan menikah.. Kalian akan memiliki cucu sendiri, anak Tisya! maafkan Tisya jika papa dan mama harus menunggu cukup lama, sampai Tisya memutuskan hal ini.." Ucap Tisya penuh keyakinan.
"Menikah? Benarkah? Alhamdulillah.. Papa seneng dengernya Sya. Mama mu juga pasti akan sangat senang.." Terlihat jelas jika lelaki tua tersebut bahagia oleh ucapan yang Tisya barusan.
Tisya hanya mengangguk. Tak tega rasanya terus membuat orang tuanya kecewa dan berharap agar dirinya segera berkeluarga. Ya.. Dia harus putuskan semuanya sekarang, menjalani hubungan dengan berondong tidak akan semenakutkan itu kan?
.
.
.
"Ada apa Ra?" Pertanyaan yang meluncur dari mulut Den.
Mereka berada di sebuah kafe. Duduk berhadapan, Tisya hanya memesan minuman tanpa berniat menambah makanan dalam pesanannya. Selepas dari rumah sakit tadi, Tisya langsung menghubungi Den meminta lelaki itu menyempatkan waktu untuk bertemu. Bagi Den, sempat nggak sempat ya disempet-sempetin dong!
"Kamu beneran suka sama aku?" Tanya Tisya serius.
Den mengangguk mantap membenarkan ucapan Tisya.
"Bisa nggak, jawab omongan ku pake mulutmu! Bisa ngomong kan?!" Kesal sekali rasanya.
"Iya! Aku suka kamu. Sayang malah. Terus kenapa? Mau jadian sama aku? Kita pacaran?" Tanya Den dengan senyum mengembang.
"Kita nikah!"
"Apa??" Den syok. Mulutnya langsung terbuka, melongo.
"Kita nikah!! Me-ni-kah!! Ngerti bahasa Indonesia kan?"
"Ngerti. Cuma.. Kenapa buru-buru. Nggak pacaran dulu gitu?" Den malah yang terlihat bimbang sekarang.
"Iish.. Sebenarnya kamu serius nggak sih sama aku?! Kemarin aja ngejar-ngejar, giliran dikasih kesempatan untuk dekat dengan versi halal malah ragu-ragu gitu? Kamu maunya gimana?!" Tegas Tisya.
Den diam sesaat.
"Aku serius sama kamu. Sama perasaan ku. Tapi kamu.. Apa alasan mu minta aku cepet-cepet nikahin kamu? Bahkan tadi pagi aja kamu masih dingin banget sama aku. Liat aku kayak liat musuh aja. Tapi sekarang malah ngajakin nikah, serius.. Aku bingung."
Tisya menghembuskan nafas berat.
"Jangan pedulikan perasaan ku. Aku tau kamu orang baik, misalkan nanti.. Kamu nggak bahagia nikah sama aku, kamu boleh ceraikan aku.. Tapi, kasih aku keturunan dulu. Beri aku anak! Aku nggak akan selamanya ngiket kamu dengan hubungan yang mungkin membuatmu tidak nyaman."
Makin melongo saja Den dibuatnya. Anak? Ngasih anak? Itu artinya.. 'Jony Jony yes papa' nya akan segera dapat lawan main? Adu skill dan kemampuan di atas ranjang?Secepat ini?? Semudah ini??? Waaah.. Kebaikan apa yang sudah Den lakukan di kehidupan sebelumnya sampai-sampai dia bisa mendapatkan kemudahan dalam hidupnya seperti ini?!
"Perjelas dek.. Mas nggak ngerti.." Den berdehem sambil menggigit pipi bagian dalamnya menahan senyum yang akan mengembang begitu saja.
"Iish.. Dak dek dak dek! Yang sopan!" Tisya melotot tajam.
"Kurang sopan kayak gimana hmm, oh.. Mau ku panggil zeyeng aja? Okey. Nggak masalah! Jelasin sama Mamas mu ini, ada apa sebenarnya zeyeng?"
"Den!! Bisa nggak, serius dikit jadi orang! Haaaah.. Sepertinya aku salah minta tolong sama kamu! Apa aku cari cowok lain aja yang mau nikahin aku dan ngasih aku anak?" Pekik Tisya frustasi.
"Nggak ya Ra! Nggak boleh kamu ngajak cowok lain nikah!! Aku nggak rela!! Oke aku diem, aku serius! Lagian dari tadi aku tanya ada apa ada apa mulu nyampe bibir berbuih juga kamu nggak jelasin apa-apa.."
"Orang tuaku nuntut aku cepet-cepet nikah Den. Mereka udah tua, aku anak satu-satunya yang mereka punya. Harapan mereka sangat besar padaku.. Aku udah nyia-nyiain masa mudaku dengan menunggu orang yang nggak pernah melihat ke arahku.. Aku bodoh! Aku hanya memikirkan diri sendiri, tanpa aku sadari.. Aku udah nyakitin perasaan orang tuaku." Ucap Tisya terus terang.
Tisya akan mengusahakan kebahagiaan untuk orang tuanya, bagaimanapun caranya. Meski terlambat beberapa tahun.. Tapi dia yakin akan bisa memberikan cucu pada kedua orang tuanya.
"Kamu boleh pergi.. Setelah aku melahirkan anak nanti.." Tambah Tisya dengan suara nyaris tidak terdengar.
"Itu nggak akan terjadi. Oke, kita nikah! Aku temani kamu seumur hidupku! Aku bukan lelaki bajingan yang nyebar benih lalu pergi gitu aja! Aku akan tanggung jawab sampai akhir. Kita buat anak yang banyak untuk orang tuamu! Aku siap jadi partner gelut mu, kapanpun dan di manapun itu! KUA, gasskeun lah!!"
Tisya sedikit tersenyum melihat tingkah konyol Den yang mengepalkan tangannya ke udara.
.
.
.
"Bangun ma, Tisya udah pergi itu. Ngapain masih merem-merem?"
"Hihihiii... Berhasil ya pa??"
"Iya. Dia bilang mau segera nikah."
"Ah, harus pakai cara kayak gini ternyata agar dia luluh. Bilang sama Tisya pah, suruh nikah Minggu ini.. Mamah nggak mau tau!"
Glek. Minggu ini?
Kedua orang tua Tisya itu sudah senyum-senyum sumringah. Tidak sabar rasanya melihat anaknya menikah dan bisa menimang cucu sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ𒈒⃟ʟʙᴄ🅲🅰🅽🆃🅸🅺𝐀⃝🥀
dramamu berhasil bukk
karena pas taimingnya tisya sudah ada kandidat calon suami, coba kalau tisya belum dikejar Den drama sampai jungkir balikpun gak akan berhasil🤣🤣
2025-04-23
2
𒈒⃟ʟʙᴄ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ🌼
baru ngeh ternyata mama nya si tis lagi drama sakit/Facepalm//Facepalm//Facepalm/🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2025-03-13
1
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
sekali tau tisya mau menikah engga tanggung² mama nya minta minggu ini🤦♀️🤦♀️🤣🤣🤣🤣🏃♀️🏃♀️
2025-03-13
1