Fighting Dreamer!
Sangat bruntung memiliki kesempatan dalam menyuarakan antusiasme sembari memotret diatas panggung, idola. Berdesak-desak sekali pun tidak membuat diri beranjak dari sana, melainkan ada kesenangan tersendiri tidak lagi menikmati konser di balik benda pipih, seringkali lahirkan iri.
Begitu terharu, tersemat dalam hati fans indonesia telah menanti konser bule london tersebut.
Tak masalah merelakan nominal tak sedikit dalam membeli setiket lembar konser, untuk lebih dekat mendekap idola walau sebatas mendongak dari bawah, cukup membayar semua penantian menunggu moment itu.
“Buat apa ke sana, Nak?” Kata Ibu, membuyarkan lamunan.
Ninda bisa melihat anak perempuan satu-satunya itu lagi menatap lekat-lekat sebuah harga tiket konser di instagram.
Hanya bergeming, tak berani menyuarakan ingin yang sekarang susah menelan slavina di tenggerokan.
“Kalau kamu ada teman, ibu pasti ijinkan.”
Hah? Telinga perempuan itu tidak salah dengar, bukan? Sebuah penuturan sangat jelas menggambakan restu bisa mengayunkan kaki nonton konser sang idola, harus berhenti pada realita tak memiliki teman JJS di daerahnya itu.
Kebanyakan di Jakarta. Sedangkan ia tinggal di pelosok sangat jauh dari perkotaan.
“Rizka ke kamar dulu yah, Bu?” Ia pamit dengan sopan, sembari meninggalkan seulas senyum ke beliau.
Malas mengundang sebuah tangis-tangis diri hanya tahu fakat tidak bisa ke sana, karena sama sekali tidak memiliki teman bergandeng ke Jakarta buat nonton konser. Apalagi di tambah mau masuk Ujian Nasioanl. Sudah di pastikan Ibu tak merestui.
Di balik kalimat-kalimat penuh tulus, mengisyaratkan lain dalam mindset Rizka, “lebih baik kamu di rumah saja, belajar, Nak. Daripada ke sana, habiskan tenanga dan uang.” Hm, begitulah sekiranya.
Hari perdana, sudah nonton konser idola hanya lewat youtube pun tak sadar sudah menyimpan sesak ketika sebatas lihat tiket konser di instagram.
Piu..piu..piu, notifikasi dari grup mengusik isi kepala perempuan itu.
Resya : Rizka..yuhu..ke mana sih nih anak? Tumben nggak nongol, biasanya fans garis depan kalau sudah dekat konser Bang Jey.
Tanpa perlu di kasih tahu, sudah paling pertama nongol dalam grup hanya kali ini berbeda, sebatas menjadi pemantau saja merasakan keseruan mereka nanti menghadiri konser Harris J.
Ah, lagi ada sesak menjalar ke seluruh tubuh, meronta-ronta buat bergabung dengan percakapan mereka dalam grup. Sayang, ada cita yang mengharuskan diri tetap berada di jemari penuh asa kepunyaan kedua orangtua, belajar giat supaya bisa masuk UI jurusan Kedokteran.
Sejak beberapa menit lalu, di cari-cari, maaf Jey, lagi sibuk di rumah nih yang langsung di minimalisirkan oleh Rizka dalam grup.
Setelah itu, tidak banyak percakapan seru selain menekuk wajah penuh cemberut.
Gina : Gimana kalau nanti meet di kedai ice cream aja, jey? Sambil tukaran kado..uh, seru pasti nih.
Ibu..mau ke sana juga, kalau tinggal di Jakarta mah, enak..udah bisa pesan tiket jauh-jauh hari. Batin Rizka memekik sangat lirih.
Suara pintu terbuka, “Sayang?” Ninda memanggil dengan tenang.
Kenapa selalu buat jantung berolahraga, setiap kali mendengar panggilan ibunda? Padahal sedang tak menyembunyikan masalah.
Ah, benar juga, masalah tentang keinginan itu buat nonton konser Harris J yang sampai sekarang belum bisa terlantang, sebatas menyimpan rapat dalam dada, sembari memplester luka sebuah angan.
“K-kenapa, Bu?” Rizka menjawab dengan terbata-bata.
Justru di balas dengan senyum lebar dari Ninda. Lalu mengambil tempat nyaman sembari ngusap puncak kepala ananda yang terselimuti jilbab.
“Kalau konsernya tidak berdekatan dengan Ujian Nasionalmu, ibu sudah pesankan tiket itu, Nak. Ayah juga pasti sependapat, kan, dengan ibu?” Kata Ninda, selembut mungkin.
Ayah yang berada di luar kota, tidak memungkinkan dalam mengusap sebuah nestapa kepunyaan Rizka saat ini. Yah, tahu kok, beliau bakal mengungkapkan hal serupa dengan ibu.
Tetapi, sangat berasa bersemangat kembali kalau berada di sekitar ayah. Walau tahu, hanya sekedar kalimat penenang, bukan solusi buat nafsi berpergian ke konser Harris J.
♡♡♡♡♡
“Harris!”
“Hua..aku jamin Bang Jey nyanyi Good Life! My favorit song.”
“Itu..Harris J!"
Pekikan sangat lantang, bisa saja merusak organ vital pendengaran orang. Melihat sebuah panggung konser begitu heboh dan histeris, cukup risi berasal dari ..
“Lebay! Tidak bisa kah, sedikit tenang di sana?!” Adinda yang memuncratkan protes.
Kembali mengingatkan moment saat band Smash manggung di Jayapura, tidak bisa ke sana karena Mama melarang.
Ada senyum simpul tercetak. Kenapa mendadak ada sebuah ketertarikan lihat sosok bule ini di beranda youtube?
“Lagunya bagus,” gumam gadis itu tanpa sadar.
Sebuah lagu yang tanpa permisi mengalun-ngalun manis di daun telinga, cukup menghipnotis seorang gadis cuek itu pun berdecak kagum tanpa henti dalam hati.
Jauh sebelum melihat penampilan sesosok sangat penasaran oleh Adinda, selalu nonton anime, “film-mu kayak anak kecil.” Cibir salah satu teman sekolahnya.
“Biar toh, kenapa jadi, bagus kok.”
“Yah, bagus sih, hanya 3 dimensi begitu apa yang mau di idolakan coba?”
Idola. Sempat tak merasakan memprioritaskan orang asing berada dalam chapter hidup, yang katanya bisa membagikan semangat saat mengerjakan sesuatu. Tapi, bagi Adinda mengidolakan atau tidak, sama saja sih.
Karena mereka di luar sana hanya terobsesi, bukan sepenuhnya menjadikan mereka sebagai penyemangat sebenarnya. Yang buat hidup kita bahagia, diri sendiri, bukan dari orang lain.
Dan, kurang tahu dengan perasaan menggebu-gebu tercipta begitu saja, saat tidak sengaja Assalamu alaikum .. Alaikum yeah.. lirik lagu tersebut mampir bermain-main sangat manis di telinga Adinda, sepulang sekolah setahun lalu.
Belum ada ketertarikan setahun lalu itu, dalam menelusuri siapa sesosok yang berhasil menghipnotis diri selalu mencetak rasa kagum dalam batin, hingga semua lagu terdownload itu pun sudah melihat bule memiliki lagu Salam Alaikum naik daun di sosial media, sangat bertumpuk dengan nama Harris J.
Cukup mengundang rasa penasaran dan tertarik oleh seorang gadis cuek sebatas menonton anime doang, sekarang menjelma kekaguman atas lagu-lagu telah di dengarkan itu.
Harris J...
Kisah mana yang harus ku mulai duluan?
Nada itu terselip dalam sajak
Mana mungkin bisa, sebait diksi manis terproduksi lewat puisi? Sesosok sangat penting kah, sudah berhasil berada dalam destinasi terfavorit Adinda.
Juga, membisik-bisik angan mengalir begitu saja, mengharapkan sebuah keindahan yang bukan bersifat sia-sia dan sesaat seperti contohnya dalam mengayunkan kaki nonton konser Harris J, begitu kah?
Ah, benar saja. Bismillah, semoga Harris J adalah destinasi terbaik dalam mematahkan persepi terbanding-bandingkan dengan saudara sendiri dari mulut Hana, tidak pernah membawa pulang prestasi di rumah. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments