Sejak perdebatan singkat namun cukup mendalam dengan Jennifer Lin kemarin, Ryu memilih untuk tidak lagi membahas tentang arti kebahagiaan didepan perempuan kesayangannya itu, dia sebenarnya hanya ingin Jeje hidup selayaknya wanita normal dan bekerja sewajarnya saja, namun sepertinya kata-katanya justru malah menikam, bahkan menusuk relung hati Jeje yang terdalam.
Terkadang jiwa perempuan itu memang misteri, sering memilih diam daripada mengutarakan isi hatinya, namun jika sudah tersentuh, suatu saat nanti dia akan menjadi pembicara hebat yang tidak terhentikan tanpa harus diminta sekalipun.
"Bulan depan kontrak kamu sudah akan berakhir dan aku sudah mendapatkan beberapa klien baru, kamu bisa memilihnya atau kamu punya keinginan lain?"
Ryu memilih mengikuti perjalanan Jeje seperti alur biasanya saja, karena dia tidak ingin jauh dari Jeje hanya karena keinginannnya semata. Jika dia tidak bisa memaksa wanita kesayangannya untuk menjadi apa yang ia harapkan, dia bisa memaksakan dirinya sendiri untuk selalu ada disamping Jeje dalam keadaan apapun dan dimanapun dengan segala resikonya.
"Pilihkan saja seperti biasa, kamu yang paling tahu tentang itu," jawab Jeje sambil merapikan rambutnya yang hitam memanjang itu didepan meja rias miliknya.
Jika orang awam melihat kebersamaan mereka, pasti sudah berfikir jika Jeje dan Ryu adalah pasangan paling harmonis selama ini, namun balik lagi, dalam hidup ini kita tidak bisa menilai isi didalamnya hanya dari menatap sampulnya saja.
"Kamu tidak mau istirahat dulu atau mau liburan dulu?"
Ryu memilih duduk dibelakang tubuh Jeje sambil mengagumi kecantikan Jeje dalam diam, karena entah mengapa setiap gerak-gerik Jeje selalu saja menarik perhatiannya.
"Tidak perlu, karena kebutuhan hidup kita di dunia ini juga tidak pernah bisa istirahat walau hanya satu menit saja, jadi langsung terima saja!" ujarnya tanpa pikir panjang, karena menurutnya pekerjaannya tidak butuh tenaga yang kuat, tapi butuh mental yang tangguh.
"Huft, baiklah!"
Ryu pun sesungguhnya tidak mau terus menerus menjalani bisnis yang tidak wajar seperti ini, namun ia tidak ingin membiarkan Jeje berjalan sendirian dalam gelapnya malam dalam kesehariannya.
Kring
"Hallo? APA?" teriak Ryu saat menjawab panggilan dari ponsel miliknya, bahkan kedua alisnya langsung tertaut, seolah menunjukkan keterkejutan yang begitu luar biasa.
"Kenapa? Apa yang terjadi?"
Jeje pun langsung ikut penasaran, tentang apa yang didengar oleh sosok Ryu saat ini.
"Kita ke Rumah Sakit sekarang!"
Tanpa pemberitahuan apapun Ryu langsung mengambil tas milik Jeje diatas meja dan meraih pergelangan tangan wanita disisinya itu agar segera mengikuti langkah kakinya.
"Ngapain sih buru-buru amat, santai aja napa Wak?" ucap Jeje dengan nada suaranya yang cukup ngos-ngosan, apalagi dia belum sempat sarapan tadi, jadi kadar oksigen didalam tubuhnya seolah sudah menipis saat diajak lari maraton dadakan begini.
"Calon mantan suamimu bulan depan, saat ini sedang kritis di ruang IGD," jelas Ryu sambil memasangkan sabuk pengaman untuk Jeje saat mereka sudah masuk kedalam mobil.
"Aish, aku sungguh tidak ingin mengakhiri kontrak pernikahanku di Kuburan Wak!" ucap Jeje dengan helaan nafas beratnya, saat mobil mereka sudah keluar dari parkiran Apartement mewah itu.
♡♡♡
Sesampainya di Rumah sakit Ryu sama sekali tidak melepaskan tangan Jeje hingga mereka berdua sampai didepan pintu ruangan IGD.
"Permisi Sus, saya mau mengunjungi Revan," sapa Jeje sambil sedikit melirik dimana keberadaan Revan saat ini.
"Karena anda adalah wali sah dari pasien yang bernama Revan, maka anda harus mengetahui kondisi pasien untuk saat ini."
Saat itu pasien yang kritis hanya Revan seorang, jadi suster jaga saat itu langsung saja membicarakan intinya saja.
"Kenapa saya yang jadi wali sahnya?" tanya Jeje yang sebenarnya hanya malas ribet saja untuk mengurus ini dan itu.
"Loh, bukannya anda adalah istri dari saudara Revan?" Suster itu sedikit kebingungan, saat Jeje seolah ingin angkat tangan dalam urusan pasien, padahal setau dia Jeje adalah istri pasiennya itu satu-satunya.
"Sst, ingat kontrakmu Je!" Bisik Ryu sambil menyenggol lengan Jeje, saat suster itu sudah menjadi sedikit curiga atas kepolosan Jeje yang luar binasa.
"Oh iya ding Sus, hehe." Dengan tampang masa bodohnya dia memilih memasang tampang cengar-cengir untuk menutupi sandiwaranya.
Karena hal yang menyangkut nyawa dan kesehatan pasien tidak ada dalam kontrak kerjanya, jadi Jeje seolah lupa diri dengan pekerjaan utamanya saat ini.
"Astaga Je, jangan tersenyum dalam situasi seperti ini Je," Ryu langsung mendelik kearah Jeje, saat tatapan kedua mata Perawat itu terlihat aneh ketika senyum Jeje selebar pekarangan milik saudagar kaya raya, padahal kondisinya Revan sedang kritis saat ini.
"Aish, begini salah, begitu salah, terus gimana ini Sus, apa kondisinya sudah memburuk? Atau umurnya sudah tidak akan lama lagi?" tanya Jeje yang bahkan sebenarnya tidak ingin ambil pusing.
"Em, apa hanya anda pihak keluarga pasien?" Perawat itu seolah kembali curiga akan kewarasan otak Jeje, karena terlihat sekali bahwa tidak ada guratan kesedihan dari wajah cantiknya itu saat kondisi pasien benar-benar sudah diambang maut ibarat kata.
"Tentu tidak, ada banyak tapi mungkin mereka sedang sibuk saja, jadi kalian bisa mendiskusikan kondisi pasien denganku saja," ujarnya dengan santai, seolah dirinya sang maha bisa, padahal Ryu juga yang selalunya menjadi repot dibuatnya.
"Sepertinya anda harus mengumpulkan mereka semua." Dia sebagai ahli medis tahu betul bahwa kondisi pasien memang sudah tidak memungkinkan untuk bertahan lebih lama lagi, seolah hanya tinggal menunggu siang dan malam saja.
"Aku tidak mengenal mereka semua, aku hanya--"
"Em, maksudnya biar kami saja yang mengurus segalanya, jadi silahkan sampaikan saja bagaimana kondisi Revan, nanti biar kami yang--"
Sebagai pihak penanggung jawab Ryu langsung menyahut ucapan Jeje, agar kegilaannya tidak terbongkar disaat-saat yang genting seperti ini pikirnya. Namun saat Ryu ingin mengambil alih, suara sirine yang seolah menggantikan Malaikat maut itu tiba-tiba berdengung nyaring ditelinga mereka.
Tiitttt
Suara deringan panjang terdengar dari layar monitor dalam ruangan itu yang sudah menunjukkan garis lurus, menandakan bahwa kini batas kehidupan pasien itu didunia ini telah berakhir.
"Haduh, kenapa dia?" Tiba-tiba Jeje tersentak, dia bukan mengkhawatirkan nyawa Revan, tapi dia malah mengkhawatirkan kondisi kontrak nikah mereka akan berakhir seperti apa nantinya.
"Maaf Nona, sepertinya pasien sudah tidak bisa bertahan lagi."
Perawat jaga itu mencoba ingin menenangkan hati wali pasien seperti biasanya, karena hidup dan mati seseorang itu memang sudah ada takdir sendiri pikirnya, tapi...
"Okey tidak masalah," jawab Jeje dengan suara entengnya, bahkan seolah beban yang menempel ditubuhnya seolah sudah menghilang begitu saja.
"Hah?" Jelas saja ekspresi perawat itu terlihat terkejut, karena bukan tangisan atau reaksi sendu yang ia lihat seperti pada umumnya.
"Maaf, begini Sus, dimana saya harus mengurus segala administrasinya." Ryu mulai turun tangan untuk menutupi apa yang janggal dari sosok Jeje dalam hal apapun.
"Didepan Pak."
"Baik Sus, tapi sekarang boleh kami ditinggal dulu sebentar, ada yang ingin kami bicarakan terlebih dahulu," ujar Ryu yang tak ingin membuat Perawat itu kembali berpikir buruk tentang Jeje yang terlihat masa bodoh itu.
"Silahkan, kami juga masih menunggu beberapa waktu untuk memindahkan jenazahnya nanti," Ujarnya dengan helaan nafas berat.
"Terima kasih Sus."
Dengan berjuta kata tanya dan anggapan yang bersarang didalam otak sang Perawat itu, ia memilih segera pergi dari sana untuk mengurus hal lainnya.
"Lalu gimana ini kontraknya Ryu, apa bisa dibilang ini otomatis sudah berakhir?" tanya Jeje sambil memijit kedua kakinya yang terasa penat setelah datang buru-buru tadi.
"Sepertinya begitu, tak kan mungkin kamu mau menemaninya tinggal di Kuburan bukan?" Tanpa diminta, Ryu langsung mengambil alih untuk memijit kedua kaki Jeje, bahkan rela duduk jongkok dihadapan Jeje dan menjadikan kakinya sebagai pijakan agar Jeje merasa lebih nyaman.
"Jadi tiga minggu ini aku bebas dong tapi sisa uangnya gimana?"
Almarhum Revan memang sosok yang baik, dia bahkan sudah melunasi uang pembayarannya sampai kontrak berakhir, bahkan memberikan banyak bonus untuk Jeje sebelumnya.
"Walau ini tidak tertulis didalam kontrak pernikahan, tapi secara tidak langsung dia yang sudah mengakhiri kontraknya terlebih dahulu, jadi anggap saja semua sudah selesai." Walau Ryu belum yakin namun dia menggangapnya seperti itu saja untuk saat ini.
"Kalau begitu kita bantu biaya pemakamannya, setelah itu semua tugasku sebagai joki istri untuknya sudah berakhir, cocok kau rasa?"
"Okey, biar aku suruh orang lain saja yang mengurusnya, lebih baik kita pulang saja, kamu bahkan belum sempat makan tadi bukan?" Seperti biasa, semua tentang Jeje selalu ia dahulukan.
"TUNGGU!"
Tiba-tiba seorang pria masuk dengan suara keras dan tatapan kedua mata yang seolah berapi-api kearah tampang Jeje yang sok polos itu.
"Aduhai, siapa lagi dia?" Lirik Jeje dengan tatapan sinis, dia benar-benar malas berdebat untuk saat ini.
"Diam disana, siapa bilang tugasmu sudah selesai?" ujarnya sambil menyingsingkan lengannya, seolah ingin pamer otot didepan wanita cantik itu.
Widih, ototnya boleh juga tuh! Tapi sepertinya temperamennya menyebalkan, FAIL!
"Heh, maksudnya?" Ia sempat terpikat, namun hanya beberapa detik saja.
"Selesaikan tugasmu sesuai dengan bayarannya." Kedua lengannya mulai berkacak pinggang, seolah ingin menampilkan sisi seram didalam dirinya.
"Tapi dia sudah meninggal, jadi for what gitu loh?" Jeje pun tak mau kalah, dia bahkan sengaja membusungkan dadanya, agar si Paijo dan Paijan terlihat lebih menonjol didepan sana.
"Selesaikan tugasmu dan alihkan semuanya kepadaku!" ucapnya dengan nada penuh dengan penegasan.
Sial, apa dia tidak tertarik dengan pesonaku?
"Tapi?"
"Tidak ada kata tapi, atau aku akan membawa urusan ini ke pihak yang Berwajib, SEKARANG JUGA!" Bentak pria itu dengan nada suara yang cukup keras, bahkan ia sedikit memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Jeje.
Mampus lah, selama ini aku tidak pernah berurusan dengan pihak yang berwajib, apa bisa dibilang pekerjaanku ini Legal atau bahkan Ilegal? Argh sial, aku tidak mau menghabiskan masa mudaku didalam Sel Tahanan.
"A-apa maksud kamu Polisi?" Jeje merasa ketar-ketir kali ini, dia sama sekali tidak membayangkan hal ini akan menjadi serumit ini pikirnya.
"Mau atau tidak itu adalah pilihanmu, yang jelas jika kamu memilih 'tidak' itu akan sangat merugikanmu!"
"Tunggu, memangnya kamu siapa, berani-beraninya ingin menuntut kami, apa urusanmu!" Ryu langsung memberikan pembelaan ketika Jeje terlihat terpojok saat ini, sedari tadi dia hanya ingin mengamati dulu, karena sepertinya pria ini punya ikatan darah dengan almarhum, jadi Ryu ingin mencoba untuk memakluminya, namun sepertinya hal ini membuat Jeje terusik, jadi Ryu jelas memilih bertindak.
"Aku adiknya Revan dan satu-satunya wali sah untuk dia saat ini."
DUAR
"Tapi Revan tidak pernah bercerita soal ini?"
"Aku tidak perduli, pokoknya aku akan menuntutmu jika kamu menolak hal ini, PAHAM KAMU!"
Jeje memang tidak tahu menahu soal silsilah keluarga Revan, dia juga sebenarnya tidak mau perduli tentang itu, yang terpenting adalah kerjaan dan bayarannya sesuai saja, dan saat terselenggaranya pernikahan kontrak antara Revan dan Jeje kala itu, pria ini pun tidak hadir, jadi Jeje dan Ryu pun tidak tahu menahu soal pria ini.
"Huft, ya sudahlah."
Saat ini Jeje tidak punya alasan untuk menolak, sedangkan Ryu pun hanya bisa terdiam, dia masih memikirkan langkah selanjutnya, sebagai pihak asisten dan penanggung jawab urusan pekerjaan Jeje, dia tidak bisa sembarangan dalam mengambil keputusan walau keadaan mendesak sekalipun, karena dia tidak ingin Jeje terlibat masalah nanti kedepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Susi Akbarini
jeng3..
nenarkah adik Revan....
kok temperamen sekali..
rwvan ktitis karena apa yaaa???
lalu apa Jeje gantian akan jadi istrinya..
2025-03-02
3
Susi Akbarini
kok ya ada ya gtu istri joki..
gak sekalian aja nikah yg nener.
padahal sama2 ngabisin duit..
😀😀😀❤❤❤❤❤
2025-03-02
1
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
2025-03-02
1