CH 3: Mishophonia dan Konflik Part 2

"AHHH!"

Setelah mengingat kejadian yang dialaminya 4 tahun lalu, dia secara refleks mengangkat tubuhnya ke posisi duduk.

Wajahnya mulai pucat dan berkeringat karena ketakutan ketika dia teringat bagaimana jeritan kesakitan dan teriakan minta tolong terdengar lagi.

Misophonia sebenarnya adalah suatu gejala kejiwaan yang membuat seseorang merasa terganggu dengan suara-suara tertentu sehingga menyebabkan dirinya bertindak secara emosional secara berlebihan, namun Misophonia yang parah dapat menyebabkan halusinasi pendengaran sehingga dirinya mendengar suara-suara menakutkan yang sebenarnya tidak ada di sekitarnya.

Setelah berapa pemeriksaan Ia akan selalu mengalami Misophonia saat berada di tengah kerumunan orang yang mana dapat memicu suara-suara keras atau bunyi-bunyian yang terdengar di seluruh pusat kota.

Karena itulah Astel sebenarnya dilarang oleh kakak laki-lakinya untuk mengikuti acara di pusat kota, dan  menyuruhnya  untuk mengikuti acara di sekolah yang meskipun ramai, tidak terlalu berisik tidak akan memicu gejala Mishoponia bila Astel menggunakan headset.

Astel kemudian melihat tiket konser yang tidak sengaja ia remas saat membayangkan kejadian yang ia alami.....

"Apa aku menyerah saja?", pikirnya namun setelah mengingat teman-temannya yang sudah mendukungnya untuk datang ia kemudian tetap bertekad untuk ikut.

"Tidak...aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan pulih...konser besok adalah buktinya",ucap Astel dalam hati untuk menguatkan keputusannya untuk bergabung lagi.

Astel kemudian memasukkan tiket konsernya ke saku celananya. Ia menghela napas dan melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 19.15 WIB.

"Baiklah, saatnya mandi dan kemudian makan...", ujarnya seketika ia beranjak dari tempat tidur untuk mengambil handuk dan pakaian ganti, tetapi sebelum dia bisa meninggalkan kamarnya untuk mandi, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

"Tok! Tok!Tok!"

"Ya! Tunggu sebentar", ujar Astel  kemudian bergegas membuka pintu kamarnya sambil buru-buru membawa handuk dan pakaian gantinya.

Ketika Astel membuka dia mendapati seorang gadis remaja tinggi sama dengannya rambut panjang diwarnai cat rambut bewarna pirang.

"Kamu...apa yang kamu lakukan di depan pintuku!" Ucap Astel dengan nada kesal setelah menemui gadis remaja itu.

"Eh..kakak kamu kenapa lama sekali di dalam kamar ?"

"Itu bukan urusanmu!"

"Ya Sudah...tapi kata teman-temanku bilang kalau ada seorang pria berlama-lama di kamarnya dia sedang melakukan hal nakal loh! seperti Masturbasi  sambil menonton wanita tidak nyata di depan layar hpnya!"

"Hah???!"

Tanpa memberi kesempatan bagi Astel mencerna ucapan wanita tersebut, kaki dari wanita itu langsung menginjak kaki kanan Astel dengan keras membuat Astel langsung merasakan rasa amat sakit di kakinya.

"SAKITTt!!!!!", Astel kemudian meronta-ronta sambil memegangi kaki kanannya hingga pakaian dan handuknya terjatuh, kesialannya belum berhenti sampai disitu dimana kaki kirinya menginjak handuknya yang dilantai, seketika Astel terpleset dan jatuh tepat di kepalanya menimbulkan benjolan di kepala bagian belakangnya.

"ARRGGG!!", jerit Astel sambil memegangi kepalanya yang sakit.

"HAHAHAHA!", tawa wanita tersebut yang rupanya adalah Mery yang kini sudah berusia 13 tahun dan duduk di kelas 2 SMP, sedangkan tubuhnya kini sudah setinggi dengan kakaknya Astel yaitu 165 cm,  dikarenakan Mery sangat aktif dalam ekskul basket wanita disekolahnya membuatnya tumbuh tinggi seukuran pria SMA.

Walau begitu Mery dulunya adalah adik perempuan yang cengeng kini justru tumbuh menjadi adik yang bandel walaupun tidak seperti Astel yang suka membuat masalah di sekolah.

"MERRYYY!", Teriak Astel dengan murka seketika ia mulai bangkit berdiri, walaupun Astel tampak marah tetapi Mery menganggap itu hal yang lucu sehingga malah semakin mengejek kakaknya itu.

"HAHAHAHA ada pria Mesum!", ujar Mery seketika berlari sambil terus mengejek Astel yang sudah muak dengan kenakalan Mery.

"Jangan lari kamu! "

Astel seketika langsung mengejar Mery sontak suara kegaduhan mereka sampai terdengar di ruang tamu dan sedikit menganggu Emmy yang masih bekerja.

"Oh! Kalian berdua, jangan berkelahi!" teriak Emmy memperingatkan mereka berdua untuk tidak berisik  terutama karena malam hari ditakutkan akan membuat berisik tetangga-tetangga mereka.

Walau begitu Emmy justru tampak senang karena dia merasa Mery dan Astel tampak bersenang-senang.

Dan  pada akhirnya Astel kelelahan mengejar Mery dan karena merasa tidak mungkin mengejar adiknya yang kini adalah seorang pemain basket dengan stamina cukup kuat, Astel kemudian meninggalkannya dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi tanpa mempedulikan adiknya, namun rupanya Mery masih saja menganggunya.

"hahaha sudah capek kah dasar orang tua?", kata Mery sambil terus mengejek Astel di pintu luar kamar mandi.

"Rasanya aku ingin siram bocah itu dengan air didalam gayungku ini!", pikir Astel dalam hati dan terlihat dia berusaha menahan tangannya yang memegang gayung untuk menyiram air ke wajah Mery.

.....

........

..................

Setelah mengetik laporan terakhirnya, Emmy kemudian menutup buku catatanya di laptopnya. Setelah itu ia melihat Astel dan Mery sudah berjalan turun ke dapur dari ruang tamu, Dimana terlihat selama menuruni tangga Astel masih saja diganggu oleh Mery.

Melihat kedua adiknya sudah siap ia kemudian juga segera bergegas pula untuk mandi dan menyusul mereka ke ruang makan.

Pada saat itu Jam telah menunjukkan pukul 19.30 malam...

Emmy akhirnya telah selesai mandi dan berjalan masuk ke ruang dapur, dimana ia sudah mendapati peralatan makan sudah disiapkan di meja oleh kedua adiknya.

Serta terlihat di meja makan Mery sudah mulai menjahili Astel lagi setelah menyiapkan peralatan makan untuk makan malam, remaja perempuan itu terlihat menendang-nendang kaki Astel secara terus-menerus sambil tertawa terbahak-bahak.

“Sakit ! Oi apaan sih kamu Mery?! Dari tadi usil mulu”, ujar  Astel yang terlihat mulai kehilangan kesabaran karena terus-menerus diganggu oleh adiknya itu dari tadi.

Namun peringatan Astel seperti tidak di dengar oleh Mery malahan adiknya itu mulai semakin menjadi-jadi.

“Hahahaha....kakak bodoh gak beranikah melawanku”, Ejek Mery semakin menendang kaki Astel dengan keras.

“Sakit! Oh dasar gadis kurang ajar!”, Astel yang akhirnya kehilangan kesabaran akhirnya membalas tendangan ke kaki Mery sedikit keras.

"Aduh!", Jerit Mery kemudian memegangi kaki kirinya.

"Rasain!", Ujar Astel yang terlihat puas melihat adiknya itu merasakan sakit di kakinya seperti dia rasakan.

Walau sedikit kesakitan ternyata Mery masih belum kapok. ia kemudian menginjak kaki Astel lagi dengan keras membuat Astel langsung seperti orang menahan teriakan kesakitan.

"HMMMPPPPPP!!!"

“Hahahah!”

Astel seketika ingin membalas namun Emmy kemudian menepuk tangannya sekali dengan keras menandakan supaya mereka untuk segera berhenti dan membantunya memasak makanan.

“Oi sudah-sudah waktunya masak untuk makan malam ! ”

Seketika melihat kakak tertua mereka sudah datang mereka akhirnya berhenti pertengkaran mereka layaknya seperti anak-anak patuh dengan orang tuanya mereka hanya terlihat duduk manis sambil tersenyum ke arah Emmy.

“Hah...kalian ini..Ya sudah yuk kita memasak ”, ujar Emmy kemudian berjalan ke dapur.

"Gara-gara kamu aku jadi ikut terkena marah...", bisik Astel ke kuping Mery.

"Enak aja..lagian siapa suruh pasang wajah bodoh ke aku", balas Mery dengan nada bisik-bisik.

"Ahh sudahlah yuk masak dulu aku lapar jugaan", Astel kemudian beranjak dari kursinya dan mulai berjalan menyusul kakaknya, di ikuti oleh Mery.

Di dapur Emmy mengeluarkan berapa bahan makanan,  kemudian tangan kanannya memegangi dagunya sambil berpikir akan memasak apa untuk dirinya dan kedua adiknya. Disaat bersamaan kedua adiknya akhirnya menyusulnya.

Dengan antusias Mery kemudian langsung mendekati kakak tertuanya itu.

“Hari ini kita makan apa kak?”

Emmy kemudian terdiam sejenak sambil melihat bahan makanan yang ada saat ini : daging ayam, berapa sayuran seperti wortel, kentang,dan sawi. Emmy juga melihat masih ada kaldu sop ayam sehingga ia mulai mendapatkan ide membuat sop ayam untuk makan malam mereka.

“Bagaimana kalau sup ayam malam ini? Karena cuaca juga dingin enakan hari sup ayam ditambah sayur”, ujar Emmy namun Astel telihat menggelengkan kepalanya sehingga Emmy mengira adiknya itu tidak setuju.

Namun Astel kemudian berjalan di rak bawah lemarinya dan mengeluarkan jamur dan berapa telur.

“Kalau sup ayam doang mungkin kurang wah sih kak...apalagi besok sudah malam tahun baru bagaimana kalau kita buat sesuatu baru misalnya nasi telur ayam jamur?”, Astel kemudian mengeluarkan berapa jamur dan telur yang disimpan di  rak bawah lemarinya .

"Ide bagus!", ujar Emmy dengan setuju mengingat sayuran sangat penting untuk tubuh mereka.

“Ahhhh…kalian berdua maniak sayuran padahal aku gak suka sayur”, Ujar Mery terlihat cukup sebal karena kedua kakaknya selalu membuat makanan menyertakan sayuran didalamnya.

Walau begitu bukan berarti Mery tidak menyukai sayuran dan pada akhirnya Mery hanya bisa ikut membantu mereka memasak.

Setelah menetapkan menu merekapun segera memasak..

Terlihat didapur ketiga kakak-adik sangat kompak bahkan Astel dan Mery yang sering bertengkar jadi terlihat sinkron saat memasak makanan.

Setelah hampir 30 menit mereka memasak akhirnya sup dan nasi jamur ayam mereka sudah selesai dan siap disantap

"Waahh...", mereka bertiga terlihat terkesima dengan hasil masakan mereka.

"Waktunya makan", mereka bertiga memejam mata terlebih dahulu sebelum pada akhirnya mulai mengambil porsi makanan mereka masing-masing.

Dimana ketika Mery memasukkan 1 suapan sendok ke mulutnya, matanya seperti memancarkan cahaya kebahagiaan.

“Ini Enak!”, sambil memasukan makanan kedalam mulutnya lagi, membuat Mery terlihat bahagia sambil memegangi kedua pipinya.

Seketika mengetahui rasa masakannya begitu enak, Mery mulai makan dengan terburu-buru...

“Oi Mery jangan buru-buru nanti tersedak lo!”, Ujar Emmy memperingati Mery agar makan dengan perlahan-lahan.

“Biarin aj kak kesedak juga baru tau rasa”, Balas Astel agar kakaknya membiarkan Mery makan hingga tersedak, mendengar itu Mery jadi terlihat tersinggung.

“Apa yang kakak ngo-…(*uhuk)..(*uhuk)”, Mery seketika tersedak setelah berusaha membalas perkataan Astel.

“Tuh kan kesedak Mer…ini minum dulu”, Emmy kemudian memberikan segelas berisi air putih kepada Mery yang langsung diminum adiknya itu.

Namun Astel yang seketika melihat Mery tersedak langsung tertawa, lupa jika masih ada makanan dimulutnya.

“Hahaha...(*uhuk)..(*uhuk!)”, Astel yang seketika juga ikut tersedak.

“Haduh kalian berdua ini kenapa sih?”, Emmy kemudian juga memberikan gelas minuman kepada Astel, sontak melihat Astel tersedak Mery yang sudah merasa legaan setelah minum langsung menertawakannya.

“Kamu juga sama aja kak! Hahahaha”, ejek  Mery melihat Astel tersedak makanan.

“Berisik!”

“Sudah kalian berdua ini…ayo selesaikan makanan kalian!”, bentak Emmy dengan nada kesal dengan tingkah mereka berdua.

“Baik kak….”

..........

........................

Setelah selesai makan malam mereka bertiga biasanya akan mengobrol dan Emmy selalu bertanya mengenai pengalaman kedua adiknya hari ini disekolah.

“Jadi bagaimana sekolah kalian hari ini?”, tanya Emmy dengan penuh penasaran mengenai kegiatan mereka disekolahan,

Mendengar itu Mery dengan tanpa ragu-ragu menceritakan pengalamannya saat di sekolah

“Kalau aku biasa aja sih kak hari ini…karena hari ini juga ekskul basketku diliburkan untuk persiapan tahun baru besok”, cerita Mery dimana ia ingat lapangan basket sekolahnya berada di lapangan terbuka sedang dijadikan tempat untuk melakukan persiapan tahun baru.

“Ok lah kalau belajarmu bagaimana?”

“Tidak ada banyak pelajaran hari ini lebih banyak membahas soal persiapan besok sih kak..tapi serius hari ini sedikit capek karena aku harus bantuin teman-teman ”

“Ok baguslah Mery mau membantu buat persiapan besok”, Ujar Emmy terlihat bangga dengan Mery. Mendengar pujian sang kakak Merry kemudian terlihat senang.

"Kalau kamu gimana Astel bagaimana", Emmy kemudian menatap Astel sambil tersenyum menantikan jawaban dari adik laki-lakinya itu.

Mendengar perkataan kakaknya Astel sontak sedikit terkejut dimana dia tetap masih menyembunyikan tiket konsernya disaku celananya.

"Hmm ada apa Astel?"

"Ehmm....", Astel kemudian menggaruk-garuk kepalanya, wajahnya mulai tegang karena dia  bingung ingin bilang apa ke kakaknya mengenai hari ini.

Astel semakin tegang sehingga membuat Mery dan Emmy tampak kebingungan.

“Heh kak napa tegang gitu kak? Habis ditolak ama kak Hanako ah?”, Ujar Mery sambil yang tentunya membuat Astel terkejut.

“Apaan sih? Dia cuma teman kerja kelompokku saja! tidak ada lebih dari itu!", balas Astel namun Mery dan Emmy sontak tertawa mendengarnya.

"Tapi memang bisa saja kamu suka dengannya bukan?", balas Emmy sontak membuat Astel tidak menyangka bahwa kakaknya juga setuju dengan jawaban asal Mery.

"AHH!  sudahlah aku ceritain kejadianku hari ini deh”, ujar Astel degan betenya mulai menceritakan kejadian ia alami saat sekolah walaupun begitu Astel tidak menceritakan kejadian ia berkelahi lagi saat disekolah tadi.

Hingga akhirnya dia bercerita terlalu jauh sampai ketika ia diajak ke kafe dengan Bram dan Hanako.

“Jadi begitulah…saat itu pulang Bram mengajakku ke kafe terlebih dahulu kemudian disusul teman-temanku yang lain dimana sebenarnya Bram ingin mengajak kita ke....”, Astel kemudian sontak terdiam sesaat dimana ia tersadar bahwa ia telah bercerita mengenai pertemuannya dengan teman-temannya di kafe.

“Ingin pergi kemana?”, tanya Emmy yang mulai terkejut mendengar bahwa mereka akan mengajak Astel ke suatu tempat.

Mengetahui ia sudah tidak mungkin menghindari pertanyaan sang kakak,  Astel kemudian terlihat  menghirup nafas untuk menenangkan dirinya..

Astel kemudian mengeluarkan ticket konser “The Jaguar” pemberian Bram kepada kakaknya Emmy dan ditunjukkan kepada Mery yang sontak terkejut melihat tiket konser tersebut.

“ Dia memberiku Ini…”, ujar Astel sambil memperlihatkan ticketnya kepada Emmy.

"Ini kan konser The jaguar?? band yang akan main di pusat kota besok kak!", ujar Mery dengan terkejut mengingat ia juga suka mendengar musik The Jaguar.

Melihat tiket tersebut sontak membuat Emmy menghela nafasnya seperti kecewa dan ia kemudian mulai melepaskan kacamatanya sambil memandang Astel menunggu penjelasannya.

Melihat tatapan kecewa dari kakak tertuanya Mery-pun yang bisa menebak situasinya kemudian hanya terdiam, karena ia tahu akan ada perdebatan antara mereka setelah ini.

“Jadi gini kak tadi Bram dan teman-teman mengajakku nonton konser The Jaguar”di pusat kota…hanya saja aku ingin kakak menginjinkanku bersama dengan teman-teman..tapi ..."

“Astel jika soal ini…kamu pasti sudah tahu kan jawabannya kan?”, tanya Emmy yang mulai memandang serius Astel.

“Iya…aku tahu”,ujar Astel dengan nada lesu.

“Astel tahu kan kalau kamu memiliki gejala Misophonia yang akan muncul ketika ada keramaian atau suara kerumunan? sudahkah kamu pikir baik-baik apa yang terjadi ketika kamu nanti tiba-tiba ada suara mengerikan datang ke kepalamu? ”, jelas Emmy kemudian setelah melihat tiket konser Astel dengan seksama ia kemudian mengembalikan ticket konser kepada Astel.

"Iya aku tahu...tapi...."

"Tidak ada tapi-tapi Astel ! mari kita sembuhkan dulu gejalamu itu baru kamu bisa pergi kemanapun kamu mau..", kata Emmy dengan tegas kepada Astel supaya adiknya itu menyerah untuk ikut ke konser.

"Kak dengarkan aku dulu..."

"Astel...kumohon berhenti...bilang ke Bram besok..kamu tidak jadi hadir nanti soal  ticket kakak akan ganti nanti".

Sebenarnya Emmy bisa saja menyuruh Mery menggantikan Astel tetapi melihat jika itu tidak adil dan mungkin melukai perasaan Astel maka Emmy lebih memilih membatalkannya.

Namun...

Mendengar itu Astel seketika terlihat mulai emosi, ia merasa kakaknya mulai tidak mau mendengarkannya mulai sok menjadi orang tua yang suka menyuruh-nyuruh anaknya.

"Kumohon dengarkanku kak!", bentak  Astel sontak melepaskan emosinya.

Tentu akibatnya Mery dan Emmy sontak terkejut dengan amarah Astel.

“Aku ingin ikut bersama teman-temanku kak…aku juga ingin menjadi normal dan bermain bersama teman-temanku!”, ujarnya kepada kakaknya Emmy.

"Astel tenangkan dirimu"

"Aku sudah capek dengan kehidupanku sekarang dimana sudah empat tahun aku terjebak dengan perasaan takut hanya karena Misophoniaku ini! sekarang aku ingin mencoba menghadapinya dan membutikkan aku bisa sembuh besok itu juga!"

"Astel tenangkan dirimu....Astel kamu itu belum sembuh ingatkan kata dokter psikolog seminggu lalu? gejala Mishoponiamu masih belum ada penurunan sehingga sekali saja kamu mendengar suara keributan...suara menakutkan itu akan menghantuimu lagi!", kata Emmy yang sontak mulai perlahan-lahan membujuk Astel untuk tenang.

"Dr. Psikolog itu bahkan tidak melakukan test trauma padaku! ia hanya menanyaiku berapa pertanyaan tanpa memberiku sedikitpun waktu untuk mencoba kembali mendengar suara keributan!"

"Astel..."

"Tidak! aku akan ikut dengan Bram dan yang lain besok dan aku akan buktikan sendiri aku bisa!"

"Astel!"

Sontak Emmy kemudian berdiri dan mulai tersulut amarah melihat adiknya itu mulai tidak terkendali.

"Astel apa yang aku lakukan ini demi dirimu dan kebaikanmu sendiri! kamu seharusnya tahu malu bahwa akan sangat berbahaya jika kamu tiba-tiba berteriak kesakitan di tengah kerumunan orang-orang disana besok!"

Namun bukannya malah mendengarkan kakaknya, Astel seketika juga beranjak dari kursinya seperti menantang kakak laki-lakinya itu. Dimana tatapan mereka saling memandang tajam satu sama lain.

"Kakak pikir aku akan takut dengan gertakan kakak ? "

Mery sontak hanya bisa memandangi kedua kakaknya dengan perasaan cemas, ia cemas bila kedua kakaknya justru akan melakukan perkelahian di dalam rumah.

"Astel kumohon...jangan"

“Aku sudah muak perlakuanmu kak! Aku juga ingin bersenang-senang dengan teman-temanku! biarkan aku mencobanya dengan caraku sendiri!”

"Bagaimana jika kamu gagal? siapa yang akan menolongmu besok?"

"Tenang saja! aku ada teman bisa menolongku tidak seperti kakak yang tidak bisa menemukan kedua orang kita!"

Sontak Emmy terkejut dengan perkataan Astel....Ia tidak menyangka Astel berkata seperti itu kepadanya. Memang benar semenjak 4 tahun lalu kedua orang tua mereka tidak pernah ditemukan kembali walaupun Emmy sudah berjuang mencari mereka tetap saja mereka tidak ditemukan.

Bahkan sudah 4 tahun lamanya..mungkin karena tidak kunjung menemukan kedua orang tua mereka, nama ayah mereka seakan tidak lagi di ingat oleh mereka bertiga.

"Kakak...sebenarnya tahukan kalau kedua orang tua kita juga diambil oleh mata bedebah itu? tapi tidak menceritakannya pada kami?", tanya Astel yang semakin membuat Emmy hanya terdiam.

"Astel...aku..."

"Ya ya  aku tahu saat itu kami masih kecil dan kakak takut melukai perasaan kami kan? tapi kami sudah besar dan cepat atau lambat kamu juga pasti sadar! kedua orang tua kita sudah tiada oleh mata itu!"

Astel kemudian melihat Emmy terlihat mulai terpukul begitu juga dengan Mery yang sontak mulai menangis karena di ingatkan dengan perisitiwa terjadi 4 tahun lalu.

Melihat kakak dan adiknya terpukul dengan perkataanya Astel sadar ia berkata terlalu kejauhan, bagaimanapun mereka sudah hidup bertiga cukup lama.

Astel tahu ia harusnya minta maaf tapi tekadnya sudah bulat...ia ingin ikut ke konser band "The Jaguar" bersama teman-temannya.

“AHH sudahlah malam ini aku akan menginap kerumah Bram! aku sudah cepek dengan ini semua",  Astel kemudian beranjak pergi dari dapur dan mulai beranjak keluar dari rumah dimana mulai terdengar bantingan pintu dan suara lonceng pintu begitu keras.

“BRAAK! Kringgg!!”

Dalam perjalanan Astel terlihat  mengeluarkan air mata dari matanya dan merasa sangat bersalah atas tindakannya barusan.

Sementara di dalam rumah..pandangan Emmy hanya memandangi kepergian Astel dari dalam ruangan. Ia  tidak mengejar dan mencegah Astel pergi.

Ia hanya bisa duduk di kursinya sambil merenungkan kejadian pada hari ini...

Mery yang melihat kakak tertuanya bersedih kemudian mendekatinya untuk menenangkannya.

Ia juga bersandar di bahu kanan kakaknya itu menyerahkan kepalanya di bahu kakaknya. Rambut pirangnya yang  panjang seketika menyadarkan Emmy bahwa masih ada sang adik bungsu yang tidak meninggalkannya sendirian.

Emmy hanya bisa mengelus kepala Mery sambil terus menatap ke-arah pintu keluar.....

**Lanjutan: Bab 4: Malam terakhir sebelum tahun baru 2028 **

Terpopuler

Comments

barbiquiu2011

barbiquiu2011

Di luar dugaan

2025-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!