"Ahh.... sampai juga"
Astel akhirnya tiba di depan rumahnya namun ia masih merasa takut untuk masuk, pandangan Astel kemudian kembali menuju bulan.
"Entah kenapa saat aku melihat tadi selama perjalanan seperti ada yang melihatku dari arah bulan"
Sontak Astel mulai teringat sekilas kejadian dia alami 4 tahun lalu dimata ada mata raksasa menggantikan posisi matahari dan ada banyak korban berjatuhan.
Namun sebelum Astel semakin teringat masa kelam disebabkan Eye Of Massacre, ia kemudian menggelengkan kepalanya.
"Ugh....aku membayangkan apaan sih? aduh..."
Setelah diam sejenak untuk menenangkan pikiran, pandangannya kemudian tertuju pada rumahnya yang pernah hancur 4 tahun yang lalu.
Astel ingat betul saat rumahnya hancur membutuhkan biaya yang sangat besar untuk memperbaikinya, mereka dulu sangatlah kesusahan mencari biaya perbaikan rumah, beruntungnya mereka bertemu dengan keluarga Dimara atau keluarga Bram.
Mereka adalah keluarga berasal Papua yang merantau ke Kota Pavolia alasannya karena bisnis pertambangan mereka harus ditutup akibat serangan Eye Of Massacre. Terlepas bisnis mereka dihancurkan mereka tetaplah tidak menyerah untuk membuat halaman baru yang kini seperti Bram sudah ceritakan bahwa ayahnya kini membuat bisnis pengelolaan udang bahkan sudah sampai ke Malaysia.
Walau termasuk keluarga sukses mereka sangatlah baik bahkan tidak menunjukkan sedikitpun kesombongan malahan mereka adalah keluarga yang senang membantu.
Seperti ketika ia dan kakaknya bertemu dengan mereka tanpa ragu mereka langsung mau membantu biaya perbaikan rumahnya, bahkan mereka meminta Emmy untuk tidak terburu-buru melunasi biaya rumah kepada mereka.
Kini rumahnya yang telah hancur 4 tahun yang lalu telah kembali kokoh berkat bantuan keluarga Bram. Arsitektur rumah masih sama yaitu rumah tipe 120, dimana rumah mereka masih terdiri dari 2 lantai, ada halaman kecil dan ada tempat garasi, yang membedakan adalah kini garasi mereka harus berubah menjadi tempat klinik untuk digunakan Emmy bekerja sebagai dokter umum.
Selain itu semenjak kejadian Eye of Massacre, Emmy juga memutuskan tidak lagi bekerja di rumah sakit terbesar dan terkenal di kota ini yaitu Rumah Sakit Adi Purnama. Walaupun ini cukup disayangkan oleh Astel mengingat gaji menjadi dokter dirumah sakit tersebut cukup tinggi daripada menjadi dokter umum yang berdiri sendiri.
Hanya saja Astel sebenarnya tau bahwa ia tahu alasan mengapa kakaknya memilih untuk bekerja dirumah menjadi dokter umum adalah karena dirinya dan Mery.
"Banyak hal sudah terjadi...", Astel kemudian menarik nafas dalam-dalam dan kemudian memutar ganggang pintu masuk rumahnya.
Ketika ia membuka pintunya terlihat cahaya terang berasal dari lampu ruangan ruang tamu telah menyambut kepulangannya.
"Ahh Astel sudah pulang?", terdengar seorang pria diarah ruang tamu, yang terletak disamping kiri pintu masuk.
Astel seketika menengok ke arah ruangan tamu dan terlihat kakaknya Emmy yang kini sudah berusia 26 tahun sedang duduk di sofa ruang tahu sambil menulis catatan pemeriksaanya hari ini.
"Ehm...iya kak...sudah pulang", ujar Astel walaupun dengan ragu-ragu mengingat ia membawa 2 surat penting yang harus ia diskusikan dengan kakaknya.
"Hmm ada apa Astel ?", tanya Emmy penasaran mengingat Astel menyapanya dengan ragu-ragu.
"Ehmm....tidak ada apa-apa kok kak hanya kecapekan saja habis nongkrong ama teman-teman tadi...hehehe", jawab Astel sambil menggaruk kepala di bagian belakangnya.
"Tapi sudahlah itu tidak penting! Kalau hari ini kira-kira kakak bagaimana kerjaanya?", tanya Astel balik supaya untuk mengurangi kecurigaan sang kakak.
Mendengar itu Emmy seketika tersenyum.
"Oh...hari ini cukup baik kok barusan ada 7 pasien datang berobat kesini yah walaupun tidak sebanyak kemaren paling tidak lumayanlah hari ini", ujar Emmy sambil kemudian mengetik laporan pemeriksaanya.
"Oh begitu ya kak...syukurlah"
"Yap paling tidak besok kita bisa liburan bersama-sama"
"Ok Ok lalu obat yang katanya kakak buat bagaimana progresnya?"
"Oh?", Emmy kemudian terdiam sejenak sambil memikirkan mengenai obat yang sedang dia kerjakan mengingat selain menjadi dokter ia juga adalah seorang pembuat apoteker dalam membuat obat secara legal.
"Hmm....masih dalam proses sih cuma nantilah setelah liburan tahun baru kakak akan lanjutin lagi obatnya", ujar Emmy yang kemudian merenggangkan kedua tangannya setelah lama mengetik.
"Ya! aku setuju paling tidak ambil hari libur dulu", ujar Astel yang setuju dengan keputusan kakaknya untuk mengambil libur.
"Terima kasih...lagian besok aku juga ingin merayakan tahun baru bersama kamu dan Mery ", ujar Emmy sambil tertawa kecil namun perkataan Emmy itu cukup membuat Astel mulai panik.
Mengingat ia ingin pergi bersama teman-temannya untuk menonton band the jaguar di pusat kota. Astel semakin bingung bagaimana ia akan menyampaikan ini kepada kakaknya dan Mery, ticket yang ia sembunyikan di saku celananya mulai dia pegang.
Astel sebenarnya hendak memberitahukan perihal ini kepada Emmy namun ia tidak jadi dia lakukan mengingat kakaknya sedang sibuk.
"Tapi ya sudahlah sana masuk istirahat sebentar lalu mandi, juga nanti kita harus memasak untuk makan malam kita", Ujar Emmy menyuruh adiknya untuk masuk ke dalam dan bersih-bersih.
Mendengar ucapan kakaknya itu Astel kemudian bergegas masuk.
"Baik kak aku masuk dulu!"
ia kemudian menaiki tangga menuju kamarnya dan langsung masuk ke dalam kamarnya yang terletak berada di tengah-tengah kamar Mery dan Emmy.
Sementara Emmy kemudian melajutkan menulis catatan harian penghasilannya. Dimana Emmy terlihat senyum-senyum sendiri karena memikirkan rencana yang akan dia lakukan bersama kedua adiknya hari esok.
....
.........
...............
Astel segera melepas jaket merahnya dan langsung rebahan di kasurnya, ia menatap lampu di kamarnya mencoba menenangkan pikirannya.
"Aduh bagaimana ini?", ujarnya sambil kemudian ia mengambil tiket konser dan surat skorsingnya dari saku celananya.
Ia kemudian mulai bingung ketika menatap 2 benda yang cukup memancing amarah kakaknya jika ia beritahu.
Di satu sisi Astel jelas tidak ingin membuat kakaknya marah, apalagi kakaknya saat ini sedang dalam keadaan bahagia hari ini.
"Uh....aku harus beritahu yang mana dulu ya"
Astel terus menerus menatap 2 benda tersebut.
"Ahhhh sudahlah!", Astel kemudian segera bangkit dari kasurnya dan langsung menyembunyikan surat skorsingnya kedalam laci mejanya kemudian kembali rebahan di kasurnya sambil menatap kembali tiket konser.
"Yos! aku akan memberitahukan yang ini dulu kepada kakakku", ujarnya dengan yakin mengingat ia sudah bertekad kalau dia akan ikut ke konser bersama teman-temannya.
Apalagi soal surat skorsing bisa ia beritahukan setelah ia pulang bersama teman-temannya dan ia yakin kakaknya yang sudah kecapekan karena menghabiskan waktunya bersenang-senang di tahun baru akan memakluminya.
Namun pikirannya masih saja tidak tenang karena semakin lama ia menatap tiket konser tersebut semakin membuatnya takut mengingat ia memiliki masalah serius dalam dirinya...
Peristiwa cukup mengerikan yang dia alami setelah kejadian 4 tahun yang lalu..
...
.......
............
*4 tahun lalu ketika Eye of massacre telah menghilang**...*
*Astel saat itu masih berusia 10 tahun bersama Mery akhirnya dibawa kerumah sakit setelah mobil ambulan datang kerumah mereka. Saat itu rupanya Emmy sudah tidak sadarkan diri setelah menyelamatkan mereka berdua mungkin karena luka yang ia terima serta faktor kelelahan**.*
Sudah 2 jam mereka menunggu dan langit sudah mulai malam, akhirnya seorang dokter berbadan gemuk dan berkacamata keluar dari ruangan pemeriksaan dan menghampiri mereka berdua.
*Dokter itu bernama Dr. Jonathan yang merupakan sahabat Emmy dirumah sakit ini**.*
"Kalian Astel dan Mery ya?", sapa Dr. Jonathan dengan lembut sambil membungkukan badannya.
*"**Iya...bagaimana dengan ...kakak kami?", tanya Astel dan mery yang masih ketakutan atas peristiwa terjadi pada hari ini**.*
*"**Syukurlah ia berhasil siuman ia hanya kelelahan dan untungnya tidak ada luka fatal yang ia terima**", ujar Dr.Jonathan yang kemudian mengelus kepala mereka berdua.*
*"**Apa kami bisa menemui kakak?", tanya Mery**dengan tatapan khawatir dan penuh harapan untuk bisa menemui sang kakak.*
*Dr. Jonathan kemudian mengangguk mengisyaratkan mereka bisa bertemu dengan kakaknya**.*
*"**Boleh tapi hanya sebentar saja ya... kakak kalian harus banyak istirahat begitu juga dengan kalian harus juga beristirahat**", ujar Dr.Jonathan kemudian membuat Mery dan Astel terlihat gembira.*
*"**Baik dokter terima kasih**!", ujar mereka kemudian mulai turun dari kursi ruang tunggu dan langsung belari menuju kamar kakaknya sementara**Dr. Jonathan mengikuti mereka dari belakang**.*
*Ketika Astel dan mery masuk mereka mendapati seisi ruangan telah dipenuh pasien yang terluka tetapi berhasil selamat, namun pandangan mereka kemudian tertuju kepada kakak mereka yang sudah tersadar namun masih dalam keadaan kelelahan dan terbaring di kasur dengan selang-selang water sealed drainage tertempel di tangannya**.*
*“**Hai…Astel..Mery”, ujar Emmy dengan nada lemah**.*
*“**Kakak**!”, teriak mereka berdua yang tidak bisa melepas rindu kepada kakaknya itu.*
*Mereka berdua kemudian belari kearah kakaknya yang masih tak berdaya untuk beranjak dari kasurnya**.*
*Mereka berdua kemudian menangis terharu-haru di kasur sambil memeluk tubuh sang kakak mereka yang masih terbaring lemas. Walaupun Emmy merasakan sakit ketika Astel dan Mery memanjat kasur dan memeluk berapa bagian tubuhnya masih terluka tapi kakak yang murah senyum itu masih menahan rasa sakitnya dan membiarkan kedua adiknya memegang tubuhnya sambil tersenyum**.*
*Emmy juga mengelus kepala mereka berdua dengan tangan kanannya**.*
*“**Astel..Mery syukurlah kalian tidak apa-apa**..”*
*“**Kakak juga syukurlah masih hidup”, ujar Astel yang terlihat cukup takut bila ia akan kehilangan kakaknya juga mengingat kedua orang tua mereka masih belum ditemukan ataupun menemui mereka**.*
Pada malam itu tidak terlalu banyak yang mereka bisa bicarakan dimana karena Emmy masih kondisi lemah dan tidak bisa pergi bersama kedua adiknya.
*Tetapi setidaknya ia bersyukur karena kedua adiknya hanya memiliki luka kecil dan bisa beristirahat di ruang tamu**untuk menunggunya pulih.*
*Ketika dirasa mereka harus segera beristirahat dokter Jonathan kemudian menepuk halus salah satu bahu masing-masing adik Emmy itu**.*
*“**Baik…sudah waktunya kalian juga perlu beristirahat**", bujuk Dr.Jonathan meminta mereka untuk keluar ruangan dan membiarkan Emmy kakak mereka beristirahat.*
Mendengar itu tampak kecewa raut wajah Mery.
*"**Tapi kami masih ingin bersama kakak!", ujar Mery yang terlihat masih ingin berada ruangan bersama kakaknya**.*
*"**Hahaha Mery...jangan begitu kamu juga perlu istirahat besok pagi kakak pasti juga sudah sembuh dan bisa menemui kalian ingat kita juga harus mencari ayah dan ibu di rumah sakit ini lo...", ujar Emmy dengan lembut**kepada Mery\, seketika gadis kecil itu mulai ***mengangguk setuju\, setelah berpikir sejenak me***ngenai kedua orang tua mereka.*
*"**Baik...", jawab Mery, kemudian ia dan Astel turun dari kasur kakaknya dan hendak pergi keruang tamu bersama dokter Jonathan**.*
*“**Baiklah Jo…aku titipkan kedua adikku sementara waktu ya**”*
*“**Tenang Emmy…aku janji akan merawat mereka**”, balas Dr.Jonathan kepada sahabatnya itu.*
*Namun saat mereka hendak keluar ruangan tiba-tiba terdengar jeritan keras**.*
*"**KYYYAAAAAA**!!!!!"*
*Dimana itu langsung membuat Astel terkejut dan merinding ketakutan**.*
*"**Apa itu kak?", Tanya Astel dengan nada ketakutan**.*
Sontak membuat Emmy merasa bingung.
*"**Astel ada apa**?"*
*"**Aku mendengar suara orang menjerit kesakitan**", ujar Astel kembali*
*"**Apa yang kamu katakan Astel? tidak ada yang menjerit**lo disini"*
*Astel kemudian memperhatikan jendela luar cukup besar yang terbuka diruangan pasien, Astel dengan perasaan gugup berjalan menghampiri jendela tersebut**.*
*"**Nak...kamu baik-baik saja?", tanya Dokter Jonathan yang terlihat bingung dengan tingkah adik laki-laki Emmy**.*
*"**Astel kamu mau kemana?", tanya Emmy yang mulai cemas melihat adiknya tiba-tiba berjalan ke-arah jendela**.*
*Disaat bersamaan di depan pintu juga muncul berapa kasur pasien ditempati seorang pasien berjalan melewati ruangan mereka**.*
*"**Cepat kalau tidak dia akan mati!", teriak seorang suster bergegas mempercepat langkah kasur pasien tersebut untuk membawa pasien yang terluka cukup parah atau mungkin sudah meninggal ke ruang periksa. Dimana hal itu disaksikan oleh Mery**secara langsung.*
*Disaat bersamaan Astel sudah menuju jendela luar dimana ia menengok keluar**..*
*Dimana sekilas Astel melihat ada banyak mayat dan darah dari korban Eye of Massacre dan diiringi tangisan dan teriakan orang-orang yang berduka**.*
*Tidak ini bukan suara teriakan biasa**....*
*Astel sadar bahwa diluar memang ada yang menangis dan menjerit kesakitan tetapi tidak sekeras ia dengar...suara menakutkan ini seakan ia dengar persis di kupingnya**.*
*“**Kakak….aku mendengar sesuatu…yang menakutkan**...", Ujar Astel sontak mulai memegangi kupingnya*
*“**Astel**?"*
*"**Bruk**!",**Belum sempat Emmy selesai dengan Astel, ia dikejutkan dengan Mery yang tiba-tiba jatuh pingsan beruntung Dr.Jonathan langsung memegangi kepala Mery sehingga kepalanya tidak jatuh kelantai**.*
*"**Oi..nak! nak! Astel ada apa ini kok adikmu mendadak pingsan begini ?!", kata Dr.Jonathan dengan keadaan paniknya**.*
*"**Tidak**...."*
*Emmy yang semakin ketakutan dengan kondisi kedua adiknya kemudian menyuruh Dr.Jonathan memanggil bantuan untuk membantu mereka**.*
*"**Jo ! panggil suster atau siapapun untuk membantu Mery terlebih dahulu...aku akan mencoba menenangkan Astel**!"*
*"**Baik**!"*
*Dr.Jonathan kemudian keluar ruangan dan melihat ada suster terlihat terburu-buru akan melewati ruangan mereka**.*
*"**Suster**!!", teriak Dr.Jonathan dengan keras supaya si suster tidak pergi.*
*"**Ehh..Iya ada apa Dokter", tanya sanv Suster tersebut dengan nada terkejut**.*
*"**Cepat bantu anak ini**!"*
*Suster itu kemudian menatap Mery yang tidak sadarkan diri seketika menyadarkannya bahwa ia harus membawa anak itu keruangan pasien lainnya karena ruangan ini sudah penuh dengan pasien**.*
*"**Ba--Baik!", Suster i dan Dr. Jonathan kemudian mengangkat tubuh Mery dengan perlahan-lahan hendak membawanya keruangan pasien lain**.*
*Sementar Emmy yang cemas dengan keadaan Astel terus-menerus memanggilnya**.*
*"**Astel!!! jangan dengarkan suara itu! Astel**!"*
*Namun teriakan Emmy tidak di dengar Astel dimana kedua kuping Astel terasa sudah di tutupi oleh suara-suara mengerikan**.*
*“**Tidak…..tolong….Kami**!….” *
* “**LARIIIIIII**! .”*
* “Selamatkan kami!.”***
* “Selamatkan KAMIIIII “TOLONGGG!”*
“Tolong AKUUUU!.”
“TOLONGGG!”
*Astel kemudian semakin menutup kupingnya dengan erat dengan ketakutan**.*
*“**Apa ini?????!! Siapa kalian?”, Jerit Astel ia kemudian menggelengkan kepalanya tetapi suara jeritan dan permintaan tolong semakin keras di dengarnya**.*
*“**TOLOOOOOOONGGGGGG!! KAMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII**!”*
“AHHHHHH!”, teriak Astel yang tidak kuat lagi mendengar suara-suara tersebut.
*“**Astel…! ASTELLLLL!”, teriak Emmy yang kemudian segera beranjak dari tempat tidurnya melepas semua selang-selang ditangannya walaupun ia tahu bahwa ini sangatlah berbahaya tapi ia tidak punya pilihan lain selain harus menolong adiknya tersebut**.*
*Astel masih saja teriak ketakutan mencoba supaya suara-suara mengerikan tersebut segera berhenti**.*
*"**AHHHHHHH**!"*
*Sebelum akhirnya Emmy kemudian menutup kupingnya Astel dan mengucapkan sebuah kalimat seperti sebuah mantra kepada Astel. Seketika suara yang didengar Astel menghilang dan membuat tubuh Astel terjatuh lemas**.*
*Disaat bersamaan Dr.Jonathan sudah kembali ke kamar perawatan mendapati Emmy beranjak dari kasurnya dan sudah ada adiknya yang terlihat setengah sadar rebahan di**tangannya.*
*"**Emmy kamu tidak apa-apa**?", tanya Dr.Jonathan seketika Emmy menganggukan kepalanya.*
*"**Tidak apa-apa...semua sudah selesai", ujar Emmy yang kemudian mulai batuk-batuk parah mengingat ia memaksa tubuhnya yang lemah untuk bergerak**.*
*"**Emmy!", Dr. Jonathan kemudian mendekati Emmy dan melihat kondisinya semakin parah**, ia kemudian mulai mendekati Emmy.*
*"**Tidak apa-apa....Jo...semua sudah selesai", ujar Emmy kemudian mengelus kepala Astel dimana perlahan-lahan Astel mulai kehilangan kesadarannya karena terlalu lemah**.*
*Namun sebelum Astel kehilangan kesadarannya ia sempat mendengar ucapan kakaknya dengan Dr.Jonathan**.*
*"**Apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua adikmu Emmy**?"*
*"**Mery hanya kelelahan tapi Astel.....", Emmy kemudian memandang adiknya itu sebelum adiknya akan tertidur**.*
*"**Ia menderita Mishoponia berat**....."*
**Lanjutan: Bab 3: Mishophonia dan Konflik Part 2 **
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments