Mayra menghela nafas saat menatap kursi Agam yang tampak kosong.
"Agam sakit? Emang bisa?" tanya Rere yang baru saja kembali dari kantin sambil menenteng satu keresek penuh berisi camilan.
Mayra mengalihkan pandangan ke arah kresek yang di tenteng Rere lantas mencomotnya. Di keluarkannya seluruh isi keresek ke atas meja.
"Agam itu manusia biasa, Re!" ucap Mayra sambil memilih camilan yang hendak dilahapnya.
"Manusia biasa berhati dingin. Macam ice cream ini!" jawab Rere sambil mengacungkan sebatang ice cream coklat yang ia comot dari atas meja.
Mayra meraih ice cream yang Rere acungkan lantas membuka bungkusnya. "Selain dingin, ice cream juga lembut dan manis," ujarnya Kemudian melahap ice cream yang mulai mencair. Mayra melahapnya sambil tersenyum, mengingat kembali Agam yang sudah menyelamatkan dirinya dari omelan Bu Siska pagi ini, bahkan Mayra mendapat nilai sempurna berkat buku latihan milik Agam yang ia salin semalam.
"Dasar bucin," ledek Rere.
Agam memang terkenal memiliki perangai dingin dan irit bicara. Namun karena memiliki kemampuan akademik dan non-akademik yang mumpuni. Ditunjang dengan wajah tampan dan tubuh ideal, membuat seorang Agam menjadi idola di sekolah. Terkecuali bagi Rere yang sejak awal memang sudah tidak menyukai Agam.
*****
Rumah mewah keluarga Mahardika.
"Sudah cukup, Bund... Agam sudah kenyang," tolak Agam saat bunda Alya menyodorkan suapan ketiganya.
"Baru tiga suap. Kenapa sudah kenyang?" protes bunda Alya. Tangan kanannya masih tetap menyodorkan sendok berisi bubur yang ia masak sendiri. Pagi tadi, suhu tubuh Agam naik cukup tinggi. Bunda Alya yang khawatir, meminta Agam untuk tetap berada di rumah sampai suhu tubuh Agam kembali normal.
Agam terpaksa membuka mulutnya, menerima kembali satu suapan penuh kasih sayang yang bunda Alya sodorkan, meski perut dan mulutnya sudah merasa tidak nyaman.
Bunda Alya hendak kembali menyodorkan satu suapan lagi. Namun kali ini, Agam benar-benar menolaknya. Bunda Alya yang menyerah, akhirnya hanya meminta Agam untuk meminum obatnya saja.
"Tidurlah! Jangan dulu bermain ponsel apalagi pergi keluar! Atau bunda panggilkan Om Haris untuk memeriksa mu," ancam bunda Alya sebelum keluar dari kamar Agam.
Agam hanya mengangguk. Meski sudah dipastikan jika ia tidak akan mematuhi ucapan sang bunda.
Begitu bunda Alya menutup pintu, Agam beranjak dari kasur besarnya untuk meraih ponsel yang tergeletak di atas meja belajar. Semalam setelah mengirim pesan pada tambatan hatinya, Agam tidak lagi bermain ponsel bahkan sengaja menonaktifkannya.
Begitu Agam menghidupkan kembali ponselnya, banyak notifikasi pesan maupun panggilan yang masuk. Namun tak ada satu pun yang membuat Agam tertarik untuk membukanya. Agam malah langsung mengetik pesan untuk ia kirimkan pada seseorang.
"Aku tunggu di tempat biasa!"
*****
Mayra menatap ulang layar ponselnya, membaca kembali pesan yang Agam kirim.
"Apalagi sekarang?" tanya Rere saat menatap wajah Mayra yang terlihat muram.
"Pasti dari Agam...! jangan bilang kalau Lo mau batalin janji Lo hari ini," tebak Rere.
Mayra menatap sendu Rere lantas mengangguk lesu. "Maaf," ucapnya penuh sesal.
Rere berdecak, " May, Lo kan udah janji tadi pagi mau nonton bareng gue di Mall...! Lagian mumpung hari ini si Mr ice boy ngga masuk, Lo bisa sedikit bebas kan?"
Mayra menundukkan kepalanya, merasa tidak enak karena harus kembali membuat sahabatnya kecewa.
"Maaf..." ulang Mayra. kata "Maaf" yang Mayra lontarkan seolah memberi jawaban jika tebakan Rere benar. Mayra berniat membatalkan janji mereka.
"Agam terlalu mendominasi hidup Lo! Padahal dia bukan siapa-siapa Lo!" Rere yang kesal, lantas beranjak dari duduknya kemudian berlalu pergi.
Bukan tanpa alasan Rere berkata demikian. Karena sudah berulang kali Mayra membatalkan janji mereka hanya karena seorang Agam.
Melihat Rere yang pergi dengan rasa kesal, semakin membuat Mayra merasa tidak enak hati karena sudah berulang kali mengecewakan Rere. Apalagi, selama ini Rere lah yang selalu membantu Mayra ketika berada di sekolah.
Mayra kembali menatap layar ponselnya, lantas mengetik sebuah pesan yang akan ia kirimkan untuk Agam. Untuk pertama kalinya, Mayra tidak patuh terhadap Agam.
Begitu pesan yang Mayra ketik terkirim pada Agam, Mayra buru-buru menonaktifkan ponselnya, lantas pergi mencari Rere untuk meminta maaf dan membujuk sahabatnya itu.
****
Bel panjang tanda pulang berbunyi. Mayra dan Rere bergegas membereskan alat tulis mereka. Sesuai rencana awal, sepulang sekolah Mayra dan Rere akan pergi menonton film di bioskop yang berada di salah satu mall. Sebelumnya, Mayra berhasil membujuk Rere agar tidak lagi merasa kesal. Mayra berjanji untuk tidak membatalkan rencana mereka.
Setelah menempuh 20 menit perjalanan menggunakan mobil yang Rere kendarai. Akhirnya Mayra dan Rere sampai di tempat tujuan. Keduanya tidak langsung menuju bioskop, namun singgah lebih dulu ke sebuah restoran cepat saji untuk mengisi perut. Masih ada waktu satu jam sebelum film yang menjadi incaran mereka diputar di bioskop.
"May, Lo mau pesen apa?" tanya Rere begitu sampai di restoran.
"Terserah Lo aja," jawab Mayra tanpa menatap Rere. Kedua mata Mayra malah menatap ponsel yang masih dalam keadaan nonaktif. Mayra tidak berani mengaktifkan ponselnya. Takut Agam menghubunginya dan memaksanya untuk segera pulang.
Rere kembali sambil membawa tiga porsi makanan dalam porsi jumbo, kemudian meletakkannya di atas meja.
"Banyak banget, Re... Kita kan cuma berdua?" tanya Mayra ketika melihat tiga porsi makanan dengan ukuran jumbo yang Rere pesan.
"Yang satu porsi buat sepupu gue," jawab Rere sambil mencomot sepotong ayam goreng tepung.
Mayra menatap Rere, masih tidak mengerti dengan apa maksud ucapan Rere barusan. Karena rencananya mereka hanya nonton berdua.
Merasa ditatap dengan tatapan butuh penjelasan. Rere meletakkan kembali ayam goreng yang hendak ia gigit. Lebih baik ia memberi penjelasan dulu pada Mayra daripada makan sambil terus dipelototi.
"Gue emang sengaja ngajak sepupu gue buat nonton bareng. Lumayan duitnya, bisa kita manfaatin buat bayar tiket nonton," papar Rere tanpa rasa bersalah bahkan tersenyum lebar hingga menampakkan jajaran gigi putihnya.
Mayra menghela nafas. "Cowo atau cewe?"
Belum sempat Rere menjawab. Seorang pemuda tampan mengenakan jins hitam dan kemeja putih dengan lengan yang digulung menghampiri Rere.
"Re..."
Rere menoleh, senyum Rere pun semakin merekah melihat orang yang baru saja ia bicarakan tengah berdiri di sampingnya.
"Kak Arsen..." Rere beranjak dari duduknya kemudian memeluk pemuda tampan itu.
Di sisi lain.
Agam yang mendapat pesan balasan dari Mayra, langsung meraih kunci motor kemudian pergi untuk menjemput Mayra. Beruntung saat itu bunda Alya sedang tidak berada di rumah sehingga Agam tidak perlu beralasan apapun untuk bisa keluar dari dalam rumah.
Motor yang Agam kendarai melaju dalam kecepatan tinggi, ia harus sampai di sekolah sebelum bel pulang berbunyi. Agam berniat untuk menggagalkan rencana Mayra.
Mayra memang mengirim pesan balasan pada Agam agar tidak perlu menjemputnya. Mayra beralasan jika ia hendak pergi kerja kelompok bersama Rere.
Sampai di depan pagar sekolah, Agam terkejut karena sekolah sudah tampak sepi. Itu artinya, Agam terlambat datang menjemput Mayra.
Agam menarik nafasnya dalam, lantas merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Agam berniat untuk menghubungi Mayra.
Beberapa kali Agam mencoba menghubungi ponsel Mayra, namun ponsel Mayra yang sengaja dinonaktifkan tentu saja membuat Agam selalu gagal menghubungi Mayra.
Agam mengepalkan kedua tangannya. Kulit wajahnya tampak memerah. Ketara sekali jika Agam tengah menekan emosinya.
"Mayra...!"
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Hiatus
agam jadi cowok jangan terlalu terobesisi deh
2025-01-18
0
Obito Uchiha
rere ini tipe temen yg keren abis. bener kata rere, jangan biarin agam mendominasi hidup mayra, karena meski polos, mayra berhak nentuin hidupnya sendiri. bentar lagi mayra kayaknya bakal disemprot sama agam nih karena gak ngaktifin hp
2025-04-10
0
Filanina
Terlalu obsesif dia. Kayak ga pernah nanya pendapat Mayra.
Di real life memang hubungan yang nggak sehat.
2025-01-17
1