Bab 4

"Darimana saja kalian?" Vino Mahardika berkata seraya menatap tajam Agam dan Mayra yang kompak menundukkan kedua kepala mereka.

"Ayah, biarkan mereka berganti pakaian dan makan malam lebih dulu," ujar bunda Alya yang muncul dari dalam rumah kemudian berjalan mendekati putra putrinya.

Ayah Vino yang berniat menegur Agam, memilih mengurungkan niatnya saat sang istri tercinta sudah mulai membuka suara untuk membela sang putra.

Bunda Alya yang berdiri di depan Agam dan Mayra, tampak menggelengkan kepalanya melihat keadaan keduanya yang tampak basah kuyup. Namun saat menatap ke arah Mayra, bunda Alya menyunggingkan senyum tipisnya.

"Kalian masuklah dulu. Ganti pakaian, lalu temui bunda di ruang makan." ujar bunda Alya dengan lembut.

Agam dan Mayra kompak mengangguk. Keduanya lantas berjalan bersama masuk ke dalam rumah.

"Bunda..."

Mendengar panggilan dari ayah Vino, bunda Alya kembali menyunggingkan senyumnya, lantas berjalan menghampiri ayah Vino yang masih berdiri tegak hendak memprotes.

"Mereka baru saja pulang, Mas. Nanti saja kalau mau menegur mereka," ujar bunda Alya sembari meraih lengan kekar Ayah Vino untuk ia gandeng masuk ke dalam rumah. Jika sudah digandeng seperti itu, mana bisa ayah Vino melanjutkan protesnya.

*****

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Agam dan Mayra lantas menemui bunda Alya di meja makan.

"Ayo duduk dan makanlah dulu," ujar bunda Alya ketika melihat Agam dan Mayra menemuinya di ruang makan.

Lagi-lagi Agam dan Mayra hanya mengangguk patuh. kemudian menarik kursi yang biasa mereka duduki saat makan bersama.

Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring, karena semua orang yang berada di meja makan hanya fokus untuk menikmati makan malam tanpa obrolan apapun.

Selesai menyantap menu makan malam, Ayah Vino lebih dulu meninggalkan meja makan. Pria paruh baya itu hendak kembali ke ruangan kerjanya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum beristirahat. Sementara masalah Agam dan Mayra, sepenuhnya sudah ia serahkan pada bunda Alya.

"Jadi... Kenapa kalian bisa pulang terlambat sambil basah-basahan seperti tadi?" tanya bunda Alya setelah melihat ayah Vino meninggalkan ruang makan.

Agam menghela nafasnya, kemudian menatap wajah bundanya yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Tadi sebelum pulang, kami mampir ke danau di pinggir kota, lalu..."

"Lalu kamu ketiduran di sana?" tebak bunda Alya yang kemudian tersenyum. Sebenarnya, bunda Alya sudah sangat hafal dengan kebiasaan Agam yang selalu ketiduran ketika berada di tempat yang membuatnya merasa nyaman.

Mayra yang tadinya hanya diam dengan wajah tertunduk, sampai menegakkan kepalanya. Merasa terkejut karena bunda Alya bisa menebak dengan benar apa yang Agam lakukan di danau tadi.

Melihat ekspresi Mayra. Bunda Alya lantas melemparkan tatapan lembutnya pada Mayra.

"Mayra, sayang..."

"Lain kali, jika Agam ketiduran lagi. Kamu bangunkan saja. Kalau perlu, siram saja sekalian pakai air," seloroh bunda Alya. Membuat wajah tegang Mayra berubah menjadi lebih tenang bahkan tersenyum tipis. Sementara Agam, wajah datarnya malah berubah cemberut.

Melihat ekspresi berbeda yang ditunjukkan kedua remaja di depannya. Membuat bunda Alya serasa ingin tertawa, namun sebisa mungkin ia tahan karena tidak ingin membuat wajah sang putra semakin mengkerut karena merasa kesal.

"Ya sudah,,, sekarang lebih baik kalian kembali ke kamar. Selesaikan pekerjaan rumah kalian, lalu istirahat," titah bunda Alya.

*****

Mayra menghela kasar nafasnya, setelah lelah mencorat-coret selembar kertas untuk menghitung jawaban dari salah satu soal matematika yang sedari tadi belum selesai ia kerjakan. Padahal sudah lebih dari dua jam ia mencoba mengerjakannya, namun belum ada satu soal pun yang berhasil ia selesaikan.

"Kenapa sulit sekali?" keluhnya sambil kembali mencoba menghitung di selembar kertas yang sudah dipenuhi dengan angka-angka.

Drttt.. Drttt...Drttt...

Ponsel yang bergetar di atas meja langsung mengalihkan fokus Mayra. Diraihnya benda pipih itu. Layarnya menampakkan sebuah pesan dari seseorang yang tinggal di lantai atas kamar Mayra.

"Datanglah ke kamarku. Aku sudah selesai mengerjakan PR matematika. Kamu bisa menyalinnya dari buku milikku."

Setelah membaca pesan yang Agam kirim, Mayra kembali menghela nafasnya. Meletakkan kembali ponselnya ke atas meja lantas melirik ke arah jam berbentuk hati yang tergantung di dinding kamar.

Jarum jam tepat menunjukkan pukul 11 malam. Mayra tidak mungkin pergi ke kamar Agam di tengah malam hanya untuk mengambil buku latihan matematika milik Agam untuk ia salin. Padahal Agam bisa saja mengirimkan foto jawabannya saja. Namun ia malah menyuruh Mayra datang ke kamarnya untuk mengambil sendiri buku itu. Sepertinya, Agam memang berniat untuk mengerjainya malam ini.

"Kalau aku tidak menyalinnya malam ini. Besok pagi, aku pasti bakal kena omel Bu Siska," gumam Mayra sambil memijat pelipisnya yang mulai berdenyut nyeri. Membayangkan bagaimana nasibnya besok jika ia gagal menyelesaikan tugasnya. Sedangkan Mayra, tidak mungkin bisa menyelesaikan tugas itu seorang diri.

Maka Dengan membulatkan tekad, meski jantungnya berdebar kencang. Mayra memilih untuk nekad pergi ke kamar Agam untuk meminjam buku latihan matematika milik Agam. Mayra tidak ingin sampai terkena sangsi maupun omelan esok pagi. Meskipun itu artinya, Mayra terpaksa harus melanggar salah satu peraturan yang ada di rumah itu.

"Siapapun tidak diperkenankan naik ke lantai 2 lebih dari pukul 10 malam." Bunyi salah satu peraturan rumah yang terpaksa Mayra langgar malam ini. Peraturan itu sendiri sebenarnya mulai diberlakukan semenjak Mayra tinggal di rumah itu.

Perjalanan menuju kamar Agam dimulai saat Mayra membuka pintu kamarnya. Saat memegang gagang pintu tadi, Mayra sempat berdoa agar ayah Vino dan bunda Alya sudah tertidur nyenyak saat ini.

Perjalan dilanjutkan dengan Mayra yang berjalan mengendap-endap melewati beberapa ruangan sebelum akhirnya ia sampai tepat di depan anak tangga menuju lantai atas.

Di depan tangga, Mayra menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan untuk menenangkan degup jantungnya yang berdegup semakin kencang. Kedua matanya menatap lurus pada tumpukan susunan anak tangga yang akan ia lalui untuk bisa sampai ke lantai dua.

Sebelum kembali melanjutkan tekadnya, Mayra lebih dulu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan jika tidak ada Bu'De Darmi atau asisten rumah tangga lain yang melintas apalagi sampai memergokinya.

"Sepertinya aman," gumam Mayra, setelah kedua matanya memastikan sendiri, jika tidak ada seorang pun yang melihatnya.

Sebenarnya, rumah mewah milik ayah Vino sudah dilengkapi dengan sebuah lift yang bisa mengantarkan siapapun naik sampai lantai 3. Namun sejak lift itu dibangun hingga saat ini, Mayra selalu merasa segan untuk menggunakannya.

Dengan bergerak perlahan dan sebisa mungkin tanpa mengeluarkan suara, Mayra mulai melangkahkan kakinya yang tanpa alas untuk menaiki satu persatu anak tangga, hingga akhirnya ia berhasil sampai ke lantai dua.

Di lantai dua, Mayra kembali melanjutkan langkah mengendapnya menuju kamar Agam. Beruntung, letak kamar Agam tidak terlalu jauh dari tangga dan tidak melewati kamar utama, sehingga Mayra bisa cukup merasa lega.

Berhasil berdiri depan kamar Agam, Mayra justru merasa ragu. Apalagi saat melihat pintu kamar Agam yang tertutup rapat. Mayra tidak mungkin mengetuk pintu itu, ia khawatir suara ketukannya terdengar sampai ke kamar utama yang memang berada di lantai yang sama.

Mayra yang tengah dirundung kegalauan perkara pintu, dibuat terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Tampak Agam muncul dari dalam sana.

"Ini bukunya!" ucap Agam seraya menyodorkan buku yang ia janjikan pada Mayra.

Mayra yang masih terkejut, hanya mengulurkan tangannya untuk meraih buku yang Agam sodorkan.

"Te-terimakasih," ujar Mayra dengan tergagap.

Agam hanya mengangguk kecil lantas kembali menutup pintu kamarnya.

Begitu pintu kembali tertutup, Mayra membalikkan badannya memunggungi pintu kamar Agam. Dipeluknya buku milik Agam dengan perasaan yang sedikit lega. Buku matematika yang menjadi targetnya, sudah aman berada di pelukannya. Kini Mayra hanya perlu kembali berjalan mengendap agar bisa kembali sampai ke kamarnya tanpa diketahui siapapun.

Mayra tidak tahu saja, jika apa yang dilakukannya sedari keluar kamar tadi, terpantau langsung melalui kamera pengawas yang dipasang begitu rapih hingga nyaris tak terlihat. Kamera pengawas canggih yang sengaja ayah Vino pasang hampir di seluruh ruangan yang berada di dalam rumah maupun area sekitar halaman rumah.

Mayra lantas kembali berjalan mengendap menuju tangga untuk kembali ke kamarnya. Mayra berpikir, jika ia telah berhasil meminjam buku Agam tanpa diketahui orang lain. Padahal di dalam kamar utama, tampak ayah Vino tengah menatap layar laptopnya untuk terus mengamati setiap pergerakan yang Mayra lakukan.

****

Sampai di sini dulu, terimakasih yang sudah berkenan membaca 🙏

Terpopuler

Comments

Zenun

Zenun

Kalau digandeng,, Vino menjadi jinak

2025-01-16

1

🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞

🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞

dasar Vino cctv berjalan, 1 vote, /Coffee//Rose//Rose/ meluncur

2025-01-15

1

🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞

🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞

Tau aje si Agam klo si Mayra lg kesulitan bikin pr 🤭

2025-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 41
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 76
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 pengumuman promosi novel teman
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Pengumuman promosi karya kawan
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 41
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 76
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
pengumuman promosi novel teman
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Pengumuman promosi karya kawan
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!