2. Membangunkanmu

Keesokan pagi.

Tepat pukul empat tiga puluh aku terbangun, karena alarm di ponsel yang semalam sengaja aku atur agar aku tidak telat dalam melaksanakan sholat shubuh. Aku meraba raba keberadaan ponselku, namun tangan kiriku menyentuh seseorang yang sepertinya tidur di sisi kiriku.

Aku masih mengira kalau pagi ini aku terbangun dan berada di rumah kedua orang tua ku. Tapi setelah mataku samar samar melihat seorang pria tidur bersamaku, nyaris aku akan berteriak sekeras mungkin. Namun kamar hotel yang aku tempati saat ini, mengingatkanku bahwa diriku sekarang sudah menjadi istri dari laki laki yang aku cintai. Hingga kedua bibirku melukis senyum indah mengingat pernikahan ku kemarin yang berjalan lancar tanpa hambatan layaknya jalan tol.

Aku beranjak dari atas tempat tidur untuk melaksanakan tugasku sebagai hamba, senyuman itu terus menghiasi bibirku. Tanpa memikirkan sejak kapan kak Vino tidur di sebelah kiriku?. Ooh iya, aku sampai lupa kalau semalam aku sudah berganti baju tidur hingga akhirnya aku melihat kembali diriku di cermin.

Senyumku terus mengembang tatkala aku melihat cincin yang kini melingkar di jari manisku, aku bisa melihat kak Vino tidur satu kasur dengan diriku, membuat aku merasa dalam mimpi saja, sampai aku mencubit pipiku untuk membuktikan bahwa ini bukan mimpi. Sakit, tandanya memang bukan mimpi tapi Ini nyata.

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi, hal itu biasa aku lakukan bila aku hendak sholat shubuh. Mandi pagi, bagi keluarga ku itu wajib, karena selain menyegarkan mandi pagi juga akan membuat kita dijauhkan dari berbagai macam penyakit penyakit.

Kurang lebih dua puluh menit aku menghabiskan waktu untuk mandi dan berwudhu, lanjut aku melaksanakan sholat shubuh. Selesai aku menunaikan kewajibanku sebagai hamba, aku melihat wajah tampan kak Vino yang masih tertidur lelap, ingin rasanya aku membangunkannya namun aku masih ingin menikmati wajahnya yang tampan, dimana ini kali pertamanya aku melihat laki laki yang aku cintai sedang tertidur. Wajahnya yang putih agak kemerah merahan, alisnya yang hitam dan hidungnya yang mancung membuat aku tak ingin berhenti menatap wajahnya.

Jam sudah menunjukan pukul lima lima belas, waktu shubuh sudah berlalu setengah jam. Aku bergegas merapihkan mukena dan meletakkannya di sofa, lalu aku mencoba menyalakan lampu dimana aku tadi sholat dengan pencahayaan yang redup. Lampu pun aku nyalakan, kak Vino pun memberikan reaksi tak nyaman sepertinya.

Ia mengambil bantal dan menutup wajahnya lagi untuk mengindari cahaya lampu. Aku berjalan mendekati nya mencoba untuk membangunkannya agar melaksanakan sholat shubuh, setau aku kak Vino pernah sholat waktu kami pernah berjalan berdua di sebuah mall beberapa bulan lalu, tapi pernah sesekali ia menolak ajakan ku untuk sholat dengan alasan baju yang ia kenakan kotor, ya aku memaklumi itu karena ia memberikan alasan akan sholat saat ia tiba di rumah.

Aku duduk di tepian tempat tidur dan jujur jantungku seakan berpacu dengan cepat ketika tanganku mulai menyentuh bagian kaki kak Vino, ini baru kaki loh, bagaimana dengan anggota tubuh yang lainnya?.

"Kak, bangun... sholat shubuh dulu!" kataku sambil terus menggoyangkan kakinya.

Sekali dua kali kak Vino hanya bereaksi tak ingin di ganggu sepertinya. Tapi aku masih berusaha untuk membuatnya terbangun, dan saat yang ketiga kalinya aku di buat kaget karena kak Vino begitu marah saat aku membangunkannya lagi.

"Apa sih, jangan ganggu gue... gak tau apa kalau gue baru tidur sejam yang lalu." Teriaknya sambil menutup kembali kepalanya dengan bantal.

Deg, jantungku hampir copot rasanya, saat mendengar teriakan kak Vino. Jujur aku sangat kaget, karena di keluarga ku aku tidak pernah mendengar ayah atau abangku teriak kepadaku. Walaupun pernah sih aku di teriaki oleh pak satpam di sekolah beberapa kali karena telat masuk sekolah, tapi aku dan Delia sahabatku, nekat manjat pagar sekolah. Bahkan belum lama juga aku sempat di teriaki oleh atasan ku di kantor karena salah mengerjakan laporan.

Aku belum berhasil membangunkan Kak Vino, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengambil ponselku dan membaca Qur'an, walau di antara dua anak ayah dan ibu, aku yang paling manja dan kurang agamais, tapi jangan salah aku gak pernah ketinggalan untuk meluangkan waktu membaca Al Qur'an, walau awal awalnya aku juga suka kena marah oleh ayah kalau sehari ketauan gak ngaji.

Aku baca perlahan sampai akhirnya aku akan menyelesaikan setengah halaman, kak Vino terbangun dan masuk ke kamar mandi. Hatiku merasa lega ketika melihat kak Vino sudah terbangun.

.

.

.

Jam menunjukan pukul sepuluh pagi, aku dan kak Vino pergi meninggalkan lalu pulang menggunakan mobil kak Vino menuju rumah orang tua kak Vino. Tak banyak perbincangan diantara kami karena kak Vino sibuk menjawab telepon yang sepertinya itu dari kantornya. Aku sadar diri kalau aku menikah dengan laki laki yang memang sukses dalam bisnisnya jadi wajar saja bila kehadiranku kadang seperti tak ada.

Untuk menghilangkan kejenuhanku dalam perjalanan, aku memainkan gawai ku melihat dan membalas chat yang masuk yang belum sempat aku balas semalam. Aku tersenyum tatkala melihat chat dari Delia dimana ia mengirimkan kumpulan foto foto kami berdua waktu sekolah yang ia rangkum menjadi sebuah video, awalnya aku tersenyum lebar tapi setelahnya tak terasa air mataku menetes saat membaca setiap kata yang Delia tulis dalam video tersebut.

Persahabatan kami sudah sudah sepuluh tahun, walau terkadang ada marah, kecewa jengkel dan tawa yang kami berdua ciptakan. Aku membiarkan air mataku jatuh tapi seseorang sudah menyekanya, saat aku lihat itu adalah tangan Kak Vino. Jantung seakan berhenti tatkala melihatnya kak Vino begitu dekat denganku, tangannya yang lembut menyapa pipiku.

"Kamu kenapa? maaf ya kalau tadi pagi aku sudah membuat kamu sedih... apa kamu masih sedih?" Tanya Kak Vino yang mengira aku menangis karena kejadian tadi pagi saat dia memarahiku.

Aku masih dalam keadaan setengah sadar, rasanya seperti mimpi saja. Lagi lagi ini pertama kalinya ada laki laki menyeka air mataku, yang biasanya menyeka air mataku kalau bukan kak Kia, Delia atau pun ibu dalam menghibur ku kala ada masalah yang aku hadapi. Tapi ini adalah kak Vino, laki laki yang aku cintai yang sudah menjadi suamiku saat ini.

"Aku sedih bukan karena kakak kok... ada debu yang masuk ke dalam mataku jadi mataku terasa perih." Jawabku bohong.

"Huh, jantungku serasa akan copot ketika perhatian kecil kak Vino ditunjukan kepadaku. Ahh, begini kah rasanya bila kita mendapatkan perhatian dari laki laki yang kita cintai?" Kataku dalam hati.

Kak Vino kembali duduk di kursi pengemudi, ia mengendarai mobilnya kembali dengan fokus ke depan namun bibirnya tetap basah karena mengajak ku terus mengobrol. Banyak hal yang kak Vino tanya kan kepadamu dari mulai aku masuk SMA dulu.

Aku menceritakan kepadanya prihal pertama kali aku melihat kak Vino waktu SMA dulu, waktu kak Vino masih menjadi ketua OSIS yang menjadi idola para wanita. Mungkin dalam hati kak Vino merasa lucu dengan mendengar ceritaku, gadis gendut yang diam diam suka kepadanya. Sepanjang jalan aku hanya menceritakan waktu aku SMA, kak Vino hanya merespon dengan anggukan bahkan kadang ia tersenyum tatkala aku menceritakan kejadian lucu di sekolah dulu.

Waktu itu aku dan Delia terlambat masuk ke kelas karena saat jam istirahat kami berdua pergi ke sebuah toko buku karena mencari buku yang di tugaskan oleh guru Fisika, saat kami tiba di sekolah gerbang sekolah sudah di kunci, dan security sekolah tidak mau membukakan gerbang untuk kami berdua, sampai akhirnya kami memohon dan berjanji akan memberikan sebungkus rokok untuk pak security bila ia mau membukakan gerang untuk kami berdua.

Tapi rayuan kami tidak mempan sampai akhirnya kak Vino dan teman kelasnya yang akan keluar dengan menggunakan motor karena ada perlombaan yang akan mereka ikuti, hal itu aku dan Delia gunakan untuk bisa masuk ke sekolah. Dari situ aku merasa sangat tertolong oleh kak Vino walau pun kami harus berlari secepat mungkin agar security tidak menyadari kalau kami berdua sudah masuk secara diam diam.

.

.

.

Hati ku mulai dag dig dug saat mobil kak Vino sudah terparkir di garasi rumah kak Vino. Manik mataku berkeliaran melihat sekeliling luar rumah kak Vino yang begitu luas, jangankan halamannya yang luas rumahnya pun begitu besar yang sepertinya tanah rumah ini mengalahkan tanah kebun yang ayahku miliki bisa di bilang dua kali lipatnya.

Aku masih mematung karena masih terpesona dengan kemegahan dalam rumah orangtuanya kak Vino. Pantas saja kedua orang tua kak Vino minta kami untuk tinggal di sini. Ini sih bisa menampung satu RT warga di daerah rumahku!.

Kak Vino menyentuh tanganku dan menggenggam tanganku sampai aku menatap kearah tanganku di genggam olehnya, kemudian aku melihat wajah kak Vino yang tersenyum manis kepadaku, ihhh... ini sih kalah dengan rasa manis lolipop yang suka aku emut.

Terpopuler

Comments

Medeia

Medeia

kak, paragraf ini terlalu panjang. bisa di jadikan 2 paragraf agar lebih bagus dan pembaca jadi ga cape duluan lihatnya. untuk keseluruhan bagus, tinggal tanda bacanya aja.
semangat terus thor /Determined/

2025-01-15

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ini msh menceritakan awal pernikahan mereka smg tdk ada ujian hebat dlm rmh tangga mereka

2025-01-01

0

Sumini Ningsih

Sumini Ningsih

semoga sayangnya ka vino ga akan berubah unfuk rahma

2025-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Bahagiaku
2 2. Membangunkanmu
3 3. Roti Sobek
4 Pemikiran Itu
5 Lingerie Putih dan Maroon
6 Semangat Baru
7 Pencuriii...!
8 Chat Yang Mana?
9 Ayah kok gitu?
10 Dosen Baruku
11 Tamasya
12 Melepas Rindu
13 Makan Malam
14 Kembang Gula
15 "Bikinin Cucu"
16 16. Cafe
17 17. Bertengkar
18 Naik Pesawat
19 Terima kasih
20 Aku Tahu Kamu Seperti Apa?
21 Lakukanlah Bila Kamu Bisa?
22 Teman Lama
23 Bandara
24 Kejar kejaran
25 "Do'akan Saja"
26 Anak Gendut
27 Usus Buntu
28 Siapa Kalian?
29 Wajah kakak kenapa?
30 Kebalik Kali, kak?
31 Kesedihan
32 Video Itu
33 Hujan
34 Hapus Video itu?
35 Jagan Usir Aku
36 Tak Tentu Arah
37 Orang Jatuh
38 Hari Pertama Kerja
39 Lembur
40 Om...
41 Mobil Hitam itu?
42 Tertanam Di Hati
43 Kajian Malam
44 Memendam Perasaan
45 Bertemu Dengannya
46 Bikin Kesel
47 Memandangmu
48 Delia Berkunjung
49 "Boleh, kak!"
50 Secarik Surat
51 Kehujanan
52 Secangkir Teh
53 Belum Pulang
54 Saya Masih Kuat
55 B E R H E N T I
56 "Kangen Ayah"
57 Acara Puncak
58 Tragedi di Gubug
59 Menangisi Kisah Sendiri
60 "Kenapa kalau saya janda?...
61 Poster itu
62 "Ibu"
63 "Ada udang di balik bakwan"
64 "Mana Istri mu?"
65 Masalah Koper
66 Wanita Murahan
67 Gagal Lagi
68 Rebutan Kasur
69 "Om Ustadz"
70 Perhatian sang menantu
71 "Matikan Musiknya!"
72 Aku Bukan Wanita Gampangan
73 Menghabiskan Waktu Berdua
74 Julukan "Ratu Batu"
75 "Mantan Suami"
76 Hawa tubuh atau hawa yang lain?
77 Perhatiannya
78 Perang Dingin
79 Laki-laki Belok
80 Perkara Permen Kapas
81 Kisah Silam
Episodes

Updated 81 Episodes

1
1. Hari Bahagiaku
2
2. Membangunkanmu
3
3. Roti Sobek
4
Pemikiran Itu
5
Lingerie Putih dan Maroon
6
Semangat Baru
7
Pencuriii...!
8
Chat Yang Mana?
9
Ayah kok gitu?
10
Dosen Baruku
11
Tamasya
12
Melepas Rindu
13
Makan Malam
14
Kembang Gula
15
"Bikinin Cucu"
16
16. Cafe
17
17. Bertengkar
18
Naik Pesawat
19
Terima kasih
20
Aku Tahu Kamu Seperti Apa?
21
Lakukanlah Bila Kamu Bisa?
22
Teman Lama
23
Bandara
24
Kejar kejaran
25
"Do'akan Saja"
26
Anak Gendut
27
Usus Buntu
28
Siapa Kalian?
29
Wajah kakak kenapa?
30
Kebalik Kali, kak?
31
Kesedihan
32
Video Itu
33
Hujan
34
Hapus Video itu?
35
Jagan Usir Aku
36
Tak Tentu Arah
37
Orang Jatuh
38
Hari Pertama Kerja
39
Lembur
40
Om...
41
Mobil Hitam itu?
42
Tertanam Di Hati
43
Kajian Malam
44
Memendam Perasaan
45
Bertemu Dengannya
46
Bikin Kesel
47
Memandangmu
48
Delia Berkunjung
49
"Boleh, kak!"
50
Secarik Surat
51
Kehujanan
52
Secangkir Teh
53
Belum Pulang
54
Saya Masih Kuat
55
B E R H E N T I
56
"Kangen Ayah"
57
Acara Puncak
58
Tragedi di Gubug
59
Menangisi Kisah Sendiri
60
"Kenapa kalau saya janda?...
61
Poster itu
62
"Ibu"
63
"Ada udang di balik bakwan"
64
"Mana Istri mu?"
65
Masalah Koper
66
Wanita Murahan
67
Gagal Lagi
68
Rebutan Kasur
69
"Om Ustadz"
70
Perhatian sang menantu
71
"Matikan Musiknya!"
72
Aku Bukan Wanita Gampangan
73
Menghabiskan Waktu Berdua
74
Julukan "Ratu Batu"
75
"Mantan Suami"
76
Hawa tubuh atau hawa yang lain?
77
Perhatiannya
78
Perang Dingin
79
Laki-laki Belok
80
Perkara Permen Kapas
81
Kisah Silam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!