3

Setelah beberapa minggu Eren bersekolah di sekolah barunya, ia mulai merasa lebih akrab dengan suasana dan teman-temannya. Namun, ada satu hal yang terus menarik perhatiannya—seorang teman perempuan sekelasnya bernama Mikasa. Gadis itu selalu tampak dingin dan penuh misteri. Mikasa jarang berbicara kecuali jika diperlukan, dan ekspresinya hampir selalu datar, sulit ditebak. Dia selalu duduk di pojok kelas, seolah sengaja menjaga jarak dari yang lain. Eren tidak bisa menghilangkan rasa penasaran yang semakin hari semakin tumbuh. Apa yang membuat Mikasa begitu berbeda dari yang lain? Kenapa dia terlihat seperti menyimpan sesuatu di dalam dirinya? Meski rasa ingin tahunya semakin besar, Eren ragu untuk mendekati Mikasa. Ada semacam aura yang membuatnya sulit untuk mendekat, seakan ada dinding tak terlihat yang memisahkan Mikasa dari dunia sekitarnya. Namun, jauh di dalam hatinya, Eren tahu bahwa dia tidak akan menyerah sampai dia menemukan jawabannya.
Eren duduk gelisah di bangkunya, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Mikasa yang dingin dan misterius. Akhirnya, di tengah jam istirahat, ia mendekati Armin yang sedang membaca buku di sudut kelas. Dengan nada ragu namun serius, Eren meminta bantuan sahabatnya itu. Dia tahu, jika ada seseorang yang bisa membantunya memahami Mikasa, itu pasti Armin. Eren berharap Armin bisa memberikan saran atau bahkan cara untuk mendekati Mikasa dan mencari tahu lebih banyak tentangnya. Dalam hati, Eren merasa ini adalah langkah pertama untuk mengungkap misteri yang terus mengganggunya selama berminggu-minggu.
Eren Yeager
Eren Yeager
Armin, aku butuh bantuanmu soal sesuatu
Armin Arlert
Armin Arlert
Bantuan apa, Eren? Tumben serius banget mukamu
Eren Yeager
Eren Yeager
Ini soal Mikasa. Dia satu bangku sama aku, tapi aku nggak ngerti sama dia. Dia selalu diam, dingin, kayak... nggak mau ngobrol sama siapa pun. Rasanya dia menyimpan sesuatu, tapi aku nggak tahu apa.
Armin Arlert
Armin Arlert
Oh, Mikasa? Aku perhatiin dia memang nggak banyak bicara. Tapi, bukannya kamu satu bangku? Masa kamu nggak pernah ngobrol sama dia?
Eren Yeager
Eren Yeager
Ya, pernah sih... tapi cuma soal tugas atau pelajaran. Dia cuma jawab seperlunya, terus balik fokus ke bukunya atau menatap keluar jendela. Aku bingung, Armin. Aku pengen ngerti dia, tapi aku nggak tahu harus gimana.
Armin Arlert
Armin Arlert
Eren, mungkin Mikasa memang tipe yang sulit terbuka. Tapi kamu sudah ada di posisi yang dekat, satu bangku. Itu modal bagus. Coba aja mulai dari hal kecil, kayak tanyain apa dia suka sesuatu atau komentari hal sederhana. Jangan buru-buru, biarkan dia nyaman dulu.
Eren Yeager
Eren Yeager
Kamu pikir itu bakal berhasil? Aku nggak mau malah bikin dia risih
Armin Arlert
Armin Arlert
Asal kamu tulus dan nggak memaksa, dia nggak akan risih. Ingat, Eren, kadang orang seperti Mikasa cuma butuh waktu dan rasa percaya. Pelan-pelan saja
Eren Yeager
Eren Yeager
Baiklah, aku coba. Semoga aja aku nggak salah langkah. Makasih, Armin.
Armin Arlert
Armin Arlert
Santai aja, Eren. Kalau ada perkembangan, ceritain ke aku lagi, ya
Bel tanda masuk berbunyi nyaring, menggema di seluruh penjuru sekolah. Para murid segera bergegas kembali ke kelas masing-masing, meninggalkan koridor yang semula riuh dengan suara tawa dan obrolan. Di dalam kelas, Eren sudah duduk di tempatnya, matanya tak sengaja tertuju pada pintu. Saat itu, Mikasa melangkah masuk dengan tenang, seperti biasa tanpa ekspresi yang berarti. Rambut hitamnya sedikit tergerai saat ia berjalan menuju bangku, langkahnya mantap namun penuh keheningan. Ada sesuatu pada caranya bergerak yang selalu membuat Eren sulit untuk mengalihkan pandangan, seolah Mikasa membawa aura misterius yang terus menarik perhatiannya. Tak lama kemudian, di belakangnya, Bu Hange masuk dengan langkah penuh energi. Dengan senyum lebar yang khas, ia segera menyiapkan materi di meja guru. Suasana kelas pun mulai berubah, kembali menjadi tempat belajar, namun pikiran Eren masih sempat melayang, memikirkan Mikasa yang kini duduk tepat di sampingnya.
Belum lama Bu Hange menaruh buku di meja, ia sudah memulai kelas dengan semangat yang selalu membuat suasana terasa hidup.
Hange Zoe
Hange Zoe
Baiklah, anak-anak! Hari ini kita akan membahas sesuatu yang sangat menarik. Siapkan dirimu untuk petualangan sains yang seru!
Beberapa siswa mulai memperhatikan, sementara yang lain masih setengah mengantuk. Eren mencoba fokus, tetapi pandangannya sesekali melirik ke arah Mikasa di sampingnya. Gadis itu, seperti biasa, terlihat tenang sambil mencatat dengan rapi.
Hange Zoe
Hange Zoe
Eren, bisakah kamu menjawab pertanyaan ini?
Eren yang melamun sedikit terkejut. Ia segera menatap papan tulis, mencoba memahami pertanyaan yang diberikan.
Eren Yeager
Eren Yeager
Uh, ya, saya rasa jawabannya adalah...
Setelah memberikan jawaban seadanya, Bu Hange tersenyum lebar.
Hange Zoe
Hange Zoe
Hampir benar, Eren! Tapi coba pikirkan lagi. Mikasa, mungkin kamu bisa membantu teman sebangkumu?
Mikasa menoleh perlahan ke arah Eren, lalu menjawab dengan singkat namun jelas.
Mikasa Ackerman
Mikasa Ackerman
Jawabannya adalah...
Suara Mikasa terdengar tenang, namun penuh keyakinan. Eren diam-diam terkesan, meskipun dia berusaha menyembunyikannya.
Hange Zoe
Hange Zoe
Luar biasa, Mikasa! Nah, anak-anak, perhatikan apa yang Mikasa katakan tadi. Itu kunci dari materi kita hari ini.
Pembelajaran pun berlanjut, tetapi bagi Eren, fokusnya tidak hanya pada pelajaran. Ada sesuatu tentang Mikasa yang terus membuatnya penasaran.
Ketika pelajaran sedang berlangsung, pintu kelas tiba-tiba diketuk. Semua siswa langsung menoleh, dan terlihat Bu Petra serta Pak Levi berdiri di ambang pintu.
Petra Ral
Petra Ral
Maaf mengganggu sebentar, Bu Hange. Ada sesuatu yang mendesak dan kami butuh bantuan Anda di kantor.
Levi Ackerman
Levi Ackerman
Ini penting! Tidak akan lama.
Bu Hange mengangguk sambil menghela napas, terlihat sedikit kecewa harus meninggalkan kelas di tengah materi yang seru.
Hange Zoe
Hange Zoe
Baiklah, anak-anak. Sepertinya saya harus keluar sebentar. Gunakan waktu ini dengan bijak, ya. Jangan buat keributan, atau saya akan tahu.
Siswa-siswa saling bertukar pandang, beberapa di antaranya sudah terlihat senang mendengar kabar itu. Setelah memberikan beberapa instruksi singkat, Bu Hange pun keluar bersama Bu Petra dan Pak Levi. Begitu pintu tertutup, suasana kelas perlahan berubah. Suara bisik-bisik mulai terdengar, dan beberapa siswa sudah merencanakan bagaimana menghabiskan jam kosong ini. Eren menatap papan tulis yang masih penuh dengan catatan, mencoba memutuskan apakah akan menyelesaikan tugas atau ikut larut dalam suasana santai teman-temannya. Di sampingnya, Mikasa tetap tenang seperti biasa, melanjutkan mencatat seolah-olah tidak peduli dengan apa pun yang terjadi.
Ketika suasana kelas mulai riuh, Eren melihat Mikasa yang masih duduk dengan tenang, fokus pada bukunya. Kali ini, Eren merasa ingin sedikit mengerjai teman sebangkunya itu, meskipun dia tahu Mikasa bukan orang yang mudah diganggu. Dengan sedikit nakal, Eren menyelipkan pensilnya ke dalam buku Mikasa tanpa peringatan
Eren Yeager
Eren Yeager
Mikasa, ada sesuatu di meja kamu...
Mikasa, yang biasanya tenang, menoleh dengan cepat. Matanya menyipit tajam saat melihat pensil yang sengaja Eren letakkan. Tanpa ekspresi, Mikasa mengambil pensil itu dan menatap Eren dengan tatapan yang tidak bisa disalahpahami matanya dingin dan tegas.
Mikasa Ackerman
Mikasa Ackerman
Ren, kamu serius mau main-main sama aku?
Eren terkejut mendengar nada suara Mikasa yang lebih galak dari biasanya. Dia cepat-cepat menarik tangan dari meja Mikasa, merasa sedikit takut dengan tatapan tajamnya
Eren Yeager
Eren Yeager
Ayo, Mikasa, cuma bercanda!
Namun, Mikasa tidak memberi respons lebih. Dia hanya kembali fokus pada bukunya, tetap dengan sikap dinginnya yang membuat Eren sedikit mundur.
Mikasa Ackerman
Mikasa Ackerman
Jangan ganggu aku kalau kamu nggak mau masalah.
Eren, yang tidak terbiasa dengan sikap tegas Mikasa, hanya mengangguk, merasa sedikit takut namun juga terkesan. Ia akhirnya berhenti mengganggu Mikasa, menyadari bahwa dia bukan orang yang bisa dipermainkan dengan mudah. Meskipun Mikasa tetap tenang, sikap galaknya membuat Eren berpikir dua kali untuk mencoba lagi.
end
Terpopuler

Comments

Linda Ruiz Owo

Linda Ruiz Owo

Omg, ending chapter ini bikin tergila-gila pengen next chapter! 😵

2024-12-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!