“Apa maksudnya?” tanya Hira penasaran.
“Aku kasih kamu waktu 1 bulan untuk menikmati kebahagiaan, aku janji setelah itu kita akan sering bertemu wahai Britney Zahira Ayla yang manis.” Mengusap pipi Hira dengan lembut namun terasa menekan.
Hira mencekal tangan wanita tersebut, “Apa maksudmu? Apa kita saling mengenal?”
“Bukan hanya kenal tapi kita akan dekat sedekatnya haha, jadi nikmati dulu, ya manis, permainanku sangat seru loh, dan kamu tahu ini apa?” mengulurkan sebuah baju bercak darah bau anyirnya masih terasa menusuk hidung.
“Da-darah!!!” Hira berteriak hingga histeris dia memiliki trauma darah.
“Pergi! Kamu pergi dari sini! Aku gak mau lihat lagi!”
“Baiklah aku pergi tapi ingat ya tanggal 11 bulan depan kita ketemu lagi,” bisiknya terdengar jelas ditelinga Hira hingga membuatnya kembali histeris. Hira terduduk di lantai samping wastafel dia menutup kedua telinganya dan menyembunyikan wajahnya, meringkuk memeluk lutut nya dengan erat.
Venue
Axell mencari Hira kesana kemarin namun tak kunjung ketemu, sudah lama dia berada di toilet. “Loh kak kok sendiri, kak Hira dimana?”
“Tadi pamitnya ke toilet tapi belum balik ke sini dari tadi, kakak juga udah cek di toilet, gak ada.”
“Aduhh… baru jadi istri belum sehari udah kabur, kakak galak pasti nih kaya kak ros.”
“Enak aja! Gini-gini bisa didik kamu jadi wanita yang kuat sekuat umma.”
Tiba-tiba ada bodyguard menghampiri Axell dan Aira jika mereka mendengar ada seseorang yang sedang berdiri di atas rooftop. Entah mengapa hati Axell mengatakan jika itu Hira dengan berlari sekencang nya ia menuju rooftop.
“Hira! Hira!.”
Axell melihat Hira yang sedang menangis histeris sambil menatap ke bawah.
“Hira plis ingat Allah ya sayang, sini kalau ada apa-apa cerita sama Mas. Turun ya, jangan begini okey.” Hira tak menghiraukan panggilan dari suaminya karena pikirannya dipenuhi dengan bayangan penyiksaan pamannya dan perkataan wanita tadi terus saja terbayang di ingatannya.
Dengan sekali tarikan Axell berhasil membawa tubuh Hira menjauh dari bahaya, walaupun tubuh Axell dijadikan seperti matras. Axell membantunya berdiri dan mengusap pelan air mata yang membasahi pipi. Dia mendekap wanita yang baru hari ini sah menjadi istrinya itu, berharap dia menemukan kenyaman dibalik pelukan yang dia berikan. Mengusap pelan bahu sang istri dan mencoba menenangkan.
Sementara Aira baru saja tiba bersama bodyguard lainnya dengan nafas tersengal-sengal. “Alhamdulillah masih aman dan selamat, gak bisa bayangin lah kalau sampai ada apa-apa, ini aja Mas Axell sudah setengah waras walaupun di depan orang lain dia mencoba tetap baik- baik saja.”
Setelah dirasa isakan tangis Hira tak terdengar lagi dia melepaskan pelukan dan mendapati Hira telah tertidur . Dengan penuh kehati-hatian dia membopong sang istri dikawal dengan beberapa bodyguard serta Aira.
“Ra sampaikan ke Umma kalau kakak langsung pulang ya, dan gak ke pondok.”
“Kakak masih gak mau pulang ke pesantren, kah? janjinya kalau kakak udah sukses jadi pengusaha terus udah punya istri mau balik lagi ke pesantren.”
“Iya lain waktu ya nanti Kakak diskusi dulu sama Hira, kita pilih jalan tengah aja.”
Setelah mengucapkan itu Axell membawa istrinya pulang. Sepanjang perjalanan Hira tak bangun sama sekali malah semakin memeluk lengan Axell dijadikan seperti guling.
“Masya Allah cantiknya,” batinnya.
Tak butuh waktu mereka telah sampai di perumahan mewah dengan diawasi beberapa bodyguard, terlebih lagi rumah yang dihuni saat ini sangat privat bahkan Umma dan Aira saja tidak tau.
Langkahnya yang cepat mampu membawa Hira ke kamar dan merebahkannya perlahan. “Tidur lagi aja ya, bangun nanti aku suruh maid yang hapus make up kamu," lalu mengusap pelan rambut Hira.
“Maaf sekali lagi ya, mungkin kamu akan tersakiti jika tau aku sangat-sangat mencintai Rea sehingga untuk mencintaimu pun aku tidak tau masih ada ruang atau tidak di hati kecil ini, walaupun aku bimbang rasaku kepada Ning Rea sebuah cinta antara lelaki pada wanita atau hanya sekedar cinta dan kasih sayang sebagai seorang kakak." gumam Axell lalu tanpa terduga dia mencium punggung tangan istrinya.
Axel beranjak ke kamar mandi terlebih dahulu setelah selesai bebersih dia memanggil maid untuk membantu mengganti pakaian serta membersihkan wajah Hira. Sedangkan dirinya langsung berkutat di ruang kerja hingga larut malam.
Sesekali Axell memijat pelipisnya saat berdenyut nyeri, dan meneguk kopi.
“Rea kamu tahu hidupku hambar sekarang seperti minuman kopi tanpa gula dan bubuk kopi. Kamu tega ya tinggalin aku sendirian bersama mimpi-mimpi yang sudah kita susun rapi. Ya Allah hamba hanya bisa berencana namun engkau lah yang menentukan. Aku juga tidak tau rasa ku padamu sebenarnya seperti apa karena sejak aku kecil kita sudah terbiasa bersama, apa kenyamanan yang selama ini ku rasakan itu sebuah cinta lelaki pada wanita atau hanya kasih sayang pada seorang kakak perempuan. Yang ku pahami hanyalah, aku merasa sangat kehilangan sosokmu," batin Axell seraya meneguk kopi lagi.
Dia mengusap wajahnya frustasi, momen saat Rea di makamkan masih terngiang dengan jelas dalam ingatan, terlebih baru 1 minggu dan dengan cepat juga dia harus menemukan pengganti disaat ijab qobul tiba.
“Aku tegarnya diluar, dalamnya tetap hancur lebur bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri,” kini tangisnya pecah dan tanpa dia sadari ada Hira di depan ruangannya .
Dengan ragu dia mengetuk pintu tersebut, Axell yang mendengar pun seraya membuka pintu terlihat jelas di depannya. Wanita mengenakan piyama putih sambil menenteng secangkir teh hangat.
“Kamu kenapa gak tidur lagi, dan sekarang bisa bawa teh kesini.”
“Aku gak bisa tidur, aku bosan, ini teh untuk Mas . Sama aku lapar tapi para maid sudah beristirahat gak enakan kalau aku berisik.”
“Kamu bisa masak?”
Hira menganggukan kepala sebagai jawaban.
“Masak aja gak papa, pintunya ditutup semua yang area dapur biar gak terlalu berisik, ayo aku temani.”
Axell menggandeng tangan Hira menelusuri beberapa ruangan hingga sampai di dapur. Dengan cekatan Hira memotong beberapa sayuran serta bumbu lainnya.
Sejenak Axell terkesima dengan Hira, jika dilihat-lihat wajah serta postur badannya mirip sekali dengan Rea bahkan suaranya sama persis. Dan entah mengapa pandangannya enggan teralih ke arah lain.
“Tara!… udah jadi, makan yuk Mas, cobain masakan aku semoga enak ya.”
Meletakkan 2 mangkok bakso yang dicampur dengan beberapa sayuran di atas meja makan ,tepatnya di hadapan Axell duduk menunggu Hira memasak.
Senyum manis terukir jelas dan dengan rasa penasaran yang tinggi dia mencoba bakso tersebut. Masakannya mirip sekali dengan masakan Umma, sudah lama dia tak makan di pesantren karena semenjak 3 tahun lalu memutuskan keluar dia jarang pulang .
Ketemu dengan Umma saja diluar dan sampai sekarang Umma belum tahu seberhasil apa anaknya karena yang umma tahu Axell berusaha hidup mandiri dan berjuang tanpa marga Gus yang diturunkan dari Kyai Hasyim seorang pesohor ulama yang dihormati dimanapun dia berada.
Hingga saat ini beliau sudah wafat pun masih ada yang mengenang dan berziarah ke makam Abahnya. Namun prinsip hidup Axell berbeda dia ingin mandiri dan tak ingin meneruskan pesantren karena beban memang terlalu berat baginya . Dia merasa tidak mampu dan memilih untuk hidup diluar sebagai Axell bukan sebagai Gus Mahen.
“Nama asli kamu siapa Mas kok ada tamu yg manggil Gus Mahen,” Celetuk Hira saat sedang makan.
“Kenzo Axellano Mahendra.” singkat nya.
“Oh ,Aku panggil nya Mamas ya hehe, sama aku mau minta tolong bimbing aku sampai bisa khatam qur'an.”
“Na'am Ya Zaujati.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Metana
walaupun kontrak tapi tetep sweet, iri deh /Shy/
2025-02-25
1
codefive_
Udah gila si omnya emang😡😡😡😡
2025-01-16
1
PjMaha
Auhh🥰🥰🥰🙈🤭
2025-07-26
0