Khawatir

Airin menemani Nando di dalam mobil. Dia sesekali mengusap keringat dingin di wajah laki-laki itu.

"Kamu masih sama seperti dulu mas, tampan, mempesona." Gumamnya.

Senyumnya terpancar dari bibirnya, dia merasa khawatir dengan keadaan Nando saat ini.

"Oh iya, dia kan sedang sakit karena hanya memiliki satu ginjal. Sedangkan satunya ada ditubuhku."

Airin menyentuh perutnya pelan. Dia meringis mengingat perjuangan Nando dulu yang memberikan satu ginjalnya untuk dirinya.

"Aku selalu berdo'a untuk kesehatanmu mas dan keselamatanmu dimanapun kamu berada."

"Hingga sekarang, akhirnya Tuhan mempertemukan kita lagi."

Airin menatap lekat mata Nando yang masih terpejam.

Dia menyentuh lagi pipi Nando karena keringat kembali menetes membasahi wajahnya.

Airin bisa melihat leher Nando yang menelan ludahnya.

Mulutnya juga tergerak dan kelopak matanya juga bergerak akan terbuka.

Airin segera menarik tangannya dari wajah Nando. Dia mengatur duduknya untuk menyambut kesadaran Nando.

"Mas, kamu sudah sadar?" Tanya Airin.

Nando mengerjap beberapa kali untuk melihat perempuan di sampingnya.

Dia membulat terkejut karena melihat perempuan yang dia cintai sekarang berada di sampingnya.

"Airin?"

Airin mengangguk antusias.

"Ini benar kamu Airin?"

Nando mengusap matanya berulangkali. Dia masih tidak percaya jika perempuan itu adalah Airin.

"Iya mas Nando, ini aku Airin."

Tanpa banyak bicara, Nando langsung memeluk erat tubuh Airin.

Dia menangis melepaskan rindu di hatinya yang sudah lama.

Begitu juga Airin yang ikut menangis merasakan rindunya pelukan ini.

"Maafkan aku Airin, dulu aku meninggalkanmu dari panti."

Airin melepaskan pelukannya secara perlahan. Dia menggenggam erat tangan Nando.

"Nggak apa-apa mas, aku sudah tau kok kamu pergi kemana."

"Jadi ibu panti sudah memberitahumu dulu?"

Airin mengangguk, "Ibu panti memberitahuku jika kamu sudah ada yang mengadopsi. Aku sangat senang saat itu, akhirnya ada keluarga yang mau mengadopsimu."

Nando menunduk sedih, "Dulu aku sangat ingin berpamitan denganmu. Tapi, karena kedua orang tua angkatku segera pergi ke luar negeri. Jadinya aku harus ikut mereka kesana."

"Nggak apa-apa mas, sekarang aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi. Meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya."

Nando tersenyum bahagia, dia mengamati wajah cantik yang dari dulu tidak pernah berubah.

"Kamu masih sama seperti dulu, masih cantik seperti Airin kecilku."

Airin tertawa kecil, "Mas Nando bisa aja."

"Serius."

Nando meraih tangan Airin untuk digenggamnya. Dia terkejut karena tangan perempuan itu sangat panas.

"Rin, kamu demam ya?"

Airin menunduk mengangguk pelan, "Iya mas, aku sebenarnya ingin ke rumah sakit. Tapi ditengah jalan aku bertemu kamu yang juga demam. Aku khawatir karena kamu sudah tidak sadar diri disini."

"Ya ampun Rin, terus kamu malah menemaniku disini?"

Airin mengangguk lagi, "Iya mas, aku khawatir jika harus meninggalkanmu pergi."

"Kenapa kamu selalu begitu sih, memprioritaskan orang lain dulu dari pada dirimu sendiri."

"Tidak apa-apa mas, aku sudah agak mendingan tadi terpejam sebentar disini."

"Ayo kita ke rumah sakit bersama, jangan seperti ini. Nanti kalau ada apa-apa denganmu bagaimana."

"Tidak usah mas, aku akan ke rumah sakir sendiri. Kamu lebih baik pulang saja."

"Nggak ada bantahan."

Nando menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya dengan cepat.

Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Airin. Karena dirinya sangat menyayangi Airin lebih dari sekedar adik sendiri.

Di sisi lain, Assandi terbangun karena merasa ada Airin di sampingnya.

Dia melirik ke sekelilingnya yang kosong. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi.

Assandi turun dari ranjangnya dan keluar menuju kamar Airin.

Dia mengeryit bingung, karena melihat kamar Airin yang terbuka lebar.

"Tumben pintunya dibiarkan terbuka."

Assandi berjalan mendekati kamar itu. Dia melihat ke dalam kamar yang kosong tidak terdapat Airin disana.

Assandi masuk mencari Airin dan membuka kamar mandi Airin.

"Airin, Rin..." Panggilnya pelan.

Disana dia tidak menemukan Airin. Assandi hanya menemukan kotak obat yang berserakan di atas tempat tidur Airin.

Dia juga melihat kotak obat yang dia berikan sama sekali tidak tersentuh.

"Dimana dia." Gumamnya.

Assandi berjalan keluar ke ruang tamu. Dia melirik pintu utama sedikit terbuka.

Assandi menghampiri pintu tersebut dan berjalan keluar.

Dia menyipitkan matanya melihat pagar yang tadinya terkunci sekarang tidak terkunci.

Assandi berlari kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci motor dan jaketnya.

Rosalina yang baru saja bangun melihat putra kesayangannya berlarian dini hari merasa bingung.

Dia berjalan memanggil putranya, "Assandi, kamu mau kemana?"

"Keluar sebentar ma."

"Kemana?"

Assandi tidak menjawab, dia sudah di atas motor menyalakan mesinnya.

Rosalina menahan lengan Assandi agar tidak keluar keluyuran dini hari.

"Kamu jangan macam-macam, mama nggak akan izinkan kamu untuk bermain keluar keluyuran."

"Aku nggak keluyuran ma."

"Lah ini, kamu udah rapi pakai jaket dan pakai motor."

"Ma..."

"Nggak Sandi, kamu itu penerus perusahaan kakek. Jika kamu bertingkah nakal, yang ada fasilitas mewah kamu akan dicabut oleh kakek." Jelas Rosalina.

Assandi menghela napas pelan, "Ma, aku beneran nggak keluyuran ikut anak-anak nakal disana."

"Lah terus ini apa? Mama nggak mau kamu pergi jam segini."

"Aku nggak akan kemana-mana, mama tunggu saja di rumah."

Bremm...

Bremm...

Assandi sudah mengambil ancang-ancang untuk jalan. Tangan mamanya dia tepis pelan agar tidak terkena setir kendaraannya.

Rosalina mengusap wajahnya gusar, dia takut jika anaknya ikut balapan di luar sana.

"Assandi!!!" Teriak Rosalina.

Fandi sang suami bangun menghampiri istrinya. Dia menarik lengan sang istri menanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa ma? Ada apa mama menangis?"

Rosalina memeluk Fandi erat, "Assandi mas, Assandi pergi keluar. Aku takut kalau dia akan ikut teman-temannya yang nakal itu."

Tangan Fandi mengusap punggung istrinya, "Kamu tenang dulu, dia sudah dewasa. Pasti dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk."

"Aku takut jika papa tau akan mencabut semua fasilitasnya, termasuk pewaris tahta untuk perusahaannya."

"Enggak akan, dia nggak akan dicabut dari ahli waris. Kan dia cucu laki-laki satu-satunya."

"Satu-satunya apaan, adik kamu juga memiliki anak laki-laki kan."

"Tapi itu hanya anak angkat ma, hanya Assandi yang cucu kandungnya."

Rosalina semakin memangis kencang, "Hwwwaaaaa, tapi papa pernah bilang mas. Kalau Assandi nakal dan nggak bisa disiplin, apalagi nilainya sampai jelek. Dia akan dicoret dari ahli waris dan diberikan kepada anak adikmu, hwwwaaaaa."

"Huss, cup, cup, kamu jangan kencang-kencang dong nangisnya. Malu di denger tetangga."

"Bodo amat!!! Aku nggak mau anak laki-lakiku lontang lantung tidak mendapat pekerjaan nanti!!!"

"Kan masih ada perusahaanku, perusahaanku nggak kalah besarnya seperti perusahaan papa."

"Apaan, hanya perusahaan cabang, bukan perusahaan pusat!!!!"

Rosalina berjalan masuk dengan menghentakkan kakinya karena kesal. Dia merasa suaminya tidak bisa diandalkan.

"Aarrggghh, dasar perempuan. Assandi masih umur segini aja udah mikir warisan. Apalagi kalau benar-benar sudah dewasa dia."

Fandi mengacak rambutnya kesal, dia merasa istrinya itu yang dipikirkan hanya kekayaan orang tuanya saja.

Dia tidak bisa memikirkan bagaimana masa depan anak-anaknya yang bukan hanya Assandi saja.

Episodes
1 Kotak Bekal
2 Selalu Di Abaikan
3 Sakit
4 Langkah Sunyi
5 Khawatir
6 Se Motor
7 Foto Masa Kecil Assandi
8 Hadiah Boneka
9 Pergi Makan Malam
10 Boneka Lagi
11 Hari Pertama Sekolah Setelah Sakit
12 Sekamar
13 Martabak Mini
14 Menahan Nafsu
15 Syal Merah Maroon
16 Assandi Sakit
17 Kue Basi
18 Pengakuan
19 Pergi
20 Berlin, Jerman
21 Pekerjaan
22 Teman Baru
23 Marah
24 Mimpi Buruk
25 Terfitnah
26 Merenung
27 Mabuk
28 Kebenaran
29 Pengumuman :
30 Hilangnya Keperawanan
31 Merasa Hina
32 CEO Hotel
33 Mencari
34 Hamil
35 Frustasi
36 Kehilangan Pekerjaan
37 Hujan Badai
38 Kelulusan
39 Laki-laki Itu
40 Berjumpa
41 Mengaku
42 Perhatian
43 Kembali Ke Hotel
44 Peraturan Tegas
45 Ngidam
46 Kecurigaan Jennie
47 Terpaksa Berbohong
48 Makan Malam Perayaan
49 Teman William
50 Mencaritahu
51 Buah Jeruk
52 Pembalasan
53 Dendam
54 Terjadi
55 Rumah Sakit
56 Darah Untuk Rania
57 Kabar Bahagia Keluarga Elwidson
58 Berita Pencarian Airin
59 Sadarnya Rania
60 Rumah Romi
61 Melanjutkan Pencarian
62 Gejolak Asmara Romi
63 Mimpi
64 Saling Merindukan
65 Melahirkan
66 Sadarnya Airin dari Koma
67 Pertemuan di Dalam Pesawat
68 Buku Diary Airin
69 Singapura
70 Pembatalan Kerja Sama
71 Tetangga Apartemen
72 Martabak Kesukaan Airin
73 Menuju Rumah Sakit
74 Pengumuman 2
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Kotak Bekal
2
Selalu Di Abaikan
3
Sakit
4
Langkah Sunyi
5
Khawatir
6
Se Motor
7
Foto Masa Kecil Assandi
8
Hadiah Boneka
9
Pergi Makan Malam
10
Boneka Lagi
11
Hari Pertama Sekolah Setelah Sakit
12
Sekamar
13
Martabak Mini
14
Menahan Nafsu
15
Syal Merah Maroon
16
Assandi Sakit
17
Kue Basi
18
Pengakuan
19
Pergi
20
Berlin, Jerman
21
Pekerjaan
22
Teman Baru
23
Marah
24
Mimpi Buruk
25
Terfitnah
26
Merenung
27
Mabuk
28
Kebenaran
29
Pengumuman :
30
Hilangnya Keperawanan
31
Merasa Hina
32
CEO Hotel
33
Mencari
34
Hamil
35
Frustasi
36
Kehilangan Pekerjaan
37
Hujan Badai
38
Kelulusan
39
Laki-laki Itu
40
Berjumpa
41
Mengaku
42
Perhatian
43
Kembali Ke Hotel
44
Peraturan Tegas
45
Ngidam
46
Kecurigaan Jennie
47
Terpaksa Berbohong
48
Makan Malam Perayaan
49
Teman William
50
Mencaritahu
51
Buah Jeruk
52
Pembalasan
53
Dendam
54
Terjadi
55
Rumah Sakit
56
Darah Untuk Rania
57
Kabar Bahagia Keluarga Elwidson
58
Berita Pencarian Airin
59
Sadarnya Rania
60
Rumah Romi
61
Melanjutkan Pencarian
62
Gejolak Asmara Romi
63
Mimpi
64
Saling Merindukan
65
Melahirkan
66
Sadarnya Airin dari Koma
67
Pertemuan di Dalam Pesawat
68
Buku Diary Airin
69
Singapura
70
Pembatalan Kerja Sama
71
Tetangga Apartemen
72
Martabak Kesukaan Airin
73
Menuju Rumah Sakit
74
Pengumuman 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!