01. In home

...HAPPY READING♥️...

Berdiri sebuah rumah sederhana yang bisa dibilang kecil, cukup jauh dari pemukiman warga. Kediaman Karelina peninggalan neneknya yang telah lama meninggal. Para tetangganya sudah banyak berpindah rumah karena jauh dari jalan raya, hanya tinggal Karelina sendiri.

Untuk sampai di rumah Karelina, harus melewati gang sempit dari jalan utama. Lalu, melintasi sebuah ladang sayuran milik orang yang dulunya tinggal di sana, dan sekarang sudah pindah.

Dengan ia membawa laki-laki serigala itu, cukup aman sebab tidak ada tetangga yang akan julid.

Desa Samjinae, Korea Selatan. Merupakan sebuah desa kecil yang dijuluki sebagai "slow city" atau kota lambat. Alasan desa ini mendapatkan julukan itu sebab cara hidup tradisional Korea dan laju kehidupan yang lambat, yang berbeda dengan kehidupan kota yang serba canggih dan cepat.

Karelina membuka pintu, melangkahkan kaki masuk terlebih dahulu kemudian diikuti oleh Deniar. Keadaan rumahnya selalu rapi karena ia adalah seorang perfeksionis. "Mulai sekarang, kamu tinggal di sini dulu, ya?" ujar Karelina.

Deniar mengangguk. "Terima kasih sudah mau menampung aku."

Gadis itu mengulas senyum tipis, kemudian berjalan meninggalkan Deniar yang celingukan melihat sekitarnya. Laki-laki itu berjalan menyusuri rumah kecil yang menjadi tempat singgahnya. Sebuah foto di dinding menarik perhatiannya.

Foto seorang wanita, laki-laki dewasa, dan anak kecil. Lalu, di samping foto itu juga ada seorang nenek dan cucu perempuannya terlihat seperti Karelina. Dari belakang Deniar, tanpa ia sadari Karelina berdiri di sana dengan secangkir teh. "Itu keluargaku," seru Karelina.

Deniar membalik badan karena terkejut. Lalu, Karelina menyodorkan cangkir itu. "Duduk di sana, yuk!" ajak Karelina. Keduanya pun duduk di sofa kecil di pojok ruangan. Lalu, mereka duduk saling bersampingan. "Itu teh." Karelina berucap saat Deniar hanya menatap benda di tangannya.

"Teh?" Karelina mengangguk. "Diminum?" tanya Deniar, yang membuat Karelina hanya bisa menarik sudut bibir. Deniar dengan tidak yakin meminum benda itu, yang baunya sebenarnya sangat menganggu. Saat cairan itu sampai di mulutnya, secepat kilat ia menjauhkannya.

Dia memberikan cangkir itu kembali pada Karelina. Dengan tangan kosong, Deniar mengusap lidahnya karena rasa teh sangat tidak enak menurutnya. "Sungguh aneh! Seperti air bekas mandi," sarkasnya.

Karelina terbelalak mendengarnya. "Itu terbuat dari daun. Apa kamu tidak minum hal semacam itu?" tanya Karelina.

Deniar menggeleng cepat. Dia masih mengusap lidahnya yang kaku. "Aku karnivora, hanya memakan daging. Minum air suci."

"Air suci?"

Deniar menganggukkan kepala. "Aku meminum air suci."

Mendengar pernyataan dari Deniar, Karelina yakin bahwa laki-laki itu benar-benar bukan berasal dari sini. "Bisa beritahu kamu tinggal dimana?" tanya gadis itu sangat penasaran.

"Highest level village." Deniar berucap seolah ia benar-benar dari sana. "Tempat para serigala dengan tingkat paling tinggi di dunia," katanya.

Menyerah. Karelina benar-benar tidak mengerti. Sungguh. Ia bahkan tak menyangka manusia serigala nyata adanya. Dia bukan seseorang yang suka membaca apalagi tentang hal fantasi.

"Bisa aku bertanya?" ujar Deniar, dijawab anggukan singkat oleh Karelina. "Lalu, orang-orang di foto itu sekarang dimana? Aku tidak melihatnya."

"Saat itu usiaku 10 tahun. Ibu dan ayahku ingin aku tinggal dengan nenek di sini dan aku tinggal hanya berdua."

"Setelah itu aku tidak pernah melihat kedua orang tuaku lagi. Dan, dua tahun lalu, nenek meninggal karena sakit."

"Ya, sekarang aku sendirian," kata Karelina. Ia melihat Deniar hanya menatapnya dengan mata bulat. "Jangan kasihan padaku!"

Deniar menggeleng. "Aku tidak kasihan. Kamu luar biasa bisa hidup sendirian."

Setelah berbincang cukup lama dan membuat perut lapar, Karelina ingin memasak sesuatu untuk makan malam. Kebetulan, ada menu yang cukup mewah di kulkas. Sepotong daging sapi dari pasar kemarin.

Karelina mengeluarkan daging yang beku itu dan meletakkannya di atas baskom. Lalu, ia mencucinya di air keran dan menunggunya mencair. Sembari menunggu, gadis itu menyiapkan bumbu untuk masakannya. "Tunggu di sini, ya! Aku mau ambil tomat," ucapnya pada Deniar yang hanya berdiri di pojok dapur.

Laki-laki itu mengangguk seperti anak kecil. Setelah Karelina meninggalkannya, ia mendekati barang-barang yang digunakan Karelina tadi. "Pedang ini sangat berbeda," ucapnya sambil menggerakkan sebuah pisau seperti ia benar-benar memegang pedang. Lalu, ia beralih pada sebuah garpu. "Ini pedang jenis apa?"

Perut berbunyi. Deniar mengelusnya karena kelaparan. Dia membalik badan dan menemukan daging mentah yang membuat matanya berbinar. Mengambilnya secepat kilat, kemudian menghirup aroma amis istimewa menurutnya. Saat akan memasukkan potongan besar itu ke dalam mulut, Karelina datang tepat waktu dan meneriakinya. "HEY!"

Deniar spontan menghentikan aktivitasnya. Karelina berjalan cepat dan merebut daging mentah itu dari tangan Deniar. "Ini masih mentah!" tegur Karelina.

"Mengapa? Aku biasa memakannya seperti itu," jawab laki-laki itu.

Karelina mendengus kesal. "Sekarang, kamu itu manusia dan harus mengubah hidup kamu sebagai manusia!" Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala. "Ini harus dimasak," ujar Karelina, memotong daging itu menjadi beberapa bagian.

"Aku mau dimakan seperti itu," sahut Deniar.

Karelina menoleh, melihat wajah Deniar yang kelaparan. Meski terlihat menyeramkan, entah mengapa membuat Karelina kasihan. Tidak tega, Karelina memberikan sepotong pada Deniar.

Mengambil dengan cepat dan memasukkannya ke dalam mulut dalam sekali suapan dan hampir membuat Karelina ingin muntah hanya dengan melihatnya. Gadis itu bergidik ngeri, membayangkan bisa saja Deniar itu memakan dirinya hidup-hidup mengingat laki-laki itu adalah serigala. "Lain kali, jangan makan seperti itu!" peringat Karelina.

.....

Mereka duduk lesehan di ruang tengah, dengan meja di bawah sana sebagai tempat makanan. Tidak percaya dengan Karelina bahwa masakan miliknya enak, Deniar menolak makan. "Aku makan yang mentah saja," katanya.

"Tidak ada lagi, sudah aku masak semua," jawab Karelina. "Cobalah!"

Deniar menggelengkan kuat kepalanya. "Itu basi. Lihat warnanya gelap!" selorohnya.

"Itu sudah dimasak, warnanya jadi seperti itu."

Ia menggelengkan kepalanya lagi. "Kamu saja yang makan."

Karelina memutar malas bola matanya. Ia mendengus kesal. Bagaimana seorang serigala bisa semenyebalkan ini. Lalu, tidak peduli lagi, ia makan sendiri daging panggang buatannya itu dengan sepiring nasi. "Ini sangat enak. Benar-benar tidak mau?" tawar Karelina.

"Baunya saja tidak enak," seru Deniar.

Sepertinya, Karelina yang ingin menyakar di sini.

Sementara ia makan dengan lahap, Deniar hanya menundukkan kepala melihat makanan di depannya. Seperti, menginginkannya sepotong untuk disantap.

Merasa kasihan, Karelina menawarkan suapan dari garpunya pada laki-laki itu. "Coba sedikit!" pinta Karelina.

Dengan ragu, Deniar membuka mulut dan memasukkan sepotong daging itu dan mengunyahnya. Tiba-tiba, matanya itu melotot dan membuat Karelina terkejut. "Daging basi ini enak!" celetuk Deniar.

Karelina ingin menangis saja harus menghadapi ujian ini.

"Besok pagi, aku harus pergi ke sekolah. Kamu bisa di rumah saja?" ujar Karelina.

"Aku ikut?"

Karelina menggelengkan kepala. "Kamu tidak ikut, di rumah dan tunggu aku pulang," jawabnya. "Kamu jangan keluar tanpa aku, nanti tersesat. Boleh keluar tapi jangan jauh!"

"Hanya di sini?" tanyanya.

"Iya. Tunggu aku pulang baru boleh keluar." Karelina berucap dengan sesabar mungkin. "Kalau malam, aku harus kerja," ujar Karelina.

"Kerja?"

"Iya. Melakukan kegiatan jual beli, kamu tahu?"

"Oh, itu kerja, ya?"

"Iya. Kalau aku kerja, kamu boleh ikut tapi janji tidak berbuah macam-macam."

"Aku boleh bantu kamu kerja?" tanya Deniar.

Karelina hanya mengangguk singkat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!