Malvia naik ke lantai atas setiap buka Coffee shop dia punya tugas khusus sekarang yaitu membersihkan ruangan Hanzie.
Ternyata sudah ada para pekerja yang menata ulang lantai 2 supaya lebih layak ditempati, banyak meja dan kursi baru yang masih disisihkan dipinggiran. Malvia masuk ruangan dan langsung menyapu karna dilihatnya semua yang diatas meja sudah rapi semua.
Hanzie masuk kedalam ruangan dan lagi-lagi Malvia kaget.
"Kamu kenapa sih selalu kaget kalo ada orang masuk"
"Maaf mas fokus kebawah soalnya"
Dibelakang Hanzie diikuti seorang pemuda yang berhasil membuat Malvia takut untuk melihatnya, siapa lagi kalau bukan Jansen.
Kenapa orang itu ikut kemari lagi.
"Hai cantik, kita ketemu lagi" sapa Jansen
Malvia hanya menunduk dia segera menyelesaikan bersih-bersihnya supaya cepat bisa segera pergi dari ruangan ini.
"Gak usah buru-buru, Hanzie gak keberatan kok kalo lo lama-lama disini"
Hanzie melirik Malvia dan gadis itu masih diam menunduk, Hanzie tau gadis itu mungkin masih takut gara-gara perlakuan tidak menyenangkan dari Jansen beberapa waktu lalu.
"Dia takut tolol makanya lo jangan jadi monster, ngakunya suka wanita cantik tapi malah di bikin ketakutan, laki-laki macam apa lo?"
"Kan gue gak punya niat buat MENYAKITI nya"Jansen sengaja menekan kata menyakiti supaya Malvia tau hal " itu" tidak menyakitkan.
"Dengan lo sentuh Mavin itu udah menyakiti bodoh, lo udah punya June kurang apa ha?"
"Kurang seksi boy"
Hanzie melirik Malvia sebentar, dia menyapu sudah sampai ambang pintu.
"Lo gak kepikiran kalau Mavin lebih seksi kan?"
"Bener"
Jansen mendekati Malvia yang sudah mulai mengeruk sampah dan debu.
"Lo mau ngapain setelah ini?"
"Kerja dibawah"
"Gak bersihin kamar mandi lagi?"
"Saya gak telat hari ini"
"Han suruh karyawan lo buat bersihin kamar mandi lagi atau tempat apa kek yang sepi?"
Belum Hanzie menjawab Malvia sudah menyahut duluan.
"Saya karyawan bukan pembantu umum, permisi"
Malvia segera berjalan cepat menuju lantai bawah, orang itu benar-benar bajingan.
"Skakmat! " pekik Hanzie sambil tertawa kecil.
"Ayo dong kerja sama, cewek itu gemesin banget lo lihat pipinya yang tembem itu gue pengen gigit"
"Anjing"
Hanzie mengabaikan Jansen yang mengoceh karna tergila-gila dengan Malvia, ralat... tepatnya tergila-gila dengan fisiknya terlebih tubuhnya.
Jansen memang seorang casanova handal, entah sejak kapan hobi itu mendarah daging dalam jiwanya.
Malvia ngos-ngosan karna turun dari lantai 2 dengan ter buru-buru, dia takut kalau Jansen mengejarnya sampai dia hampir tersandung oleh kakinya sendiri kalau saja Ratih tak ada disitu mungkin Malvia sudah terjungkal.
"Ngapain sih Mal kok lari-lari, itu tangga loh bukan tempat buat lari maraton"
"Gapapa, latian aja seberapa cepet gue turun tangga biar nanti kalo lantai 2 udah siap gue juga udah siap bolak balik hehe"
"Ya tapi ini bahaya tau gak, eh Mal tadi siapa yang sama mas Hanzie?"
"Temennya"
"Lo gak kenalan?"
"Gak lah, ngapain" jawabnya bohong, padahal sudah kenal dari beberapa hari lalu.
Ratih memutar bola matanya.
"Kesempatan emas tau gak"
Malvia melengos, dia mengembalikan sapu pada tempatnya dan juga mulai mengelap gelas-gelas kaca sebelum digunakan.
Pikirannya melayang terbang ke angkasa, kalau pemuda itu masih ada disini dia tidak akan tenang sebisa mungkin setelah ini jangan pernah ke lantai 2 atau enggak kalau pas bersih-bersih dia harus menyelesaikan sebelum Hanzie datang.
"Rat, pesenan meja nomor 5 nih" teriak Aliyah
"Oke"
Ratih menyerahkannya pada Gideon dan menunggu Gideon membuatnya.
"Mal lo punya hubungan apa sama temennya mas Hanzie?" tanya David tiba-tiba
Malvia menoleh dengan kaget karna dia habis melamun apalagi dengan pertanyaan David yang terlalu to the point.
"Gak ada kenapa?"
"Kok mereka ngomongin lo?"
"Emang lo habis dari mana kok tau?"
"Nganterin minum buat bapak-bapak diatas trus gak sengaja denger pas di deket ruangan mas Hanzie, keknya dia tertarik sama elo emang kalian pernah ketemu dimana?"
"Cuma dua kali pas bersihin ruangan mas Hanzie"
"Wah hebat kalo sampek lo dapetin dia, kaya lo Mal wajahnya juga ganteng"
"Ngawur lo, ini bantuin"
David hanya tertawa kecil, tanpa sadar sedari tadi ada yang mencuri dengar pembicaraan dua orang itu, ya dialah Kevin, siapa teman Hanzie yang dimaksud David kenapa dia tidak pernah tau kalau ada teman Hanzie yang ikut datang kemari.
Pukul 21:55 Hanzie dan Jansen turun kebawah dan langsung ke dapur Hanzie ingin melihat bagaimana suasana dapur, terlihat Kevin dan Gideon yang sibuk dengan kopinya lalu ada Amel yang terlihat akan mengantar pesanan, dan juga ada Malvia yang sedang mencuci beberapa gelas kotor.
Jansen langsung mendekati Malvia dan memeluk tubuhnya dengan berani, sontak membuat Malvia terkejut dan langsung melepaskan diri, tidak hanya Malvia yang terkejut, Kevin, Gideon, dan Amel pun juga terkejut.
"Jansen jaga sikap malu-maluin banget" seru Hanzie
"Gue cuma mau manja sama Malvia" jawab Jansen enteng
"Mas Jansen jangan keterlaluan, kita nggak saling kenal ya" ucap Malvia
"Kan udah kenalan kita juga udah ciuman" jawab Jansen santai
"Jangan sembarangan kalo ngomong, bisa-bisa orang salah paham"
"Kenapa? Lo nggak punya pacar didalam sini kan?"
Entah kenapa tatapan Malvia langsung tertuju pada Kevin, Kevin juga masih menatapnya, wajahnya terlihat memerah karna menahan amarah.
Malvia menggeleng.
"Jansen berhenti omong kosong kalo lo masih mau lihat matahari besok, pulang sekarang juga!" ucap Hanzie karna sudah jengah dengan drama yang diciptakan teman brengseknya itu.
"Sebentar aja bangsat"
"Nggak ada toleransi atau kita batalin kontrak kerja kita?"
"Oke oke, Malvia sayang kita ketemu lain kali ya ingat untuk manjain gue nanti" Jansen mengedipkan sebelah matanya lalu menyusul Hanzie yang sudah berjalan duluan.
Malvia masih berdiri kaku, tidak tau harus bagaimana sementara ketiga temannya masih menatapnya seakan ingin menelannya hidup-hidup.
"Nggak dapet mas Hanzie temannya pun diembat?" tanya Amel
"Siapa bilang?"
"Amel, pelanggan lo marah-marah!" teriak David setelah masuk dapur tapi dia langsung bingung kala melihat wajah semua orang yang ada disitu.
"Kenapa ini? Kenapa tegang banget emang ada setan lewat?"tanyanya kemudian
Amel segera melesat pergi mengantar pesanan yang tertunda sementara Kevin menutup toples dengan amarah yang masih dipendam, Gideon hanya menepuk bahu Kevin beberapa kali untuk menenangkan.
Malvia terdiam kaku.
"Mal ada apa?" tanya David karna melihat amarah diwajah Kevin
"Udahlah lo jangan banyak bacot, sana beresin pekerjaan lo!" suruh Gideon
"Ya elah tanya doang"
Malvia meneruskan mencuci gelasnya, dia sendiri bingung kenapa dia harus menatap Kevin kala Jansen bertanya perihal pacar, mungkin karna dia merasa tidak enak dan harus melihat kondisi Kevin saat setelah adegan Jansen memeluk dirinya dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments