Menyatakan perasaan

Seperti yang dikatakan Hanzie kemarin, hari ini sebelum dia datang Malvia membersihkan ruangan yang ada di lantai 2, meski sedikit merinding karna hari sudah sore dan tidak ada yang datang kemari selain dirinya saat ini.

Malvia mulai menata buku-buku yang berserakan dimeja perasaan kemarin mejanya rapi-rapi saja ketika Malvia datang izin, masa iya Hanzie tidak mau mengembalikan sendiri buku-buku yang entah tentang apa ini.

Setelah selesai membereskan meja Malvia lanjut menyapu dan mengepel lantai, tepat pada saat sampai tiba di ambang pintu Malvia menjatuhkan pel-pelan nya karna melihat sepasang kaki yang berdiri di depannya, Malvia tentu kaget karna tak mendengar suara langkah kaki dari tadi.

"Apaan sih ngagetin aja" ucap si pemilik kaki

Malvia mendongak dengan cepat.

"Mas Hanzie"

"Kebanyakan nonton drama kamu,. ngelamun apa sampek gak denger ada langkah kaki?"

"Maaf mas, soalnya dari tadi saya sendirian kan jadi parno"

Malvia mengambil lagi pel-pelan yang terjatuh, Hanzie masuk kedalam.

"Kamu pel lagi itu"

"Hah?"

Hanzie menunjuk bekas langkah kakinya yang meninggalkan noda, Malvia memutar bola mata ampun deh punya bos ganteng tapi ngeselin akhirnya Malvia mengulangi ngepel nya.

Sementara Hanzie duduk dikursinya dengan tenang sambil membuka lap top, sesekali dia melirik Malvia untuk memastikan bahwa dia mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

"Kamu yang kemarin minta izin kan?"

"Iya mas"

"Siapa nama kamu?"

"Malvia"

"Terlalu panjang kalo manggil, yang lain?"

"Hanya itu mas"

"Mavin"

Malvia hanya menatap bingung, bagaimana bisa namanya berubah jadi nama makanan, tapi tidak papa kalau itu menjadi nama kesayangan, pikir Malvia.

Selesai mengepel dengan bersih Malvia turun untuk membuatkan kopi, sebenarnya bukan Malvia yang buat karna ada sendiri orang yang ditugaskan untuk membuat kopi yaitu Kevin dan Gideon.

"Mas Kevin buatin kopi buat mas Hanzie ya"

"Elo yang anter?"

"Iya, nanti marah kalo bukan gue"

"Halah modus, itu pasti gara-gara lo abis nyapu disono mangkanya nyuruh lo sekalian biar gak ribet" sahut Amel yang kebetulan sedang berada disana untuk mengambil pesanan kopi.

"Sirik aja Mel, sono anterin kopinya keburu pulang pelanggannya!"

Amel hanya melengos lalu segera mengantarkan pesanan, Kevin dan Gideon hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua gadis yang memang tak pernah akur itu.

"Mana mas kopinya!"

"Ini lho, gak sabaran amat mau ketemu bos"

"Ya habisnya nanti kalo lama-lama gue di marahi"

Malvia langsung menyambar kopi yang barusan di buat dan langsung naik ke lantai atas masuk keruangan Hanzie, dengan langkah mantap Malvia meletakkan cangkir kopi itu diatas meja kerja Hanzie.

"Siapa yang buat?"

"Mas Kevin"

"Lain kali kamu harus belajar biar nanti nggak bingung pas suamimu minta kopi"

"Kan tinggal beli kopi di warung trus diseduh pakek air panas"

Hanzie tertawa kecil, lalu menatap Malvia.

"Kopi hitam yang di buat sendiri jauh lebih nikmat daripada kopi pabrikan kamu bisa buat kopi?"

Malvia menggeleng dengan cepat.

"Makanya harus belajar"

"Mas mau ajarin saya?"

"Ngapain saya ngajarin kamu kayak gak ada kerjaan lain minta Kevin yang ajarin atau Gideon juga malah ahli"

"jangan-jangan mas gak bisa ya?"

"Kamu nantang saya?"

"Enggak mas, ya udah saya turun dulu mas hati-hati disini ya gak ada yang nemenin"

Malvia langsung berlari keluar ruangan, baru kali ini dia bicara dengan Hanzie begitu santai.padahal dulu Hanzie adalah orang yang sulit sekali di ajak bicara dan hanya bicara seperlunya saja.

Dukkk..

Hanzie menoleh ke arah pintu, seperti ada sesuatu yang jatuh diluar ruangan.

"Mavin!"

Tidak ada sahutan dari gadis yang barusan di panggil, apa dia sudah turun?

"Mavin jangan bercanda sama saya!"

Tetap tidak ada sahutan akhirnya Hanzie berjalan keluar, tidak ada siapa pun dan dia melihat ada kardus yang teronggok dibawah meja, oh jadi itu yang jatuh tapi siapa yang..

cit.. cit.. cit..

Tampak seekor tikus meloncat dari dalam kardus membuat Hanzie kaget dan mundur beberapa langkah, biar bagaimanapun juga Hanzie jijik dengan hewan itu dia langsung masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya takut jika tikus itu nyelonong masuk tanpa permisi.

"Bangsat gara-gara gadis itu jadi ikutan parno"

Hanzie duduk lagi dikursinya.

Sebenarnya Hanzie sedang memikirkan tempatnya ini, dia ingin memperluas coffee shop dengan menggunakan lantai 2 juga supaya tidak seperti gudang, juga menambah beberapa menu makanan supaya pelanggan tidak merasa bosan.

*

Kevin mendekati Malvia yang tengah duduk dikursi depan, detik-detik Coffee shop mau tutup jadi pekerjaan mereka sudah pada selesai.

"Lo kenapa kok ngelamun?"

Malvia menoleh dengan kaget.

"Mas Kevin, enggak kok nggak papa"

"Nanti pulang bareng yuk gue anter sekalian mau ngomong sesuatu nih penting banget"

"Ngomong aja disini mas, lagian ini juga sepi"

"Gabisa, gue anter ya"

Malvia menggeleng cepat, bisa-bisa Kevin tau kalau dia tinggal dipanti asuhan bukan apa-apa Malvia hanya merasa tidak nyaman jika semua orang tau kalau dia tinggal dipanti asuhan, terutama teman-temannya ini.

"Kenapa sih?"

"Gapapa mas Kevin pulang aja sama David sama mas Gideon gue pulang sendiri aja"

"Ini malem, jangan mentang-mentang berani jadi lo mau pulang sendirian apalagi gak ada Ratih kalo ada apa-apa gimana? Lo perempuan Mal"

"Ya doa nya jangan kek gitu lah mas"

"Makanya gue anter ya, sekali aja"

Malvia menatap raut wajah Kevin yang begitu berharap apa mungkin kali ini Malvia menurut saja, jangan-jangan nanti beneran ada apa-apa dijalan lagi pula jalanan terlihat begitu sepi. Biarkan saja Kevin tau kalau dia tinggal di panti asuhan.

"Hei kalian!"

Seru Hanzie dari samping meja yang ada di luar ruangan, mereka pun kelabakan dan segera berlari mendekati Hanzie.

"Pacaran aja, tutup!"

"Iya mas maaf"

Malvia dan Kevin segera masuk kedalam untuk membereskan gelas-gelas kosong sebelum tutup dan juga mengambil barang-barangnya yang masih didalam.

Hanzie melihat jam yang melingkar di tangannya lalu segera masuk ke dalam mobil mewahnya.

Selain mempunyai Coffee shop Hanzie dulu membantu ayahnya mengurusi bisnis properti dan dia hanya akan mengunjungi Coffee shop dihari sabtu dan minggu, tapi mulai sekarang dia akan sering mengunjungi untuk menyusun rencana pemakaian lantai 2 selain itu bisnis ayahnya juga sudah di pegang kakaknya jadi Hanzie hanya akan fokus pada Coffee shop ini.

Pintu gerbang Coffee shop sudah ditutup rapat akhirnya mau tidak mau Malvia pulang di antar Kevin dengan naik motor.

"Dimana rumah lo?"

"Depan gedung terbuka pas"

"Gedung terbuka? Gak salah itukan panti asuhan kasih bunda? "

"Iya gue tinggal disana mas"

kikkkkk...

Suara rem mendadak yang di timbulkan membuat Malvia kaget, Kevin menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa yang di bonceng ini benar-benar Malvia, gadis sempurna yang selalu berpakaian menarik.

"Kaget ya mas? Gue gak punya rumah"

"Enggak bukan gitu, sejak kapan lo tinggal di sana? "

"Sejak lahir orang tua gue udah nitipin disana"

"Sayang banget padahal anaknya tumbuh secantik ini masa di sia-sia in"

Malvia hanya tersenyum kecut, bohong kalau dia tidak sedih.

Kevin melanjutkan jalannya yang sempat terhenti karena kaget.

"Mal"

"Iya"

"Gue suka sama lo"

Akhirnya kata itu keluar dari mulut seorang Kevin, Malvia begitu terkejut dengan pernyataan itu lama sekali dia tak menjawab ucapan Kevin hingga mereka tiba di depan gedung terbuka tepatnya di depan panti asuhan kasih bunda. Malvia turun Kevin menatapnya.

"Lo dengar kan tadi gue ngomong apa"

Malvia mengangguk.

"Gak usah mikir keras kalau bisa lo bisa nrima gue, gue seneng banget tapi kalo gak ya gapapa selama elo udah tau gue jadi lega"

"Mas Kevin gak salah? Gue ini orangnya cuma kek gini lo"

Kevin tersenyum lalu memegang tangan kanan Malvia.

"Elo yang apa adanya gini tambah buat gue suka, tapi gapapa kalo lo udah suka sama orang lain apalagi kalo itu mas Hanzie, kayaknya dia bakal bikin hidup lo jadi lebih bahagia"

Malvia hanya menatap Kevin dengan sedih, dia tak bisa menerima Kevin tapi dia juga tidak sesuka itu dengan Hanzie. Dia pikir dia hanya kagum dengan Hanzie.

"Maaf"

Satu kata itu berhasil membuat Kevin melepaskan tangan Malvia, karna kata maaf itu sudah menunjukan bahwa Malvia tak bisa menerima cintanya.

Kevin mengangguk angguk paham.

"Oke gue harap kita tetep jadi teman kerja yang baik, lupain kejadian hari ini dan besok bersikap biasa aja seolah nggak pernah terjadi apapun gue nggak mau buat lo susah"

Malvia hanya mengangguk sementara Kevin pamit pulang, mana bisa bersikap biasa aja apalagi selalu ketemu tiap hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!