Bab 02

DORR!

DORR!

“LARI! CEPAT LARI, GIZEL!”

“JANGAN… JANGAN!!”

DUAARR!

“API!! LEDAKAN!! AWAS!!”

“Akhh…”

Gizel terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Keringat membanjiri kening dan lehernya, tubuhnya gemetar. Ia memegangi kepala yang terasa berdenyut hebat.

“Mimpi itu lagi… Kenapa kejadian itu terus-menerus menghantuiku?” gumamnya lirih.

Tangannya meraba nakas dan meraih sebuah bingkai foto. Di dalamnya, tampak wajah bahagia ayah dan ibunya. Keluarga yang kini hanya bisa ia kenang.

“Ayah, Ibu… Aku rindu. Tiga tahun aku hidup sendiri tanpa kalian… Hiks…” Air matanya luruh begitu saja. Ia tak sanggup menahan rasa kehilangan yang mengendap selama ini. Tragedi yang membuatnya hanya bisa melarikan diri tanpa sempat menyelamatkan siapapun.

Namun, waktu terus berjalan. Gizel mengusap air matanya, menarik napas panjang, dan bangkit dari tempat tidur.

“Astaga! Hari ini ada pesanan bunga! Aku harus segera ke toko.”

Ia membersihkan diri, lalu mengenakan pakaian kerjanya. Beberapa saat kemudian, ia turun ke lantai bawah, menuju toko bunga kecil miliknya—satu-satunya sumber penghasilan yang ia andalkan untuk bertahan hidup.

Toko bunga itu sekaligus menjadi tempat tinggalnya, berada di pinggiran kota besar. Meski kecil, toko itu cukup ramai karena keahliannya dalam merangkai bunga yang cantik dan penuh makna.

Setelah menyantap sarapan seadanya, Gizel mulai sibuk menyiapkan lima pesanan bunga.

TING TONG

Bunyi lonceng di atas pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan datang. Gizel segera menyambut dengan senyum ramah.

“Selamat datang, silakan masuk,” ucapnya hangat.

Beberapa pelanggan mengambil pesanan, ada pula yang langsung memilih bunga di tempat. Gizel melayani mereka semua dengan senyum tulus—karena inilah yang bisa ia lakukan untuk bertahan. Merangkai bunga, merangkai harapan.

Di sisi lain kota, berdiri sebuah mansion megah di pinggir sungai, tak jauh dari hutan lebat. Tak ada satu rumah pun di sekitar sana, karena luas dan privasinya yang terjaga menjadikan mansion itu berdiri sendiri.

“Tuan, saya sudah mengosongkan seluruh jadwal Anda hari ini,” ucap seorang pria berjas hitam.

Seorang pria berdiri membelakanginya, bertubuh tegap, mengenakan setelan hitam elegan, namun wajahnya dingin bak es.

“Kita pergi membeli bunga. Hari ini hari istimewa untuk ibuku,” ucapnya tanpa ekspresi.

“Baik, Tuan,” jawab si pria dengan hormat, lalu segera menyiapkan mobil.

Mereka berkeliling kota, tapi toko bunga langganan mereka sedang direnovasi.

“Tuan, kita sudah menyusuri beberapa tempat, tapi tak ada toko bunga yang buka.”

“Cari sampai ketemu! Aku tidak mau tahu!” Suara tegas dan tajam itu membuat pengawalnya bergidik ngeri.

“Ba… baik, Tuan.”

Mereka pun mulai menyusuri jalanan kecil yang tak biasa dilewati. Sampai akhirnya, sebuah toko bunga kecil di pinggir jalan menarik perhatian sang pria.

“Berhenti. Toko itu saja!”

“Tapi biasanya Anda tidak suka membeli bunga dari toko kecil untuk Nyonya Besar, Tuan,” ucap asistennya ragu.

“Tidak usah banyak bicara. Lakukan saja!”

Mobil diparkir. Sang pria turun seorang diri, berjalan menuju pintu dan mendorongnya hingga bel di atas pintu berbunyi.

Dari balik etalase, muncullah seorang wanita muda dengan senyum lembut yang memikat.

“Selamat datang, Tuan.”

“Aku butuh bunga untuk ibuku,” jawab pria itu singkat.

“Jika berkenan, boleh saya tahu bunga kesukaan beliau?”

“Aku tidak tahu. Buat saja yang paling indah.”

“Baik, tunggu sekitar 20 menit. Apa Anda bersedia menunggu?”

“Hm. Silakan.” Ia duduk di sofa, memperhatikannya dalam diam.

Gizel mulai merangkai bunga dengan tangan terampilnya. Gerakannya lembut, penuh ketelitian, seolah ia sedang menenun cinta dalam setiap kelopak.

Tatapan pria itu tak lepas darinya. Ada sesuatu dari wanita ini—ketenangan, keanggunan, ketulusan—yang membuatnya sulit mengalihkan pandangan.

20 menit kemudian…

“Tuan, ini bunga Anda. Jika ada yang kurang, saya bisa menambahkan.”

Ia menerima buket itu. “Ini bunga apa saja?”

“Yang putih ini Daisy, melambangkan ketenangan dan kebaikan. Yang berwarna biru lembut ini Cammon Bluebell, untuk kelembutan. Dan yang kuning ini Buttercup, melambangkan kebahagiaan.”

Ia terdiam, lalu mengangguk kecil. “Aku suka.”

“Terima kasih, Tuan.”

Ia menyerahkan sejumlah uang yang menurut Gizel terlalu banyak.

“Maaf, Tuan… Ini terlalu banyak. Harga buketnya tak semahal ini.”

“Anggap saja itu bonus, untuk buketnya yang indah.” Ia berbalik dan meninggalkan toko sebelum Gizel sempat membalas.

“Tunggu… Tapi, Tuan…” Gizel sempat mengejar, namun mobil itu sudah melaju pergi.

“Ah… Dia sudah pergi. Akan kukembalikan saat bertemu lagi.” Ia masuk kembali ke tokonya, masih memegang uang itu dengan canggung.

Sementara itu, di dalam mobil…

“Cantik… seperti pemilik bunganya,” gumam sang pria sambil tersenyum miring. Jarang ia memuji wanita, karena hampir semua yang mendekatinya hanya ingin memanfaatkan ketenarannya—baik dalam dunia hitam maupun bisnis legalnya.

Namun kali ini berbeda. Mata Hazel wanita itu begitu menenangkan, suaranya lembut, membuat hatinya yang beku seolah mencair sejenak.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di tempat tujuan.

Ia turun dari mobil dan melangkah menuju sebuah makam bertuliskan nama: Ana Alexandra.

“Ibu, aku datang. Selamat ulang tahun. Lihat, aku membawakanmu bunga yang cantik,” ucapnya lembut, menaruh buket di atas makam itu.

“Seandainya Ibu masih ada, pasti Ibu akan menyukainya. Aku membeli bunga ini dari seorang gadis… ya, dia cantik. Kau pasti terkejut mendengarnya, karena aku hampir tak pernah memuji wanita.”

Ia duduk sejenak di hadapan nisan itu, menatap nama yang terukir di sana dengan mata memerah.

“Ibu, tenanglah di sana. Aku, Arion Aleksei, akan selalu melindungi nama dan kehormatanmu. Aku akan membalas semua yang telah menyakitimu.”

Tangannya mengepal. Nafasnya dalam.

“Aku pergi dulu, Ibu. Aku tak bisa berlama-lama.”

Arion, pria tampan berbalut kekuasaan dan dendam, adalah pemilik kekaisaran bisnis dan dunia hitam. Di balik ketenangannya, tersembunyi sosok kejam yang tak segan menghabisi siapa pun yang menyentuh keluarganya. Sejak ibunya terbunuh oleh seseorang yang ia anggap sebagai keluarga bahkan rekan baik, Arion menjelma menjadi sosok yang bahkan ditakuti oleh para mafia lain.

“Kita pulang sekarang,” ucapnya pada Bruno.

“Baik, Tuan. Tapi… Tuan Charles telah kembali. Ia sedang menunggu Anda di mansion.”

“Aku tahu.”

Tanpa sepatah kata pun lagi, Arion masuk ke mobil. Dan roda takdir pun mulai berputar…

Terpopuler

Comments

Andriana Putri

Andriana Putri

Tekyuu🫶🏻

2024-09-06

0

🥔Potato of evil✨

🥔Potato of evil✨

Seru banget deh!

2024-09-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Ban 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Ban 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Ban 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Ban 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Ban 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Ban 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!