Sudah hampir tiga puluh menit Ana terus menerus menangis, tapi Tiara jelas tidak akan membiarkannya lebih lama. Dia yang sudah tersadar dan sekarang ada di bak pemandian, meratapi nasibnya yang pilu.
Bayangkan menjadi dirinya, sebagai Nona muda cantik, pintar dan kaya, itu adalah lotre dalam hidup. Tapi kini, dia sudah meninggalkan semua itu, hanya untuk memasuki raga seorang wanita, yang meskipun cantik, tapi telah hidup dengan tidak bermartabat. Bahkan menjadi penjahat, dalam kehidupan pemeran utama wanita, dan akan berakhir mengenaskan.
Setidaknya itulah yang Tiara sudah jelaskan sedari tadi, mengenai sebagian besar situasi disini.
"Kenapa kau menggosok badanmu seperti itu?"
"Huhuhu ... ini menjijikkan, kita sudah menikah selama tiga hari, jangan-jangan pria itu sudah menyentuhku. Oho, aku disetubuhi oleh ... Akhhhhh!" Ana menjerit lagi, membayangkan dirinya tidur bersama Adam, yang dimatanya seperti hewan buas.
"Sudah diam! Pelankan suaramu Ana, jika dia terbangun entah apa yang akan terjadi."
“Mana mungkin dia bangun huhuu … dia bahkan hampir tidak bergerak, selain bernafas.”
Tiara berdecak kecil. Tidak menyangka harus menenangkan Ana, dalam waktu yang lama.
"Dengar Ana, menurut buku itu, pria itu tidak pernah berhasil menyentuh kedua kakak beradik itu, karena dia hanya hidup sampai hari ketujuh pernikahan mereka."
"Omong kosong. Lalu bagaimana ceritanya kita bisa terbangun di ranjang yang sama?"
Tiara menarik nafas berat, "... dikatakan pernikahan itu terjadi tiga hari, tiga malam. Jadi menurut perhitungan, bisa saja seperti yang dikatakan Bessa. Mereka datang dengan kelelahan, lalu tertidur.”
Tapi Ana masih keras kepala, mempertanyakan dirinya. "Tidak ini tidak benar, aku harus memeriksa diriku sendiri."
Tiara mengerutkan alis, melihat Ana tiba-tiba menjadi diam dengan kedua tangannya dibawah. "Apa yang kau lakukan?"
"Diam, aku sedang memeriksa diriku!"
"Hah? dengan cara?"
"Jari-jari! Kau punya jari-jari kan? periksa dirimu."
"APA?"
"Diamlah! kau nampaknya masih polos! aku ini wanita berpengalaman." Tak lama setelah itu, Ana tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Hahaha ... sujud syukur kepada Dewa, pria itu belum menyentuhku!" Senang Ana.
"Apa kau tidak percaya yang kukatakan tadi! Diceritakan sampai akhir hayatnya, pria itu tidak bisa menyentuh mereka berdua, karena dia hanya hidup selama tujuh hari!"
Memikirkan ini, Ana tiba-tiba penasaran. "Memangnya apa yang terjadi pada hari ketujuh?"
"Kedua pemilik tubuh ini, langsung menyingkirkannya."
Ana membulatkan matanya tidak percaya. “Menyingkirkan seperti mem-membu—?”
"Kita tidak perlu melakukan hal ekstrim seperti itu.” Potong Tiara, yang tahu, yang hendak Ana katakan.
“... kita hanya perlu meninggalkan---"
BYUR. Beberapa air di percikan Ana pada wajah Tiara. Dia mendekati Tiara dan memetik jari di depan wanita itu. Dengan dagu terangkat menantang, dia mempertanyakan Tiara. "Meninggalkan apanya? lalu akan kemana kita setelah ini? akan seperti apa kita hidup? bukankah kita adalah kakak adik miskin dalam dunia buku ini! Mikir!"
Tiara tidak yakin dengan apa yang dipikirkannya. Tapi lagi pula, tidak mungkin mereka membunuh pria itu bukan? atau tetap tinggal di sini, ketika anak pria itu akan datang kemari.
"Terserah kemana saja, lagi pula kau tidak mau kan hidup dengan pria itu!"
Ana yang sudah terbiasa dalam kesenangan hidup, adalah jenis orang yang bisa melakukan apa saja untuk tetap hidup mewah.
"Tidak ada yang akan diubah dari alur itu! Pria itu tetap akan mati. Kalau perlu jangan tunggu hari ketujuh, kita singkirkan saja dia sekarang."
"Oh, tidak, tidak! Kau tidak waras!" Tiara mengangkat tangan menyerah. Dari semua hal yang bisa dilakukan, kenapa pula dia harus melakukan pekerjaan Tuhan, dengan menyingkirkan orang lain dari dunia.
Tapi Ana tidak goyah sama sekali. "Kita tidak menyingkirkan dia. Ingat, kita tidak menyingkirkan dia, kita hanya akan membiarkan alur cerita terjadi. Pahami itu Tiara!"
"Tidak, kau tidak mengerti Ana. Bahkan setelah pria itu mati, putrinya akan datang ke rumah ini untuk mengambil alih kediaman ini. Dia tidak mudah dikalahkan, bahkan dikatakan ... dia berhasil mengusir dua istri muda Ayahnya untuk keluar dari kediaman, sebelum keduanya habis diluar." Jelas Tiara yang gugup membayangkan.
Tapi Ana adalah seorang putri dari keluarga kaya, perebutan kekuasaan dan gelar adalah hal biasa dalam keluarganya. Dia yang sudah merupakan pewaris sah, juga pernah coba digeser. Jadi dia benar-benar terbiasa, bertarung di kandang singa.
"Tidak Tiara, kau tidak mengerti. Aku lebih suka menyingkirkan siapapun, daripada harus hidup miskin. Jika kau memang tidak ingin hidup seperti ini, maka kau bisa meninggalkan kediaman ini. Tapi aku yakin itu pun tidak akan mudah. Sementara aku, ... aku akan tetap di sini. Aku akan bertarung, baik dengan gadis itu ataupun para pria di sampingnya."
Ana menatap Tiara serius, "Lagipula, coba pikirkan ... dibandingkan dia, kita lebih berhak. Dia adalah anak dari wanita yang tidak dinikahi, sementara kita berdua adalah istri sah, dengan pesta 3 hari 3 malam."
Jika dipikirkan dengan konsep modern, memang benar mereka berdua lebih berhak. Tapi tidak disini tentunya, dengan Tiara yang masih mempertahankan prinsip-prinsip nya.
"Tidak, aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku tidak bisa membnuh siapapun."
Mendengar ini Ana terdiam sesaat, sebelum mulai mengangkat sudut bibirnya dengan cara yang aneh.
"Ya sudah, bagaimana kalau kita ganti rencana saja!" Ana mengangkat sebelah alisnya, dia tiba-tiba memiliki ide yang lebih bagus, tapi tidak kalah buruk menurut Tiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments