BAB 3

“ANA!”

Dalam tekanan pada pandangan Tiara, Ana akhirnya diam meski sesaat.

Sementara itu, Bessa menggaruk kepalanya bingung.

"Tentu saja Nyonya Tiara. Bagaimana Nyonya bisa lupa dengan pernikahan Nyonya."

"Oh astaga, pembicaraan macam mana ini!” Sela Ana lagi. Dia sudah setengah menjambak rambutnya, akibat kesal dengan kemungkinan. Tiara yang mendengar jawaban pasti Bessa, merasa sesuatu harus segera diberitahukan kepada Ana.

"Bessa, pergi dan siapkan air mandi!"

Kejutan lagi untuk Bessa, tapi dia segera berdiri dan mengangguk patuh. "Baik Nyonya."

Seperginya Bessa, Tiara mulai berdiri dengan tangan yang bergetar hebat.

Tapi Ana yang sempat kesal, malah menggoda melihat cara Tiara berbicara. "Wah, lumayan juga rupanya. Kau memerintah dengan sangat alami, pasti sudah lama ingin menjadi orang kaya yah .... cieee!" Ana sedikit mengejek Tiara. Walaupun mereka tidak datang dari latar belakang yang sama, tapi dia adalah wanita yang cukup bebas dan tidak kaku.

Tapi tidak menanggap, Tiara setia dengan wajah serius menatap Ana. Membuat yang ditatap mulai merasa tidak nyaman, "Ya ampun, santai saja lah. Setidaknya kau memang Nyonya dalam dunia ini." Kekeh Ana.

Tapi Tiara sama sekali tidak bergeming Dia memikirkan cara untuk memberitahu Nona muda kaya raya itu, bahwa mereka sedang dalam situasi yang berbahaya.

"Ana?"

"Mm, kenapa?"

"Entah bagaimana aku menjelaskannya, ... Aku takut ini bukan mimpi, atau sekedar situasi sementara seperti yang kau pikirkan sebelumnya. Ana, ini kau mungkin tidak akan percaya, tapi kau bisa memastikannya nanti. Sebenarnya, sebenarnya---"

"Hei! Kau berbelit-belit seperti ular. Katakan saja, just say it!" Potong Ana tidak sabar.

Tiara yang tidak terkejut lagi dengan sikap Ana, menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

"Sebenarnya, tempat, nama, dan berbagai hal disini, sangat familiar untukku. Dan ini membuatku teringat, kalau sebulan yang lalu aku baru saja menyelesaikan sebuah novel, yang ceritanya persis seperti situasi kita saat ini. Novel itu aku dapatkan dari temanku bernama Sereia, entalah padahal ...." Ucapan Tiara terhenti. Dia menutup mata menahan kesal, mengingat sang pemberi rekomendasi. Padahal sebenarnya dia tidak berencana membeli buku itu.

"Padahal aku ingin membeli sebuah buku romantis ala kehidupan rumah tangga, tapi dia tiba-tiba datang dari belakang, lalu menukar bukuku. Dia kemudian memberikan sebuah buku lain dengan judul, Bloody Throne. Katanya rekomendasi! ... sial!" Gigi Tiara sampai bergemeletuk, karena menceritakan hal ini.

Ana sudah mulai merasakan firasat tidak baik, tapi kali ini dia memaksa diri untuk tetap tenang di permukaan.

"Lalu apa maksudmu?"

Tiara menarik nafas panjang, sebelum melanjutkan.

"Itu sebuah cerita klasik dengan konflik klasik. Para pria hebat yang yang awalnya berkonflik di dasar mengenai siapa yang terbaik, akhirnya berkonflik di permukaan, saat mereka jatuh cinta pada seorang wanita yang sama."

"Aduh Tiara, bisa ceritakan lebih cepat. Intinya saja! Inti! Inti come'on!"

Semakin diceritakan, Tiara semakin merasa berat. Tapi begitu tetap dia lanjutkan, “Beberapa orang dan situasi dalam tokoh cerita itu, mirip dengan kita berdua saat ini. Maksudku, dalam cerita itu. Protagonis wanita memiliki Ayah bajingan, yang menelantarkan dia dan Ibunya, lalu memiliki banyak perempuan. Terakhir Ayah bajingan itu, menikahi dua orang Kakak-adik dari negeri tetangga. Pria itu memiliki nama yang sama, dengan pria itu ...." Tiara menunjuk ketempat Adam berada.

"... Lalu?"

"Situasinya juga sama. Ada seorang kepala pelayan bernama sama, yakni Bessa. Dan lihat juga kita berdua, apa yang kita pakai saat ini, dan lihat sekeliling kita ... bukankah ini semua terlalu nyata untuk kita sangkal? Meskipun ini dunia dalam buku, tapi Ana keberadaan kita nyata disini! Jiwa kita telah berpindah. Kemungkinan kita akan mati sebagai tokoh penjahat disini, juga sangat besar."

Telinga Ana sampai berdengung mendengar penjelasan Tiara. Dia menggeleng kecil. “Tidak mungkin.”

BRUK. Dalam ketidakpercayaan-nya, Ana tiba-tiba berlari membuka jendela. Dia membuka dengan sangat kasar, hanya untuk menemukan orang-orang berlalu lalang dengan pakaian yang aneh. Belum lagi tempat dimana mereka berada sekarang, … “Kastil?”

Tiara yang menyusul untuk melihat itu, syok dan takjub disaat yang bersamaan. Sementara Ana masih menggeleng kepala, menolak untuk percaya.

Tapi Tiara tiba-tiba menambahkan, “Tapi aku sebenarnya juga tidak yakin, karena kedua wanita itu dipanggil Tia dan Mimi. Aku melampahi beberapa bab, jadi sedikit tidak jelas. Sementara itu namamu juga Ana bukan Mimi. Jadi entah ini nyata atau bagaimana." Jelas Tiara, yang mengungkapkan semua pemikirannya tanpa menyembunyikan sedikit pun.

Tapi justru setelah mendengar inilah tubuh Ana tiba-tiba meluruh ke lantai. Wajahnya pucat sekali sekarang, "Namaku Mimi!"

"HAH?"

"Nama asliku Anamimi."

Tiara yang mendengar itu menjatuhkan rahang dengan tidak percaya. “Mana mungkin? kenapa aku tidak tahu?”

Tiara sangat syok, karena selama ini Ana adalah memberi VVIP di tokonya. Jadi identitas Ana seharusnya lengkap.

Tapi tunggu? kenapa nama Ana lucu sekali? kenapa tidak Analisa? kenapa Anamimi? Pikir Tiara yang sedikit melenceng dari situasi.

Dia tiba-tiba ingin tertawa, tapi menahan diri, setelah melihat wajah Ana yang sangat syok sekarang.

"Nyonya, pemandiannya sudah siap." Bessa datang, dan menginterupsi keduanya.

Tiara akhirnya mulai terkendali. Menyadari bahwa mereka benar-benar telah masuk kedalam buku.

"Tolong, bantu aku mengangkat dia."

Bessa yang terheran lagi, hanya bisa ikut membantu mengangkat Nyonyanya yang lain. Rasanya dia akan segera terbiasa dengan tingkah laku tidak wajar majikannya.

“Ana sadarlah!” Tepuk Tiara pada pipi Ana, yang walaupun membuka matanya, hanya terdiam seperti orang kehilangan jiwa. Tiara pun tak punya pilihan. Karena ini nyata, mereka harus segera melakukan sesuatu. Tapi yang pertama, Ana harus segera sadar. Dan caranya membuat sadar?

BYUR.

"Oh, astaga Nyonya Tiara ... apa tidak apa-apa melempar Kakak anda ke pemandian seperti itu?"

"Tidak apa. Kau keluarlah sekarang dan siapkan pakaian."

“Oh, dan satu hal lagi …,” tahan Tiara. “Apapun yang terjadi di dalam ruangan ini. Itu semua hanya diantara kita bertiga. Mengerti?”

Bessa setengah merasa ragu-ragu, tapi lebih merasa terancam. Jadi dia menunduk mengiyakan, sebelum menunduk dan pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!